Penulis: Rebecca Stead dan Wendy Mass
Penerjemah: Reita Ariyanti
Editor: Vania Adinda
ISBN: 9786020678801
Cetakan: Ketiga-Januari 2025
Halaman: 240
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 69.000
Penerjemah: Reita Ariyanti
Editor: Vania Adinda
ISBN: 9786020678801
Cetakan: Ketiga-Januari 2025
Halaman: 240
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 69.000
Rating: 3.25/5
"AMBIL BUKU, TINGGALKAN BUKU. ATAU DUA-DUANYA!"
Demikian isi pengumuman yang terpasang di sebuah perpustakaan mini. Hem..., susah juga pilihannya. Sebagai penggila buku, tentunya saya akan mengambil buku. Jika kebetulan ada buku dobel atau tidak sesuai dengan selera, bisa ditinggalkan sebagai penukar buku yang diambil.
Jika tidak, ada rasa sungkan untuk mengambil banyak, padahal begitu banyak buku yang menarik untuk dibawa pulang. Namun, setelah beberapa kali meninggalkan buku di area baca umum dan menemukan buku-buku tersebut raib, rasanya enggan untuk meninggalkan lagi. Jadi izinkan saya egois dengan mengambil beberapa buku yang paling menarik perhatian.
![]() |
https://www.goodreads.com/book/show/ 211029403-la-biblioteca-scomparsa |
Sebenarnya bukan hal aneh jika sebuah perpustakaan mengeluarkan buku dari koleksinya dengan berbagai pertimbangan, kemudian membagikan pada yang membutuhkan. Masalahnya, perpustakaan tersebut sudah tidak ada lagi, terbakar sejak 20 tahun lalu! Lalu dari mana asalnya buku-buku tersebut?
Evan menemukan nama ayahnya pada kartu peminjam yang ada di belakang salah satu buku. Ia juga menemukan nama penulis terkenal pada kartu peminjaman buku yang lain. Siapa mengira, kedua buku yang diambil Evan membawanya pada rahasia besar yang terpendam selama 20 tahun.
Dahulu, memang ada perpustakaan di kota mereka. Sebuah kebakaran yang diduga berasal dari ruang bawah tanah membuat perpustakaan tersebut hangus hingga tidak digunakan lagi.
Seorang anak magang diintrograsi polisi karena merupakan orang terakhir yang berada di ruang bawah tanah. Namanya dirahasiakan demi keamanan. Walau tak ada bukti cukup untuk menjadikannya tersangka, banyak penduduk yang beranggapan demikian.
Kisah ini sebenarnya sederhana, tentang sebuah perpustakan yang hancur akibat kebakaran dan terbengkalai. Tapi karena diceritakan secara bergantian dari sudut pandang para tokoh, Mortiner, Evan, dan AL, membuat kisah menawarkan nuansa yang berbeda.
Oh, ya baru pada bagian belakang saya tahu bahwa AL bukan nama orang, tapi singkatan dari Assistant Librarian. Harusnya sadar kenapa tertulis AL bukan Al.
Secara iseng, saya menghitung berapa bab yang menjadi "jatah" masing-masing tokoh. Ternyata Mortiner mendapat 10 bab, AL 14 bab, Evan 15 bab. Ada juga bab yg diberi judul "Semua Orang" di halaman 40, dan Epilog untuk masing-masing tokoh.
Tak hanya soal perpustakaan, bagaimana hubungan ayah-anak juga dikisahkan dalam buku ini. Juga tentang bagaimana persahabatan membuat seseorang rela berkorban untuk sahabatnya.
Bagian ini, membawa ingatan pada film lawas Ghost, pada adegan ketika Sam Wheat (diperankan oleh Patrick Swayze), tidak bisa melintasi cahaya yang menuju ke surga karena masih ada urusan yang belum selesai di dunia. Jadul ya saya.
Buku yang menarik sebenarnya, hanya saya tidak merasakan "roh kisah" dalam buku ini. Beberapa bagian yang harusnya mampu menguras emosi, malah terasa hambar.
Ada juga bagian dimana narasi yang disajikan seakan tidak berhubungan satu dengan lainnya. Terdapat juga "bolong" kisah yang berakibat kisah tidak terbangun dengan optimal.
Saya coba mencari tahu target pembaca dan penulis buku ini.Siapa tahu, karena diperuntukan bagi anak-anak atau remaja, ada bagian yang dibuat menyesuaikan dengan pemikiran mereka. Sehingga ketika dibaca oleh orang dewasa berkesan datar.
Pada Goodreads, ditemukan bahwa buku ini mendapat penghargaan Mythopoeic Fantasy Award Nominee for Children's Literature (2024), Pennsylvania Young Readers' Choice Award Nominee for Grades 3-6 (2025), Vermont Golden Dome Book Award Nominee (2025). Pantas, buku ini memang lebih cocok dibaca atau dijadikan bahan dongeng untuk anak-anak.
Misalnya tentang banyak yang melakukan komplain pada ayah Evan karena tikus yang diusirkan kembali ke rumah. Menuruh beliau, tikus-tikus itu dibawa dan dilepas di hutan terdekat. Entah bagaimana, mereka bisa menemukan jalan pulang. Mengingatkan tentang sebuah kisah klasik bukan?
Pada blurd, pembaca sudah diberikan bocoran bahwa ada hantu dan kucing yang menjadi tokoh dalam kisah. Apakah kucing juga merupakan hantu? Atau salah seorang pegawai? Silakan cari tahu sendiri dalam buku ini.
Jika dicermati, ini buku kesekian yang mengusung kucing sebagai salah satu tokoh dalam kisah. Mungkinkah sedang ada tren baru? Jika diingat, buku pertama dengan tokoh kucing yang saya baca adalah Dewey: Kucing Perpustakaan Kota Kecil yang Bikin Dunia Jatuh Hati karya Vicki Myron dan Bret Witter yang diterbitkan pertama kali di tanah air oleh Penerbit Serambi pada tahun 2009.
Kalimat favorit saya dalam buku ini adalah:
Kadang, kita terlalu percaya pada isi buku sehingga beranggapan bahwa kehidupan akan seindah kisah dalam buku.
Ada sahabat saya yang begitu tergila-gila pada sebuah buku motivasi. Segala langkah yang diajarkan diikuti, namun ternyata hasilnya tak seperti yang dijanjikan dalam buku. Ia lupa, ada faktor tak terlihat yang berbeda pada tiap orang.
Buku tersebut hanya memberikan saran dan arahan, hasilnya tiap orang tidak akan sama. Mungkin ia termasuk dalam golongan yang tidak bisa mendapatkan hasil sesempurna yang ditawarkan buku.
Bukan salah penulisnya juga. Karena begitulah kehidupan ini, tak ada yang pasti 100%. Kecuali, kematian yang kelak akan menjemput.
Menarik untuk dijadikan hadiah bagi anak-anak.
Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com