Senin, 29 Oktober 2018

2018 #23: Buku (Bukan) Tentang Matematika
























Judul asli: Buku Panduan Matematika Terapan
Penulis:  Triskaidekaman
Editor: Sasa
ISBN: 9786020383026
Halaman: 359
Cetakan: Pertama-2018
Penerbit: PT Gramedia Pustaka
Harga: Rp
Rating: 3.5/5

Bagaimana jika kamu ternyata sudah hidup dan mati berulang-ulang, namun memori terakhirmu belum terhapus sehingga ayahmu datang dan berusaha memperingatkanmu untuk mati saja
~halaman 281~

Hingga  penghujung  tahun 2018, bisa dikatakan  ini merupakan buku paling "liat" yang saya baca.  Bagi saya yang kurang paham mengenai matematika, buku ini terasa  agak berat karena banyak mengusung perihal matematika. Lihat saja catatan kakinya, pasti dikaitkan dengan matematika.

Misalnya yang tercetak di halaman 52,  tentang kemungkinan seseorang bertemu dengan orang yang memiliki tanggal lahir sama.  Paradoxes ulang tahun (Birthday Paradox). Di  antara 23 orang, peluang ada dua orang yang berulang tahun di hari yang sama adalah 50%. Peluang naik menjadi 99,9% saat jumlah orang ditambah menjadi 75. Lebih lanjut  dapat dibaca di  https://betterexplained.com/articles/understanding-the-birthday-paradox.  Dalam kisah ini, sang tokoh utama berhasil menemukan jawaban mengenai kesamaan ulang tahunnya dengan salah seorang anggota panti pada Buku Matematika Terapan untuk Pemula yang kedelapan.

Butuh konsentrasi penuh membaca buku ini. Saya tidak bisa seenaknya membaca di kereta api atau ketika di perjalanan. Konsentrasi yang terganggu secara mendadak, bisa membuat saya melupakan  bagian yang dibaca.   Jelas ini bukan buku yang bisa diselingkuhi, alias dibaca bersama dengan buku lain.

Maka untuk lebih bisa "menyatu" dengan kisah, khusus untuk buku ini, saya selalu membaca satu halaman sebelumnya ketika akan melanjutkan membaca. Jika tidak memungkinkan minimal dua paragraf sebelumnya.  Karena itu, rasanya wajar jika saya membutuhkan lebih banyak  waktu untuk menuntaskan buku ini.  Baru pada Akhir  Oktober   2018 buku ini tunas saya baca. Sukses!

Tapi, begitu saya sudah mulai "menyatu" dengan kisah dalam buku ini, saya bisa mengikuti kisahnya dengan nikmat.   Meski judulnya mengusung kata matematika (dan banyak catatan kali terkait matematikan seperti saya uraikan sebelumnya), namun isinya  tidak melulu tentang matematika. Menurut saya, justru kisahnya sangat sederhana mengenai persahabatan, dan cinta kasih. Ide yang brillian penulislah yang  menghubungkan semua hal dalam kehidupan ini dengan matematika. 

Ada dua tokoh utama dalam kisah ini, Prima, anak tunarungu yang menurut saya punya IQ diatas rata-rata, serta  Mantisa yang tak pernah kehilangan akal. Gadis manis ceria ini memiliki banyak pertanyaan yang mungkin tak pernah Anda bayangkan akan ditanyakan oleh seseorang. Apalagi anak kecil! Konon, Mantisa mampu menghitung berapa banyak tetes hujan yang turun. Seiring kisah, keduanya terhubung dengan sosok lain, Tarsa. Dan salah satu hal yang paling sering dibicarkan dalam dunia matematika, hayuh tebak apa?

Ketika dua orang penggemar matematika bersama, terbayang keseruan apa yang mereka lakukan. Berapa banyak lembar buku catatan yang habis mereka isi, berapa banyak pertanyaan yang terjawab, dan berapa banyak lagi yang tak ditemukan jawabannya. Dalam dera napas keduanya, matematika merupakan faktor utama!

Bagian yang menyebutkan mengenai perpustakaan cukup seru. Semula perpustakaan tersebut merupakan perpustakaan terlengkap di provinsi, mungkin bahkan seantero negeri. Sayangnya tidak banyak orang yang datang  mencari rujukan ilmiah. Jumlah pengunjung turun dratis dari jumlah pengunjung yang semula memang tidak banyak. Sungguh nelangsa nasib perpustakaan tersebut. Hanya salah satu tokoh kita yang begitu menyukai hari-hari berada dalam perpustakaan.

Apalagi ada bagian yang menyebutkan mengenai buku-buku yang katanya terlarang. Terlalu banyak hitungannya, ribet, dan sulit dipahami, Termasuk dalam buku kategori ini adalah buku-buku primbon, Alamak, penanggalan kuno, dan fengshui. Buku yang paling penting dalam koleksi terlarang perpustakaan tersebut adalah Interpretasi Heksagram I Ching: buku tentang dinamika dan 64 jawaban atas pertanyaan-pertanyaan semesta. 

Ada juga bagian yang menguraikan mengenai kegagalan percintaan di halaman 175. Misalnya bagaimana Konsep jodoh seorang kakek dengan tujuh istri. Lalu perihal mereka yang sibuk mencari jodoh, sementara yang lain sibuk meratapi jodoh yang terputus. 

Buku ini menarik untuk dibaca, tentunya bagi mereka yang siap membaca untuk dinikmati secara perlahan. Bukan sekedar menggenapi target baca semata. Selain ilmu tentang matematika  (pastinya), pembaca juga akan menemukan  banyak pesan moral dalam kehidupan. Ada yang didasari akan hal baik, ada juga beberapa dampak dari hal buruk. Bukan tak mungkin,  bahkan  kita  juag pernah lakukan keburukan tersebut. Disengaja atau tidak.

Selain urusan kover berwarna biru yang jelas mampu membatalkan diet membeli buku saya, juga judul yang menggoda, tulisan di bagian kanan yang menyatakan bahwa ini merupakan pemenang sebuah kontes menulis membuat saya ingin lebih tahu mengenai buku ini.

Sang penulis, Henny Triskaidekaman  merupakan Juara 1 UNNES.  Ternyata UNNES adalah sebuah  kompetisi penulisan novel tingkat internasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (UNNES) beberapa saat yang lalu. Dewan juri dalam kompetisi ini juga bukan orang sembarangan. Ada sastrawan Seno Gumira Ajidarma, peneliti sastra Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof Dr Suminto A Sayuti, dan Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes Prof Dr Agus Nuryatin.  Dengan mengusung  tema Eksplorasi Nilai-nilai lokal untuk Kontruksi Solidaritas Kemanusiaan,  sebanyak 229  naskah  dari berbagai negara masuk ke panitia.

Dan,  kejutan bagi saya ada di halaman 352-356. Sudah lama Saya tidak melihat heksagram i ching.  Tambahan ilmu lagi bagi pembaca. Seharusnya saya ingat makna-makna tanda  yang ada ditiap awal bagian. Beberapa bagian memang tidak mencantumkan judul, melainkan memakain heksagram i ching. 

Dulu, agar adik saya mau belajar, mama selalu mengatakan bahwa matematika hanya untuk orang pintar. Saat pertama membaca buku ini, saya merasa lelah dan bodoh (iya...  bodoh), karena tidak tahu banyak tentang matematika. Sehabis tamat membaca buku ini, saya berharap ada buku lain, entah tentang tokoh yang sama, atau apapun terkait matematika. Saya merasa (agak) lebih pintar karena tahu banyak hal tentang matematika dari buku ini.

Unik!

Sumber gambar:Buku Panduan Matematika Terapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar