Minggu, 15 Januari 2017

2017#002: Kisah Elsa dan Nenek


Judul asli: My Grandmother Asked Me To Tell You She's Sorry
Penulis:Fredrik Backman
Penerjemah: Jia Effendie
Penyunting: Yuke Ratna P
ISBN 13: 9786023851645
Halaman:496
Cetakan:Pertama-November 2016
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 79.000
Rating: 3.5/5

Tumbuhlah dan jadilah berbeda dan jangan biarkan siapapun menyuruhmu untuk tidak berbeda, karena semua pahlawan super itu berbeda. 

Bagi Elsa, gadis perempuan berusia sembilan tahun dari keluarga berpisah, sang Nenek tidak hanya sebagai seorang nenek, ibu dari ibunya, tapi juga sebagai sahabat karib. Banyak waktu yang mereka luangkan bersama-sama. Aneka kegilaan, keseruan, bahkan mereka memiliki bahasa rahasia.

Sungguh berat hidup pada usia sembilan tahun, tanya Elsa jika tidak percaya. Apa lagi jika kau tinggal dengan ibu yang sedang mengandung dan suami barunya, sementara sang ayah kandung sibuk mengurusi istri baru dan anak-anaknya. Jangan salah, mereka semua pasti akan bersedia meluangkan waktu untuk Elsa, tapi tidak ada yang bisa menandingi keseruannya bersama Nenek.

Versi Bahasa Bulgaria

Bergaul bersama Nenek yang berusia tujuh puluh tujuh tahun membuat Elsa seakan dewasa sebelum waktunya. Nenek begitu mencintai Elsa sehingga ia rela melakukan apa pun asal Elsa bahagia, termasuk berbuat hal yang menyebabkan ia dianggap gila! Salah satu adalah mengisahkan cerita tentang Tanah-Setengah-Terjaga.  

Kehidupan Elsa langsung berubah ketika suatu hari sang Nenek tidak bangun dari tidur. Ia meninggal karena kanker yang dideritanya. Sebelum meninggal, ia berhasil membuat  Elsa berjanji untuk menyelesaikan petualangan terakhir mereka, menyampaikan surat sang nenek.

Semula saya mengira hanya satu, baiklah beberapa surat yang harus disampaikan Elsa. Untuk memecahkan siapa penerimanya dibutuhkan petunjuk tertentu. Dan buku ini mengisahkan tentang bagaimana Elsa berupaya menyampaikan surat tersebut. Ternyata saya salah!

Tiap surat ditemukan dengan cara yang unik, betul itu, namun ada yang lebih penting yaitu isi surat dan si penerima. Setiap penerima  ternyata saling terkait dengan sang nenek.  Selain meminta agar menjaga Elsa, nenek juga meminta maaf pada si  penerima mengenal banyak hal. Mereka dengan cara masing-masing memerlukan Elsa untuk bisa memahami dirinya dan berkompromi dengan kehidupan yang mereka jalani.  

Tidak hanya mengisahkan tentang Elsa, Nenek dan orang-orang diantara mereka, namun buku ini juga mengisahkan tentang banyak hal lainnya. Misalnya mengenai generasi Elsa yang menyukai Ipad untuk menyimpan aneka buku dengan perempuan dalam rok hitam yang menyukai buku fisik.
Versi Bahasa Swedia

Ada juga tentang Elsa yang terheran-heran akan bacaan perempuan itu. Ia memiliki aneka buku menarik namun tak ada satu pun buku Harry Potter. Ini menunjukan bahwa buku HP bisa dikatakan semacam buku wajib dibaca anak seusia Elsa.

Unsur kekinian juga diusung penulis melalui percakapan antara Elsa dengan Mum mengenai X-men pada halaman 179. Atau mengenai bagaimana pahamnya Elsa terhadap wikipedia. Hanya percakapan singkat, namun hal ini justru menunjukan bagaimana perbedaan yang terjadi antara Elsa dan orang di sekitarnya, kecuali Nenek tentunya.

Banyak hal yang bisa kita peroleh dari kisah setebal 489 halaman ini. Setiap orang unik, dan tak perlu merasa rendah hati karena berbeda. Seperti kata Nenek, "Hanya orang-orang yang berbeda yang bisa mengubah dunia." Sepakat! 

Elsa digambarkan sebagai sosok yang paling sering mengalami bullying di sekolah. Dari perlakuan kasar hingga coretan di loker. Maka kepribadiannya juga berkembang menjadi anak yang agak sulit. Bagian ini memberikan peringatan pada pembaca untuk memperhatikan sekitar. Jangan-jangan sedang terjadi bullying di sekitar kita. 

Penulis mengajak kita ikutan berkhayal ala Elsa dengan menyuguhkan aneka tempat unik seperti Miamas, Miploris, Mirevas   Tanah-Setengah-Terjaga dan lainnya. 

Uniknya, pada halaman 302, terdapat penjelasan mengenai arti kata Mirevas, Miaudacas dan Mimovas. Kata-kata tersebut merupakan bagian dari bahasa isyarat yang dipergunakan antara Elsa dan Nenek. 

Versi Bahasa Korea
Agak bingung dengan penulisan eh cetak di halaman 272. Mungkinkan ada kesalahan tata letak? Atau sengaja dibuat untuk alasan dramatis? Tidak pas dilihat saja sebenarnya.

Menyimak bagaimana Elsa bisa berteriak seenaknya atau bicara dengan nada tinggi pada beberapa orang tua agak membuat khawatir. Tentunya pola pengasuh di tempat penulis berbeda dengan di tanah air. Meski begitu, menurut saya sangat tidak sopan bagi anak kecil berbicara dengan cara seperti itu. Sepertinya perlu memberikan catatan tambahan atau apalah dengan tujuan agar remaja yang membaca tidak merasa apa yang dilakukan oleh Elsa merupakan hal keren dan layak diikuti.
  
Alur kisah ini lebih lambat dibandingkan buku Karangan Fredrik Backman yang sebelumnya saya baca. Aneka tokoh muncul dalam peran sepotong-potong sebelum akhirnya disatukan dengan penjelasan yang sangat masuk akal.  Tapi urusan mengaduk-aduk emosi, seperti penulis yang satu ini kembali sukses membuat perasaan saya kacau balau. Sekedar saran, siapkan sapu tangan sebelum membaca kisah ini.

Dari buku ini saya mendapat satu kata baru, birai. Tepatnya birai pintu. Maklum, saya jarang mendengarnya. Ternyata dalam KBBI maknanya adalah bingkai, lis atau tepi. Maka birai pintu bisa dimaknai sebagai lis atau tepi pintu. 

Membaca buku ini, membuat saya makin paham dengan pepatah yang menyebutkan bahwa setiap nenek akan lebih mencintai cucunya dibandingkan anak sendiri. Saya jadi kangen almarhumah eyang putri saya. 

Jika mencari buku yang menunjukan betapa cinta seorang nenek pada cucunya bisa mampu melampui ruang dan waktu, maka inilah buku yang tepat. Mencari buku yang mengisahkan hubungan unik antara manusia, ini bukunya.  













1 komentar:

  1. Saya tidak sabar ingin membaca buku ini. Beberapa blogger buku mengatakan serupa, bagus. Mengetahui adanya buku ini, saya jadi ingin membandingkan dengan karya penulis tanah air, Di Tanah Lada karya Ziggy. :)

    BalasHapus