Jumat, 25 Agustus 2017

2017 #47: Sedikit Bocoran Tentang Kisah Sirkus Pohon

Penulis: Andrea Hirata
Penyunting: Imam Risdiyanto
ISBN: 9786022914099
Halaman: 410
Cetakan: Pertama- Agustus 2017
Penerbit: Bentang Pustaka
Harga: Rp 79.000
Rating: 4/5

Konspirasi bisa muncul dalam banyak bentuk pada sendi kehidupan kita. Tujuannya, bisa beragam. Tapi konspirasi tetaplah sebuah hal yang misterius dan menakutkan.

Demikianlah kesimpulan singkat saya setelah membaca buku terbaru dari Andrea Hirata ini. Mungkin berbeda bagi pembaca lainnya, namun itulah yang saya rasa.

Semula, saya mengira kisah dalam buku ini tentang sirkus dan para tokoh yang terkait dengan sirkus.  Ternyata tidak 100 % benar. Memang ada sirkus keliling, namun ada juga "sirkus" dalam bentuk lain. 

Sementara untuk kata "Pohon" ada kisah tersendiri yang tak kalah seru. Secara harafiah, bisa dikatakan bahwa karena pohon tersebutlah sebuah "sirkus" muncul.


Sebagai perangkai kisah, ada tiga sosok  orang dengan kepribadian  yang unik. Sobrinudin bin  Sobirinudin si bujang tua dan pengangguran,  yang baru bisa naik sepeda karena hendak mengajak sang calon istri plesiran. Profesinya, setelah akhirnya mendapat pekerjaan tetap, sebagai badut sirkus.

Selanjutnya ada gadis manis bernama Tara. Perpisahan kedua orang tuanya membuat ia dan sang ibu harus menghidupi keluarga dengan menjalankan bisnis keluarga, Sirkus Keliling Blasia. Tara terobsensi dengan sosok anak lelaki yang melindunginya saat bermain di taman pengadilan agama. Berpuluh gambar wajah  rekaan anak lelaki itu tercipta.

Tegar, anak laki-laki yang dipaksa keadaan menjadi dewasa. Ia harus mengelola bengkel sepeda yang semula bernama M. Mahmudin, sesuai nama ayahnya, sekarang beralih nama menjadi Bengkel Sepeda Masa Depan. Ia sangat paham segala hal terkait dengan vanili. Karena itu satu-satunya kenangan tentang gadis yang ia cintai.

Secara apik, penulis merangkai ketiga sosok tersebut dalam sebuah kisah yang terdiri dari lima babak. Tiap babak tentunya terdapat beberapa bab yang jumlahnya tidaklah sama tergantung apa yang diceritakan.

Ah, Boi! Jangan lupakan beberapa tokoh pembantu dalam kisah ini. Mereka justru membuat kisah semakin seru. Bahkan burung Kutilang dan buah Delima juga berperan dalam kisah ini.

Pada bagian yang awal, sebelum pembaca mengetahui apa sesungguhnya pekerjaan tetap Sobrinudin, penulis dengan piawai mengaduk-aduk rasa ingin tahu pembaca.  Rasa penasaran itu mencapai klimaksnya ketika sang tokoh dengan bangga menyebutkan pekerjaannya, jadi badut 

Seterusnya, pembaca akan terbuai dengan rangkaian kisah segar dan menghibur. Meski mengandung banyak pesan moral dan sentilan terhadap kondisi di tanah air saat ini, namun penulis mampu meraciknya dengan bahasa yang segar. Alih-alih merasa tersinggung atau marah, pembaca justru dibuat tertawa. Baca saja sendiri ya ^_^

Peristiwa pemilihan kepala desa misalnya. Selain munculnya banyak calon dengan latar belakang beragam,  juga muncul sosok sebagai konsultan kemenangan. Bahkan aneka cara agar bisa menang, hingga yang tak masuk akal pun juga diuraikan dalam buku ini.

Jangan lupakan pesan moril mengenai makna keluarga dalam kisah ini. Keluarga tak selalu berarti memiliki hubungan darah, tapi mereka yang akan selalu berada paling dekat dengan kita saat sedang mengalami goncangan hidup. Mereka membuat segala hal menjadi baik-baik saja, bahkan dengan cara yang tak terduga sekali pun.

Sosok Andrea Hirata sepertinya susah keluar dari kenangan akan PT Timah. Pada kisah ini, beberapa kali disebutkan mengenai keberadaan perusahaan tersebut. Anggap saja PT Timah juga ikut andil meramaikan kisah. 

Kalimat di halaman 327 membuat saya tertawa paling keras, "Ingin rasanya aku men-stepansegel-kan orang dinas itu." Nah silahkan beli dan baca bukunya supaya paham kenapa saya tertawa.

Ilustrasi isi yang digarap oleh duo Arifah  Insano & Rais Zakaria sungguh cantik luar biasa. Pembaca dimanjakan dengan aneka goresan menawan. Bahkan tiap bab juga diberikan sentuhan ilustrasi. Tak sabar segera menuntaskan sebuah bab untuk melihat ilustrasi apa yang ada pada bab selanjutnya.

Pada satu bagian, dikisahkan seorang anak kecil mengucapkan beberapa kalimat dengan bahasa ala anak-anak. Akan lebih mantap jika penulis juga memberikan catatan kaki mengenai apa yang sebenarnya yang diucapkan oleh anak itu. Sehingga pembaca tidak asal menebak, mengurangi kelucuan. 

Bagi mereka yang kurang mengenal kiprah penulis, informasi tentang kemenangan penulis dalam suatu ajang dapat menimbulkan rasa ingin tahu. Lebih informatif jika judul buku yang memenangkan perhargaan juga disebutkan. Misalnya, "Winner General Fiction New York Book Festival 2013 USA for The Rainbrow Troops."

Susah membuat review tanpa membocorkan kisah.
Jadi baca saja sendiri ya. Oh, ya, kalimat favorit saya ada di halaman 208. Kalimat itu bahkan dijadikan judul pada bab 52, halaman 216.
"Ingat, Bos! Siapa yang pegang mik,  
dialah yang berkuasa!" 
~Abdul Rapi~
Aikonik bukan!
Sebuah hal sederhana, bisa menjadi kisah yang luar biasa berkat racikan kata Andrea Hirata.  Penuh dengan aneka campur aduk emosi dan kehebohan, pastinya juga tangis dan tawa.

Novel kesepuluh karya Andrea Hirata membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk membuatnya. Jadi penasaran, kira-kira buku kedua dan ketiga kapan terbitnya ya.






1 komentar:

  1. Saya kurang ngerti endingnya.. Taripol adalah mastermind dalam satukan semula sirkus? Pohon bocorkan

    BalasHapus