Judul asli:BRAIN SCULPTOR: Seni Membentuk dan Melatih Otak Anak Penulis: Irine Phiter
Editor: Rina K. Agata
Ilustrasi: @Hhonhon
ISBN:9786230034206
Halaman: 234
Cetakan: Pertama-Agustus 2022
Penerbit: Elex Media Komputindo
Harga: Rp 115.000
Rating: 3.5/5
Daya konsentrasi (attention skill) adalah kemampuan otak untuk memusatkan perhatian pada satu kegiatan atau sumber stimulus selama rentang waktu tertentu.
-BRAIN SCULPTOR: Seni Membentuk dan Melatih Otak Anak, hal 19-
Menjadi orang tua, terutama ibu merupakan sebuah proses jangka panjang tak kesudahan. Sayangnya, tak ada sebuah buku pedoman atau petunjuk yang pas untuk menjadi orang tua. Memang, kita bisa menemukan berbagai buku terkait bagaimana mendidik anak dengan mudah. Tapi, manakah buku yang paling sesuai?
Sebuah buku yang berisi, katakan saja perihal tips untuk mendampingi anak belajar secara optimal, mungkin sesuai dengan seorang anak, tapi tidak bisa diterapkan pada anak yang lain. Kadang, bahkan bisa diterapkan pada kakak namun tidak pada sang adik. Kenapa? Karena pada dasarnya setiap anak adalah unik.
Lalu apakah membaca buku ini juga merupakan sebuah kesia-siaan semata? Tentu tidak! Buku ini mengajak para ibu-disapa Moms (atau Mom), untuk mengembangkan kemampuan otak anak. Hasilnya tentu tidak akan sama setiap anak, dalam hal ini tergantung bagaimana komitmen orang tua. Tanpa komitmen yang kuat, hasilnya tentu tidak akan optimal.
Terbagi dalam 10 bab, mulai dari Si Pemahat Otak: Otak yang Luasr Biasa; Susah Mengontrol Emosi (Emotional control); Bisa Baca Tapi Susah Paham (Reading comprehension); hingga Proyek Mahakarya. Dan tentunya ada bagian Pengantar, yang sangat saya sarankan untuk dibaca dipahami sebelum melangkah pada bab-bab selanjutnya, dan Daftar Pustaka yang bisa Moms jadikan referensi.
Mom pernah merasakan betapa lelahnya hari, karena buah mati rewel? Maka Mom perlu membaca Bab 5 yang berjudul Susah Mengontrol Emosi (Emotional control). Bab ini memberikan penjelasan mengapa seorang anak yang semula tenang mendadak meledak-ledak emosinya, apa penyebabnya, dan tips bagaimana Mom mengatasi hal tersebut.
Menurut buku ini, seorang anak memiliki tangki emosi. Jika tangki itu mulai berkurang menuju kosong, maka ia akan menjadi cepat marah, berteriak-teriak sesuka hati, bertingkah rupa-rupa yang bisa membuat tangki emosi Mom juga terkuras. Kurang baik bukan?
Pada halaman 92, Mom bisa mendapat informasi kenapa si kecil bisa mengalami perubahan emosi secepat kilat. Selanjutnya pada halaman 94, Mom bisa menemukan bagaimana cara agar tangki emosi bisa terisi kembali. Oh ya, Mom tak perlu khawatir, temperamen si kecil memang tak bisa diubah, namun bisa dilatih dan ditingkatkan kemampuan untuk mengontrolnya.
Apakah Mom pernah membantu si kecil belajar? Misalnya meminta ia membaca suatu hal, kemudian Mom akan mengajukan pertanyaan. Ternyata, ketika Mom mengajukan pertanyaan, sedikit bahkan tak ada pertanyaan yang dijawab dengan benar, tak jarang si kecil hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu jawabannya.
Merasa gemas bukan Mom? Padahal ketika ditanya, si kecil mengatakan sudah mempelajarinya dan paham dengan apa yang ia baca. Si kecil bisa saja langsung menangis dan merajuk karena tak paham apa yang terjadi. Ia yakin sudah membaca dan paham, tapi kenapa ketika Mom bertanya, semua hilang dari pikirannya.
Tak perlu merasa kesal Mom, jangan sampai tengki emosi Mom kosong. Bukan salah cara Mom bertanya, bukan juga salah si kecil karena tidak belajar sungguh-sungguh. Coba Mom simak Bab 7: Bisa Baca Tapi Susah Paham (Reading Comprehension) agar bisa mendapatkan solusi terbaik.
Membaca dan memahami bacaan menurut buku ini adalah dua hal yang berbeda. Pada halaman 144 Mom bisa menemukan Reading Pyramid. Dijelaskan bahwa membaca memang bisa diajarkan sejak dini, namun kemampuan untuk memahami dan menelaah bacaan merupakan proses yang membutuhkan sistem penunjang dalam otak. Sistem tersebut belum tentu siap pada usia belia.
Disebutkan juga dalam buku Proust and the Squid, the Story and Science of Reading Bran karangan Maryanne Wolf, Reading Brain harus dibangun sejak dini sesuai dengan tahapan yang ada, sehingga seorang anak bisa memiliki dasar yang kuat untuk memahami bacaan.
Tingkat kemampuan membaca (reading grade level) menentukan kecepatan belajar seorang anak, juga mempengaruhi kapasitas membaca dan berpikirnya. Dalam jangka panjang, kemampuan membaca ini berpengaruh ke tingkat kecerdasan verbal (IO verbal).
-Brain Sculptor, hal 152-
Oh ya Mom, membaca setiap hari juga disarankan bagi orang dewasa lho. Sebuah riset membuktikan membaca setiap hari membuat orang dewasa memiliki kemampuan kognitif otak yang lebih unggul serta mencegah demensia-penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat.
Coba diingat, berapa kali buah hati bersemangat untuk mengikuti kursus atau klub terkait cita-citanya, kemudian mundur? Misalnya semangat bergabung dalam sekolah sepak bola karena ingin jadi pemain bola, baru berlatih beberapa bulan, buah hati memutuskan untuk mengganti cita-citanya.
Lama-lama Mom merasa kewalahan. Berganti kursus butuh biaya tak sedikit, belum lagi perlengkapanya. Begitu buah hati mengatakan ingin mencoba hal baru, Mom langsung menolak, mengingat peristiwa-peristiwa lalu.
Kenapa bisa begitu? Bacalah Bab 9: Mudah Menyerah. Jangan-jangan secara tak langsung Mom pernah melakukan hal yang membuat buah hati memiliki fixed mindset. Baca ya Mom supaya paham he he he. Jangan khawatir, bisa kok diubah perlahan-lahan.
Kenapa dalam bagian awal bab ini Mom atau Moms menjadi Mama? Sebaiknya penulis konsistem mempergunakan panggilan. Lebih aman mempergunakan sapaan yang sama, tanpa mempertimbangkan sapaan untuk satu orang atau banyak orang. Menyapa dengan Mom, Moms, atau bahkan Mama.
Sebagai penggila buku, tentunya Mom ingin agar anak juga menyukai kegiatan membaca. Tak hanya menyukai membaca, namun juga paham dengan apa yang ia baca. Dengan memahami apa yang ia baca akan menambah pengetahuan yang bermanfaat.
Dengan ilustrasi menawan, buku ini berkesan tidak kaku, hingga menjadi menarik dan lebih mudah dipahamioleh pembacanya.Demikian juga dengan penggunaan bahasa, mudah dimengerti. Kalimat yang dirasa penting, dicetak dengan warna berbeda. Istilah asing langsung diberikan keterangan disampingnya.
Jenis dan ukuran huruf juga bisa dikatakan nyaman untuk dibaca. Moms yang tak memiliki banyak waktu namun tetap ingin membaca buku parenting, sangat tepat memilih buku ini.
Sekedar saran, jika buku ini dicetak ulang, nomor halaman sebaiknya diganti jangan warna putih. Memang terlihat cantik dan kontras dengan latar orange, namun kurang terlihat jika untuk nomor halaman. Meski warna orange sering disebut sebagai warna semangat, mungkin maksudnya agar Moms semangat membaca buku ini, warna halaman saja yang diganti dengan warna lain.
Hal lain yang membuat saya tertarik untuk membaca buku ini, walau usia anak saya sudah tidak mungkin untuk menjalani kegiatan pengembangan otak, adalah kata Tea for Moms.
Berdasarkan pengalaman pribadi dahulu, setiap membaca buku tentang parenting, saya harus meluangkan waktu khusus, selalu was-was saat membaca, takut menemukan hal yang menyatakan bahwa yang selama ini saya lakukan adalah salah, yang benar adalah yang tertera dalam buku ini.
Bagian Tea for Moms, justru sengaja dibuat untuk diisi saat moms sedang santai, memanfaatkan me time dengan optimal misalnya. Ngeteh cantik sambil menulis jurnal, mempelajari tentang pertumbuhan otak menjadi lebih menyenangkan.
Tea for Moms membantu agar Moms bisa mengetahui sejauh mana Moms sudah memahami isi buku. Kemudian, apa yang direncanakan untuk mempraktekkan petunjuk yang ada. Jika ternyata yang selama ini dilakukan kurang tepat, bagian ini bisa menjadi tempat untuk Moms melakukan intropeksi. Jika ada yang Moms belum pahami, jangan ragu untuk mecatat, jika ada kesempatan, maka moms bisa mencari tahu tentang hal tersebut.
Pada halaman xii disebutkan mengenai bagaimana cara memanfaatkan buku ini secara optimal. Disebutkan bahwa tiap bab terdiri dari 4 bagian. Tapi yang disebutkan baru bagian uraian; bagian The Brain Sculptor's Guide; dan Tea for Moms. Satu lagi apakah? Saya tidak menemukan bagian lain selain tiga bagian yang sudah disebutkan sebelumnya.
Buku ini diterbitkan pada awal pandemi. Saat itu, tugas mendidik anak yang selama ini dilakukan bersama antara orang tua dan para guru di sekolah mengalami perubahan. Bisa dikatakan buku ini membantu para orang tua untuk mendidik anak selama masa pandemi. Namun bukan berarti buku ini tak bisa dibaca dan diterapkan jika pandemi berakhir. Isi buku ini tetap relevan untuk dibaca dalam segala kondisi.
Sangat cocok untuk dibaca Moms sebagai tambahan referensi, juga untuk dijadikan hadiah bagi pasangan yang baru saja memiliki buah hati. Cocok juga sebagai persiapan bagi pasangan yang sedang menyiapkan diri untuk memiliki anak.
Oh ya, buku ini juga boleh dibaca oleh para Pap sehingga bisa menjadi rekan Moms dalam mendidik anak. Paps jadi memahami apa yang sedang Moms lakukan dalam upaya membentuk dan mekatik otak buah hati sehingga bisa berkembang secara optimal.
Sumber Gambar:
Buku BRAIN SCULPTOR: Seni Membentuk dan Melatih Otak Anak