Judul asli: 70 Tahun Mengabdi untuk Kemanusiaan dan kemerdekaan
Penulis Naskah:DR Abdul Syukur, M. Hum
Agus Santoso, M. Hum
Lavanda Wirianata
Penyunting:Nina Masjhur
Penyusun: Palang Merah Indonesia
Divisi Pemberitaan Foto Perum LKBN Antara
Arsip Nasional Republik Indonesia
ISBN: 9789793575855
Halaman: 260
Cetakan: Pertama-2015
Penerbit: Palang Merah Indonesia
Mungkin belum banyak masyarakat umum yang mengetahui bahwa setiap tanggal 17 September diperingati sebagai hari Palang Merah Indonesia. Sungguh sayang, padahal keberadaan PMI sangat dekat dalam kehidupan kita. Misalnya saat membutuhkan transfusi darah, membantu saat terjadi bencana alam, dapur umum, hingga pengumpulan dana yang dilakukan melalui pembelian kupon di bandara.
Bermula dari sebuah karya dari Jean Henry Dunant yang terbit pada 1862 Un Souvenir de Salferino (Sebuah kenangan dari Solferino) akibat dari perang antara Austria dan Perancis pada 1859 di Solferino, muncul keinginan untuk membuat sebuah organisasi bantuan kemanusiaan tanpa memandang perbedaan yang ada Siamo Tutti Fratelti (kita semua bersaudara).
Gagasan tersebut diwujudkan dengan terbentuknya Komite Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Luka. Pada tahun 1864 di Jenewa, Swiss, diselenggarakan konvensi tentang Perbaikan Keadaan Angkatan Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Darat. Atas jasanya ini, Henry Dunnat mendapat Nobel untuk perdamaian pada tahun 1901. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hal ini bisa meluncur ke sini.
Setelah Konferensi Internasional Palang Merah yang pertama pada tahun 1867 di Paris, Perancis, keberadaan Organisasi Kemanusian makin dikenal secara luas ke seluruh dunia. Belanda tak mau ketinggalan dengan mendirikan Het Nedeland Rode Kruis (NRK). Gubenur Jenderal Hindia Belanda Mr. P Nijer mendirikan NRK Cabang Hindia Belanda tiga tahun sesudahnya.
Pada kongres NRK tahun 1872, diputuskan bahwa NRK Cabang Hindia Belanda akan mengembangkan diri menjadi organisasi kepalangmerahan yang terpisah dari NRK. Namanya diubah menjadi NIRK (Het Nedelandsche-Indies Rode Kruis).
Perjuangan pergererakan kebangsaan yang sukses mempopulerkan Indonesia sebagai identitas kebangsaan mempengaruhi para dokter yang tergabung dalam NIRK. Sehingga pada tahun 1932 pada kongres NIRK dr R.C.L Senduk serta dr. Bahder Djohan mengusulkan nama Palang Merah Indonesia untuk menggantikan NIRK. Sayangnya usulan tersebut ditolak, peserta kongres memilih nama baru yaitu NERKAI (Nederlans Rode Kruiz Afdeling Indie)
Gagasan pembentukan Palang Merah Indonesia mulai terwujud seiring dengan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tanggal 4 September, Presiden Soekarno memberikan perintah lisan kepada Menteri Kesehatan dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk organisasi Palang Merah Indonesia guna mengantisipasi peningkatan ketegangan politik dengan pemerintah Belanda pada saat itu serta untuk menunjukan kepada dunia internasional bahwa keberadaan Negara Indonesia adalah suatu fakta nyata. Untuk itu, maka dibentuklah Panitia Lima pada tanggal 5 September 1945. Untuk selanjutnya mengenai sejarah PMI bisa dilihat di link ini.
Sepak terjang PMI sudah dirasakan sejak lama. Gambar kuli ambulance NERKAI (Nederlans Rode Kruiz Afdeling Indie) di Batavia tahun 1874 yang disajikan pada bagian awal buku menunjukan hal tersebut. Sayangnya belum ada rekam jejaknya hingga saat ini. Baru pada peringatan ulang tahun PMI ke-70 atas prakarsa H. Muhammad Muas, SH untuk pertama kalinya disusun sebuah buku Sejarah Palang Merah Indonesia sebagai sumber sejarah kepalangmerahan yang dapat dipergunakan di lingkungan internal dan eksternal.
Bahan dalam penyusunan buku ini diperoleh dari penelusuran ke berbagai sumber di beberapa daerah, juga hasil kerja sama dengan LKBN Antara, Arsip Nasional Indonesia, Palang Merah Belanda serta tentunya dari para ahli sejarah. Para penghimpun bahan patut diacungi jempol untuk kesabaran dan semangatnya.
Buku setebal 260 ini terbagi menjadi beberapa bagian. Dimulai dengan kata sambutan dari Ketua Umum PMI M. Jusuf Kalla serta Pelaksana Harian Ketua Ginandjar Kartasasmita, lalu diberikan Introduksi berisi informasi mengenai Awal Mula Lahirnya Gagasan Kemanusiaan. Selanjutnya, bagian yang mengisahkan tentang peran aktif PMI yang terbagi dalam beberapa periode, yaitu:
1.Periode 1945-1954 Pengawal Revolusi.
2. Periode 1955-1964 Mengabdi untuk Indonesia yang Mandiri.
3. Periode 1965-1975 Mengabdi untuk Indonesia yang Bertransisi.
4. Periode 1976-1984Mengabdi untuk Indonesia dalam Orde Baru.
5. Periode 1985-1994 Mengabdi untuk Pembangunan Indonesia.
6. Periode 1995-2004 Mengabdi untuk Indonesia yang Bereformasi.
7. Periode 2005-2015 Mengabdi untuk Kemanusiaan dan Kebersamaan.
Tak ketinggalan, pembaca disuguhi informasi mengenai panitia Lima serta Sejarah Berdirinya PMI dalam Gambar. Kemudian ditutup dengan informasi mengenai profil Ketua Umum PMI dari Masa ke Masa.
Dengan membaca buku ini, banyak informasi seputar peran serta PMI dalam kehidupan sehari-hari yang kita peroleh. Peniwen Affair salah satunya. Sabtu sore 19 Februari 1949, pasukan Belanda memasuki Desa Peniwen Malang, Jawa Timur, mereka memaksa keluar semua anggota (Palang Merah Remaja (PMR) yang sedang merawat warga desa di Rumah Sakit Panti Husodho. Mereka diperintahkan untuk berbaris dan berjongkok dengan tangan di kepala, kemudia ditembak satu persatu. Dua belas anggota PMR dan 5 warga tewas saat itu.
Hal ini mendapat perhatian dunia internasional, setelah DS Martodipuro mengirim surat prostes. Apa yang dilakukan oleh tentara Belanda merupakan pelanggaran terhadap konvensi dan resmi telah melakukan kejahatan perang. Belanda mendapat tekanan dunia internasional, sementara Indonesia mendapat dukungan karena jika mengacu pada konvensi Jenewa 1949, anggota Palang Merah termasuk dalam kategori yang tak boleh diserang.
Jika tidak membaca dalam buku ini, saya belum tentu mengetahuinya. Padahal saya menjadi PMR dan KSR dahulu. Info seperti ini justru tidak pernah saya dapatkan. Dengan pengetahui peristiwa ini bisa meningkatkan semangat pengabdian sebagai anak muda. Juga menambah wawasan mengenai peran aktif PMR.
Zaman boleh berbeda namun PMI selalu memiliki perang aktif dalam kehidupan bermasyarakat maupun di tingkat internasional. Secara mudah, setiap terjadi bencana, pasti ada dapur umum yang dikelola oleh PMI. Saat terjadi gempa di Liwa, Kabupaten Lampung Barat pada Februari 1994, pada korban tsunami di Aceh dan Nias tahun 2006 lalu pada PMI juga memberikan bantuan kemanusiaan. Demikian juga pada saat peristiwa Bon Bali.
Sementara pada tingkat dunia, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah mengirim bantuan untuk korban gempa di Nepal tahun 2015 yang lalu. PMI mengirim personel dengan spesifikasi khusus di bidang air dan sanitasi serta bantuan logistik untuk membantu korban gempa.
Terhadap korban konflik Myamar, PMI juga memberikan bantuan berupa 500 paket hygiene kit, 3.000 selimut dan 10.000 sarung. Termasuk juga memberikan bantuan kepada "Manusia Perahu" sebelum berangkat menuju tanah airnya di Pulau Galang.
Jadi ingat saat kuliah dulu. Alih-alih mengadakan OSPEK dan sejenisnya, kampus mengadakan pelatihan Palang Merah. Dari pengenalan hingga praktek P3K. Buat saya yang sudah sering melakukan kegiatan tersebut, tetap saja bersemangat. Beda suasana. Junior tetap bisa akrab dengan senior dengan kegiatan ini. Ilmu yang diperoleh juga bermanfaat untuk jangka panjang.
Buku ini termasuk mudah dicerna karena penggunaan kata yang dipilih merupakan kata yang sangat mudah dipahami namun komunikatif. Malah bagi saya buku ini minim informasi dalam bentuk kalimat-kalimat panjang. Informasi disajikan dalam bentuk lain.
Sebagian besar buku ini berisikan aneka informasi dalam bentuk foto, tentunya ada informasi seputar foto tersebut. Sebagai contoh, foto yang ada di halaman 52-53 merupakan sebuah foto dari Markas Besar PMI di Yogyakarta, sementara pada halaman 84 merupakan foto dari naskah Pidato Presiden Soekarno pada peringatan HUT PMI yang ke-5 pada 17 September 1950. Sayangnya, huruf yang agak kecil membuat mata saya kurang nyaman. Untunglah foto-foto yang ada sudah bercerita banyak hingga bisa membantu saya untuk lebih memahami isi teks yang ada.
Pemilihan kover dengan warna putih sebenarnya agak riskan juga. Tapi warna putih seingat saya merupakan latar belakang dari warna bendera PMI. Dengan menggunakan nuansa putih, tulisan dengan warna merah sebagai judul terlihat begitu kontras. Siapa saja yang melihat pasti tergoda untuk sekedar membaca judul buku (minimal).
Sayangnya tidak ada sinopsis atau sejenisnya pada halaman belakang buku, sehingga tidak bisa diketahui secara langsung apa isi buku ini, selain terkait dengan PMI. Hal ini jelas terlihat pada judul buku. Selain itu, terdapat perbedaan ISBN di halaman dalam dengan yang tercetak di luar. Perlu dipastikan segera mana ISBN yang benar.
Buku ini sangat cocok dibaca untuk mereka yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai PMI. Dari sisi sejarah, peran aktif dalam masyarakat, dan sebagainya. Cocok juga dibaca bagi para penyuka sejarah karena tidak saja berisikan informasi mengenai latar belakang berdirinya PMI namun juga sejarah kemerdekaan bangsa. Bagi masyarakat umum, juga bisa menumbuhkan dan menambah rasa empati pada lingkungan sekitar. Bantuan bisa dilakukan dalam berbagai wujud.
Menurut panitia HUT ke-71 PMI buku ini belum dijual bebas. Untuk acara Bedah Buku baru akan diadakan pada Kamis, 29 September 2016 pukul 10.00-12.00 WIB di Ruang Terapung Perpustakaan UI dengan beberapa orang pembahas. Konon cerita, akan ada versi baru dengan dua bahasa dan penyempurnaan lebih lanjut. Semoga versi itu bisa dijual bebas sehingga generasi muda dan masyarakat luas bisa mengetahui seluk-beluk PMI.
--------------------------------------------------
Curcol dikit ah
Ini merupakan mendali penghargaan dari ICRC atau Komite Internasional Palang Merah untuk almarhum my beloved papa. ICRC adalah lembaga kemanusiaan swasta yang berbasis di Jenewa, Swiss. Negara-negara peserta (penanda tangan) keempat Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 dan 2005, telah memberi ICRC mandat untuk melindungi korban konflik bersenjata internasional dan non-internasional. Termasuk di dalamnya adalah korban luka dalam perang, tawanan, pengungsi, warga sipil, dan non-kombatan lainnya.
Dari sana pertama kali tahu tentang PMR dan selanjutnya KSR. Sayang , kesibukan kuliah di dua tempat membuat terpaksa mundur teratur dari semua kegiatan sejenis. Tapi, menurut saya masih banyak cara untuk menolong sesama. Salah satunya dengan memberikan akses bacaan bermutu bagi anak-anak generasi bangsa.
Penulis Naskah:DR Abdul Syukur, M. Hum
Agus Santoso, M. Hum
Lavanda Wirianata
Penyunting:Nina Masjhur
Penyusun: Palang Merah Indonesia
Divisi Pemberitaan Foto Perum LKBN Antara
Arsip Nasional Republik Indonesia
ISBN: 9789793575855
Halaman: 260
Cetakan: Pertama-2015
Penerbit: Palang Merah Indonesia
Mungkin belum banyak masyarakat umum yang mengetahui bahwa setiap tanggal 17 September diperingati sebagai hari Palang Merah Indonesia. Sungguh sayang, padahal keberadaan PMI sangat dekat dalam kehidupan kita. Misalnya saat membutuhkan transfusi darah, membantu saat terjadi bencana alam, dapur umum, hingga pengumpulan dana yang dilakukan melalui pembelian kupon di bandara.
Bermula dari sebuah karya dari Jean Henry Dunant yang terbit pada 1862 Un Souvenir de Salferino (Sebuah kenangan dari Solferino) akibat dari perang antara Austria dan Perancis pada 1859 di Solferino, muncul keinginan untuk membuat sebuah organisasi bantuan kemanusiaan tanpa memandang perbedaan yang ada Siamo Tutti Fratelti (kita semua bersaudara).
Gagasan tersebut diwujudkan dengan terbentuknya Komite Internasional untuk Pertolongan Prajurit yang Luka. Pada tahun 1864 di Jenewa, Swiss, diselenggarakan konvensi tentang Perbaikan Keadaan Angkatan Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Darat. Atas jasanya ini, Henry Dunnat mendapat Nobel untuk perdamaian pada tahun 1901. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hal ini bisa meluncur ke sini.
Setelah Konferensi Internasional Palang Merah yang pertama pada tahun 1867 di Paris, Perancis, keberadaan Organisasi Kemanusian makin dikenal secara luas ke seluruh dunia. Belanda tak mau ketinggalan dengan mendirikan Het Nedeland Rode Kruis (NRK). Gubenur Jenderal Hindia Belanda Mr. P Nijer mendirikan NRK Cabang Hindia Belanda tiga tahun sesudahnya.
Pada kongres NRK tahun 1872, diputuskan bahwa NRK Cabang Hindia Belanda akan mengembangkan diri menjadi organisasi kepalangmerahan yang terpisah dari NRK. Namanya diubah menjadi NIRK (Het Nedelandsche-Indies Rode Kruis).
Perjuangan pergererakan kebangsaan yang sukses mempopulerkan Indonesia sebagai identitas kebangsaan mempengaruhi para dokter yang tergabung dalam NIRK. Sehingga pada tahun 1932 pada kongres NIRK dr R.C.L Senduk serta dr. Bahder Djohan mengusulkan nama Palang Merah Indonesia untuk menggantikan NIRK. Sayangnya usulan tersebut ditolak, peserta kongres memilih nama baru yaitu NERKAI (Nederlans Rode Kruiz Afdeling Indie)
Terjemahan Pengesahan PMI (halaman 83) |
Gagasan pembentukan Palang Merah Indonesia mulai terwujud seiring dengan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tanggal 4 September, Presiden Soekarno memberikan perintah lisan kepada Menteri Kesehatan dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk organisasi Palang Merah Indonesia guna mengantisipasi peningkatan ketegangan politik dengan pemerintah Belanda pada saat itu serta untuk menunjukan kepada dunia internasional bahwa keberadaan Negara Indonesia adalah suatu fakta nyata. Untuk itu, maka dibentuklah Panitia Lima pada tanggal 5 September 1945. Untuk selanjutnya mengenai sejarah PMI bisa dilihat di link ini.
Sepak terjang PMI sudah dirasakan sejak lama. Gambar kuli ambulance NERKAI (Nederlans Rode Kruiz Afdeling Indie) di Batavia tahun 1874 yang disajikan pada bagian awal buku menunjukan hal tersebut. Sayangnya belum ada rekam jejaknya hingga saat ini. Baru pada peringatan ulang tahun PMI ke-70 atas prakarsa H. Muhammad Muas, SH untuk pertama kalinya disusun sebuah buku Sejarah Palang Merah Indonesia sebagai sumber sejarah kepalangmerahan yang dapat dipergunakan di lingkungan internal dan eksternal.
Bahan dalam penyusunan buku ini diperoleh dari penelusuran ke berbagai sumber di beberapa daerah, juga hasil kerja sama dengan LKBN Antara, Arsip Nasional Indonesia, Palang Merah Belanda serta tentunya dari para ahli sejarah. Para penghimpun bahan patut diacungi jempol untuk kesabaran dan semangatnya.
Buku setebal 260 ini terbagi menjadi beberapa bagian. Dimulai dengan kata sambutan dari Ketua Umum PMI M. Jusuf Kalla serta Pelaksana Harian Ketua Ginandjar Kartasasmita, lalu diberikan Introduksi berisi informasi mengenai Awal Mula Lahirnya Gagasan Kemanusiaan. Selanjutnya, bagian yang mengisahkan tentang peran aktif PMI yang terbagi dalam beberapa periode, yaitu:
1.Periode 1945-1954 Pengawal Revolusi.
2. Periode 1955-1964 Mengabdi untuk Indonesia yang Mandiri.
3. Periode 1965-1975 Mengabdi untuk Indonesia yang Bertransisi.
4. Periode 1976-1984Mengabdi untuk Indonesia dalam Orde Baru.
5. Periode 1985-1994 Mengabdi untuk Pembangunan Indonesia.
6. Periode 1995-2004 Mengabdi untuk Indonesia yang Bereformasi.
7. Periode 2005-2015 Mengabdi untuk Kemanusiaan dan Kebersamaan.
Tak ketinggalan, pembaca disuguhi informasi mengenai panitia Lima serta Sejarah Berdirinya PMI dalam Gambar. Kemudian ditutup dengan informasi mengenai profil Ketua Umum PMI dari Masa ke Masa.
Dengan membaca buku ini, banyak informasi seputar peran serta PMI dalam kehidupan sehari-hari yang kita peroleh. Peniwen Affair salah satunya. Sabtu sore 19 Februari 1949, pasukan Belanda memasuki Desa Peniwen Malang, Jawa Timur, mereka memaksa keluar semua anggota (Palang Merah Remaja (PMR) yang sedang merawat warga desa di Rumah Sakit Panti Husodho. Mereka diperintahkan untuk berbaris dan berjongkok dengan tangan di kepala, kemudia ditembak satu persatu. Dua belas anggota PMR dan 5 warga tewas saat itu.
Hal ini mendapat perhatian dunia internasional, setelah DS Martodipuro mengirim surat prostes. Apa yang dilakukan oleh tentara Belanda merupakan pelanggaran terhadap konvensi dan resmi telah melakukan kejahatan perang. Belanda mendapat tekanan dunia internasional, sementara Indonesia mendapat dukungan karena jika mengacu pada konvensi Jenewa 1949, anggota Palang Merah termasuk dalam kategori yang tak boleh diserang.
Jika tidak membaca dalam buku ini, saya belum tentu mengetahuinya. Padahal saya menjadi PMR dan KSR dahulu. Info seperti ini justru tidak pernah saya dapatkan. Dengan pengetahui peristiwa ini bisa meningkatkan semangat pengabdian sebagai anak muda. Juga menambah wawasan mengenai peran aktif PMR.
Zaman boleh berbeda namun PMI selalu memiliki perang aktif dalam kehidupan bermasyarakat maupun di tingkat internasional. Secara mudah, setiap terjadi bencana, pasti ada dapur umum yang dikelola oleh PMI. Saat terjadi gempa di Liwa, Kabupaten Lampung Barat pada Februari 1994, pada korban tsunami di Aceh dan Nias tahun 2006 lalu pada PMI juga memberikan bantuan kemanusiaan. Demikian juga pada saat peristiwa Bon Bali.
PLH Ketua Umum PMI Saat Memberikan Keterangan Pers Tentang Bantuan PMI untuk Korban Gempa di Nepal (Halaman 250) |
Sementara pada tingkat dunia, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah mengirim bantuan untuk korban gempa di Nepal tahun 2015 yang lalu. PMI mengirim personel dengan spesifikasi khusus di bidang air dan sanitasi serta bantuan logistik untuk membantu korban gempa.
Terhadap korban konflik Myamar, PMI juga memberikan bantuan berupa 500 paket hygiene kit, 3.000 selimut dan 10.000 sarung. Termasuk juga memberikan bantuan kepada "Manusia Perahu" sebelum berangkat menuju tanah airnya di Pulau Galang.
Jadi ingat saat kuliah dulu. Alih-alih mengadakan OSPEK dan sejenisnya, kampus mengadakan pelatihan Palang Merah. Dari pengenalan hingga praktek P3K. Buat saya yang sudah sering melakukan kegiatan tersebut, tetap saja bersemangat. Beda suasana. Junior tetap bisa akrab dengan senior dengan kegiatan ini. Ilmu yang diperoleh juga bermanfaat untuk jangka panjang.
Buku ini termasuk mudah dicerna karena penggunaan kata yang dipilih merupakan kata yang sangat mudah dipahami namun komunikatif. Malah bagi saya buku ini minim informasi dalam bentuk kalimat-kalimat panjang. Informasi disajikan dalam bentuk lain.
Pelatihan Penyelamatan Korban Bencana Alam di Kampus IISIP Tahun 1990 (halaman 169) |
Sebagian besar buku ini berisikan aneka informasi dalam bentuk foto, tentunya ada informasi seputar foto tersebut. Sebagai contoh, foto yang ada di halaman 52-53 merupakan sebuah foto dari Markas Besar PMI di Yogyakarta, sementara pada halaman 84 merupakan foto dari naskah Pidato Presiden Soekarno pada peringatan HUT PMI yang ke-5 pada 17 September 1950. Sayangnya, huruf yang agak kecil membuat mata saya kurang nyaman. Untunglah foto-foto yang ada sudah bercerita banyak hingga bisa membantu saya untuk lebih memahami isi teks yang ada.
Pemilihan kover dengan warna putih sebenarnya agak riskan juga. Tapi warna putih seingat saya merupakan latar belakang dari warna bendera PMI. Dengan menggunakan nuansa putih, tulisan dengan warna merah sebagai judul terlihat begitu kontras. Siapa saja yang melihat pasti tergoda untuk sekedar membaca judul buku (minimal).
Sayangnya tidak ada sinopsis atau sejenisnya pada halaman belakang buku, sehingga tidak bisa diketahui secara langsung apa isi buku ini, selain terkait dengan PMI. Hal ini jelas terlihat pada judul buku. Selain itu, terdapat perbedaan ISBN di halaman dalam dengan yang tercetak di luar. Perlu dipastikan segera mana ISBN yang benar.
Buku ini sangat cocok dibaca untuk mereka yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai PMI. Dari sisi sejarah, peran aktif dalam masyarakat, dan sebagainya. Cocok juga dibaca bagi para penyuka sejarah karena tidak saja berisikan informasi mengenai latar belakang berdirinya PMI namun juga sejarah kemerdekaan bangsa. Bagi masyarakat umum, juga bisa menumbuhkan dan menambah rasa empati pada lingkungan sekitar. Bantuan bisa dilakukan dalam berbagai wujud.
Menurut panitia HUT ke-71 PMI buku ini belum dijual bebas. Untuk acara Bedah Buku baru akan diadakan pada Kamis, 29 September 2016 pukul 10.00-12.00 WIB di Ruang Terapung Perpustakaan UI dengan beberapa orang pembahas. Konon cerita, akan ada versi baru dengan dua bahasa dan penyempurnaan lebih lanjut. Semoga versi itu bisa dijual bebas sehingga generasi muda dan masyarakat luas bisa mengetahui seluk-beluk PMI.
--------------------------------------------------
Curcol dikit ah
Ini merupakan mendali penghargaan dari ICRC atau Komite Internasional Palang Merah untuk almarhum my beloved papa. ICRC adalah lembaga kemanusiaan swasta yang berbasis di Jenewa, Swiss. Negara-negara peserta (penanda tangan) keempat Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 dan 2005, telah memberi ICRC mandat untuk melindungi korban konflik bersenjata internasional dan non-internasional. Termasuk di dalamnya adalah korban luka dalam perang, tawanan, pengungsi, warga sipil, dan non-kombatan lainnya.
Dari sana pertama kali tahu tentang PMR dan selanjutnya KSR. Sayang , kesibukan kuliah di dua tempat membuat terpaksa mundur teratur dari semua kegiatan sejenis. Tapi, menurut saya masih banyak cara untuk menolong sesama. Salah satunya dengan memberikan akses bacaan bermutu bagi anak-anak generasi bangsa.