Minggu, 15 September 2013

Enigma, Cinta yang Tak Terjelaskan


Penulis: Yudhi Herwibowo
Editor: Anin Patrajuangga
Kover: Rio
Penata isi: Gun
ISBN:  978-602-251-192-2
Halaman: 233
Penerbit: Grasindo
Harga: Rp 49.000


English to English
noun
1. something that baffles understanding and cannot be explained 
2. a difficult problem 
3. A dark, obscure, or inexplicable saying; a riddle; a statement, the hidden meaning of which is to be discovered or guessed. 
Indonesian to Indonesian
4. teka-teki; tidak jelas (tt ucapan); misterius: pernyataannya menimbulkan -- bagi masyarakat
(http://www.artikata.com/arti-59937-enigma.html)

Tak terhitung persahabatan yang berakhir dengan terpautnya dua hati. Tapi sangat sedikit terpisahnya dua hati yang berakhir dengan persahabatan


Ada  hal yang tidak bisa dijabarkan dengan logika, bahkan untuk hal kecil sekalipun.  Urusan cinta misalnya. Lima sahabat, enam sebenarnya setelah yang satu memutuskan untuk membuka lembaran baru di kota lain, juga mengalami hal serupa. Ada rasa  yang terpendam, ada cinta yang tak seindah kelihatannya,  tak ketinggalan hati yang terluka.

Mereka dipertemukan oleh  meja besar di bawah pohon besar yang ada di sebuah warung lotek di dekat kanisius, Yogyakarta. Mereka rela menunggu hingga tempat favorit itu khusus sekedar untuk bisa bersendau gurau. Perkenalan saat orientasi membawa mereka kedalam sebuah lingkaran persahabatan unik dengan bumbu cinta.

Diawal kisah, penulis memberikan pengenalan karakter masing-masing tokoh.  Hasha sang penulis, Patta lelaki idaman wanita, Chang yang hidup di bawah  bayang masa lalu, Goza si bedabah sejati dan Isra yang takut akan kelebihannya. Kelima tokoh utama dan satu tokoh pembantu digambarkan sedang merenungi jalan kehidupan masing-masing.

Selanjutnya kita akan dimanjakan dengan bagaimana kelima tokoh utama dalam kisah ini Hasha, Isara, Patta, Chang dan Goza menjalani kehidupannya. Hati-hati! Jangan mengambil kesimpulan jika menemukan suatu hal karena apa yang disajikan belum tentu hal yang akan terus berlangsung sampai akhir cerita. 

Dalam kisah ini, Isara dan Hasha   merupakan sepasang kekasih yang serasi.  Satunya suka menulis puisi, yang lain menikmati puisi itu. Sungguh sepadan. Tanpa mereka sadari ,seorang gadis manis, Kurani terpaksa menahan rasa.  Namun akhir kisah justru Isara menikah dengan Patta. Tunggu…., akhirnya juga tidak seperti itu

Ternyata tanpa mereka sadari, kehidupan yang satu mempengaruhi kehidupan yang lain. Mereka berlima menjalani peranannya masing-masing hingga suatu saat suka atau tidak, disengaja maupun tidak,  apa yang mereka lakukan ternyata membawa dampak bagi yang lain. Hubungan sebab akibat sangat jelas dalam kisah ini. Tapi tak ada jalan untuk menghindar, mereka harus menjalankan perannya dalam kehidupan yang lain.

Walau ada lima tokoh dalam buku ini, namun penulis mampu menciptakan karakter yang kuat bagi masing-masing tokoh. Tak ada yang lebih dominan. Semuanya memiliki porsi yang sama dalam kisah ini. Sebuah peristiwa diungkap dari beberapa sudut pandang tokohnya.

Hanya saja bagian  gambaran kehidupan para tokoh kurang diekpos lebih lanjut. Secara kepribadian kita sudah sangat paham bagaimana karakter kelima tokoh utama dalam kisah ini, tapi perihal bagaimana cara menjalani kehidupan masih minim info.

Bicara mengenai sosok Patta misalnya. Patta digambarkan pintar, menarik dan berotak cemerlang. Tapi seberapa pintar, menarik dan cemerlangnya ia? Kariernya dianggap baik melalui ulasan yang terkait dengan staf di Senayan. Tapi seperti apa? Apakah hanya cukup dengan "Membantu" di sana-sini lalu bisa dikatakan cemerlang? Penulis sebaiknya memberikan controh kongkrit seperti menjadi Wakil Ketua Fraksi XXX, karena menyinggung soal Senayan. Atau menyebutkan pujian atas keberhasilannya merekayasa kejadian Z. Apapun itu sebagai bukti pendukung betapa cemerlangnya seorang patta.

Goza yang konon merupakan seorang pembunuh bayaran tersamar dalam tingkah laku kocaknya. Guyonannya selalu mampu menghangatkan suasana. Baginya perempuan hanya untuk menghangatkan tempat tidur, tidak lebih. Mungkin ia lupa jika ia lahir dari rahim seorang perempuan.

Walau digambarkan sebagai seorang bajingan, tapi saya kurang kuat menangkap kesan itu. Goza sangat tahu kelebihannya terhadap perempuan, tapi seperti apa kelebihan itu sepertinya kurang dijabarkan. Memang disebut tampan, tapi setampan apa? Misalnya dengan wajah setampan aktor XX dan suara lembut dan tubuh aduhai, sejenisnyalah. 

Penulis juga terlalu santun mengungkapkan unsur "Bedebah" Goza. Kesan B***n**n kurang terurai selain dari kata-kata yang harus diterima pembaca bahwa Goza dengan segala kelebihannya adalah seorang bedebah, titik.

Akan lebih dramatis jika saat akhir Goza ternyata ada ditangan salah satu korbannya, sosok yang tak disangka-sangka. Penjaga warung, pembantu kost siapa saja. Sehingga efek seorang bedebah yang layak dihabisi tercapai dengan indah. 

Andai sosok Goza juga dibuat seperti Pietro Maxx alias Jolyon Wagg Agen asuransi ala Tintin akan meninggalkan efek dramatis. Tidak ada yang mengira dibalik sosok kocak dan tengilnya ternyata dia. seorang bedebah. Sekalian mengungkap kecintaan penulis pada kisah Tintin he he he.

Kesan takut, kesepian, galau terasa dengan kental. Kesan muram di beberapa bagian tersampaikan dengan sukses. Di bagian lain, kita juga dibuat tersenyum membaca asal muasal nama panggilan Chang, Nama aslinya adalah Indiray. Chang merupakan nama pemberian para sahabat karena mengingatkan mereka pada Chang, tokoh dalam Tintin.

Dibandingkan buku yang lain (plus draf novel-novel yang akan segera lahir) bisa dibilang buku ini memainkan emosi pembacanya ala roller coaster. Saat sedang prihatin betapa kesepiannya Isara, pembaca segera diajak merasakan kegalauan Chang, kemudian meloncat ke Goza yang sedang bersemangat men gatur strategi mesum, selanjutnya mencoba memahami kegalauan hati Patta.

Beberapa gambaran dalam buku walau tersamar  membuat kita teringat pada kejadian belum lama berselang terjadi. Saat menguraikan tentang Chang, saya langsung teringat pada salah satu aliran yang dilarang di tanah air. 

Sang ketua yang digambarkan selalu berpakaian putih-putih secara otomatis mengarahkan pembaca pada apa yang dimaksud penulis dengan cepat. Gempa di Yogya yang menjadi andil bertemunya beberapa dari mereka mengusik rasa empati kita pada para korban gempa di sana. Kegagalan Goza melakukan tugasnya mengingatkan pada kasus pembunuhan salah seorang kuli tinta.

Secara keseluruhan buku ini menawan. Hanya saya merasa penulis tidak membebaskan dirinya untuk mengeksplor para tokoh. Ia seperti  tidak berkreasi secara maksimal, Seakan ada hal-hal yang ditahannya. Ada unsur greget yang hilang dari gaya penulisan seorang Yudhi. Ada semacam keberanian yang ditahan. Entah karena beberapa tokoh terkait dengan urusan yang sempat menjadi hal sensitif, atau khawatir akan memicu hal-hal yang tidak diinginkan.Enigma, ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan di sini.

Kover yang tak biasa membuat buku ini memiliki penafsiran yang mendalam. Enigma berasal dari bahasa Yunani kuno : ανιγμα (ainigma). Secara harafiah maknanya adalah teka-teki, ketidakjelasan. Enigma merupakan  salah satu jenis dari teka-teki  yang biasanya disajikan dalam bahasa metaforis atau alegoris yang membutuhkan kecerdikan dan  kehati-hatian berpikir untuk memecahkannya. Seorang insinyur Jerman bernama Arthur Scherbius menciptakan Mesin Enigma, mesin penyandi yang digunakan untuk mengenkripsikan dan mendekripsikan sebuah pesan rahasia.

Gerigi pada mesin Enigma yang dijadikan sebagai kover menandakan bahwa kehidupan para tokoh dalam kisah ini saling berkaitan. Roda kehidupan mereka otomatis berputar bersama tanpa bisa dipisahkan. Satu saja gerigi berhenti berputar, maka makna kehidupan yang lain juga tak akan berputar. Bersama-sama atau tidak sama sekali.  

Keterkaitan satu dengan yang lain terjadi tanpa disengaja. Beberapa kejadian memang menjadi bumbu, untuk itu sayang jika tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin.  Patta sangat membenci Goza yang dianggap berkhianat pada persahabatan mereka, kelak ternyata Patta terpaksa memanfaatkan jasa Goza dengan sepenuhnya menyadari jika gagal maka habislah Goza. Sekali jalan dua tujuan tercapai. Unsur seperti ini bisa dibuat lebih dramatis lagi sehingga pembaca bisa merasakan betapa sakit hatinya Patta dan rasa sakit hati  Goza karena dijadikan biduk mainan.

Pilihan kover yang pas menurut saya. Walau saya penasaran kenapa memilih warna coklat yah, kenapa tidak warna cerah sehingga berkesan eksrim. Sebagai pembaca saya penasaran akan isi buku ini menilik kovernya bukan mengandalkan gambar sepasang kekasih, kalimat menye-menye atau siluet yang menandakan kisah cinta. 

Saya memang bukan penggemar kisah cinta apa lagi ala menye-menye, tapi bisa dipastikan kover unik dengan cutting yang tak biasa ini akan menggoda mata saya. Di pojok kiri atas ada tulisan PSA apakah yang artinya? *penasaran*

Saya juga sangat penasaran dengan makanan yang sering  dipesan mereka bersama, Lotek. Apa bedanya denga gado-gado? Karena gambaran yang saya dapat keduanya nyaris sama persis. Aneka Komen dari sahabat di media sosial membuatku makin penasaran. 

Mulai bertanya pada sahabat yang suka memasak, berselancar di dunia maya, hingga duduk memesan seporsi saat pulang kemarin lalu menemukan tulisan di sebuah warung di pinggir jalan, "Sedia Lotek." 

Hasil pengamatan singkat saat icip-icip, keduanya memang mirip. Sama-sama menggunakan bahan dasar berupa rebusan (namun ada juga yang mentah-katanya)  sayur-mayur segar.Lotek  menggunakan kencur dan kentang yang dihaluskan sebagai bumbu kadang ditambah jeruk nipis. Soal isi lotek tidak memasukan telur dalam jajaran bahan, sementara gado-gado ada yang memasukan ada yang tidak.  Soal rasa, saya masih terbuai dengan  gado-gado dengan brand b***o *opini pribadi lho*

Jika ada yang tertarik untuk membuat Lotek, silahkan simak 
http://travel.kapanlagi.com/yogyakarta/kuliner/depot-pujasera/37003-lotek-sagan.html

http://yukariosima.blogspot.com/2011/11/resep-masakan-khas-jawa-lotek-jogja.html


http://travel.kapanlagi.com/yogyakarta/kuliner/depot-pujasera/37003-lotek-sagan.html

Penulis berbakat ini, mengaku bahwa tokoh yang ada dalam kisah ini hanya fiktif semata guna membuat  kisah menjadi menarik. Namun jika hendak dicarikan padanannya, maka sosok Hasha merupakan sosok yang paling mendekati dirinya.

Hemmm, apa iya sih? sosok Goza jelas bukan, hal ini terlihat gambaran Goza sang  bedebah yang kurang dramatis. Mengingat sosok beliau (menurut para sahabat) cukup santun maka hal ini bisa dimaklumi.

Patta? Sepertinya bukan mengingat kita belum pernah dikenalkan dengan "calon" beliau. Mungkin lain kali saat saya soan beliau berkenan mengisahkan dari mana inspirasi para tokoh dalam kisah ini
 
Pada halaman depan, sang penulis menyebutkan bahwa semua  lirik berbahasa Inggris merupakan lirik lagu dari Group Enigma asal Jerman, tak ada salahnya sesekali kita menikmati lagu yangsempat terkenal di tanah air.

 "Return To Innocence"

That's not the beginning of the end
That's the return to yourself
The return to innocence
Love - Devotion
Feeling - Emotion
Love - Devotion
Feeling - Emotion
Don't be afraid to be weak
Don't be too proud to be strong
Just look into your heart my friend
That will be the return to yourself
The return to innocence
If you want, then start to laugh
If you must, then start to cry
Be yourself don't hide
Just believe in destiny

Hayuh diintip yang ini
http://youtu.be/Rk_sAHh9s08
http://youtu.be/2rALVgdoMHk
Hemmm jadi apa yah hubungan antara Enigma kisah dalam buku ini dengan Group Enigma? Apakah ada kaitannya dengan sosok yang menjadi inspirasi? Tak terjelaskan sampai ada pengakuan sang penulis


------------------------------
------------------------------
Saat kini dini hari
Ketika sebuah nomer menerima panggilan
"Kangmas kulo mimpi"
"Den ayu, monggo ngendikan mimpi menopo?"
"Kang mas kulo mresani......."
Hening sesaat
"Hemmmmm ngih pun. Den ayu sampun mengertos tho menawi...."

Wanita itu seumur hidupnya berjuang untuk menolak kelebihan yang dimilikinya. Ia sering bermimpi bertemu dengan seorang lelaki yang tak dikenalnya. Wujudnya sering berbeda. Sebuah tandalah yang menunjukan itu sosok yang sama.

Lelaki itu sering diminta membimbing karena kelebihannya, tapi dalam perjalanannya ia sering melihat siluet  sosok wanita. Tak ada kerabat atau kenalannya yang serupa. Kadang siluet  itu hadir dalam sosok nyaris lengkap, kadang sangat  samar. Ciri yang melekat yang membuatnya tahu ia berhadapan dengan sosok yang sama
.

Suatu saat, keduanya bertemu di kehidupan nyata.
Tak butuh lama untuk  saling menyadari 
Bahwa mereka berhadapan dengan sosok yang selama ini sering hadir
Yang satu berkompromi dengan kelebihan yang selama ini dipungkiri
Yang  lain mendampingi dan mendapatkan banyak hal untuk ditelaah
Dalam kehidupan ini, banyak hal yang tak bisa dijelaskan,
Enigma

------------------>
*Kisah di balik review buku ini

Kemarin sore saat pulang mengurus sebuah proyek
Me: Stopppppppp! Cintaku berhenti di warung itu
C: Hah? Warung yang mana? *celingukan*
Me: Itu yang ada tulisan sedia Lotek
C: Oh udah kelewat dikit nih? Kalo gitu kudu puter balik. Besok aja yah mampirnya *setelah  sukses cari lokasi buat berhenti sebentar*
Me: Enggak ah mau sekarang
C: Tapi baliknya bakalan macet nih, secara malam minggu di sini kan padat. Besok aja yukk nyobainnya *ngerayu lapis 7*
Me: Repot yah musti muter
C: Iya, kalo besok bisa dari jauh udah siap-siap minggir *bersiap mau jalan lagi*
Me: Oh ya sudah kl gitu aku turun sini aja, ntar pulang naik ojek jg bs kl angkot ngak ada jd cintaku ngak ribet *siap-siap*
C: WHATS!!!!!!!!!! Aduhhhh kenapa sih ngeyel musti nyobain Lotek sekarang? Aneh. Kemarin-kemarin ngak tergoda padahal sering kan lewat sini *wajah sesangar singa*
Me: Butuh riset buat review bukunya Mas Yudhi Herwibowo yang terbaru
C: *Tarik napas puanjanggggg* Ya sud tapi kalo balik macet jangan rewel yah *pasang wajah termanyun sejagat*
Me: Ngak akan! Profesionalisme dalam mereview butuh pengorbanan. Thx yahh cintaku *kasih senyum termanis*
C: Hem *siap-siap puter balik*
C: Eh puja jiwaku, Mas Yudhi  lg bikin buku lagi kan?
Me: he eh kenapa?
C: Enggak sekedar siaga 1 jk mendadak kamu pingin pergi ke lokasi yg ditulis di buku itu demi profesionalisme review. *nada datar tapi dongkol*
Me: Ohh gt, ntar aku tanya yah setting lokasinya dimana *pura2 ngak tahu ada yg be te

Gambar:
http://ekanadashofa.staff.uns.ac.id/tag/yudhi-herwibowo/
http://travel.kapanlagi.com/yogyakarta/kuliner/depot-pujasera/37003-lotek-sagan.html





5 komentar:

  1. Kalo di bandung banyak sih lotek yang pake telur. Menurut orang bandung, perbedaanya itu lotek bumbunya diulek, kalo gado-gado disirem. (bingung gak? saya sih bingung)

    BalasHapus
  2. Itu lotek kanisius kayaknya perlu dicari deh...

    BalasHapus
  3. wah terima kasih mbak truly.
    cepat sekali... :)
    ini memang novel yang agak2 kelam, sesuai judulnya...

    mbak desty: bisa dicari mbak. tapi beberapa tahun lalu aku ke sana, pohon besar yang biasa jadi tempat peneduh meja besar di bawahnya, sudah dipotong... :(

    BalasHapus
  4. beda nya ada pada bumbunya..

    bumbu gado2 dimasak sedang lotek tidak..langsung diuleg di cobek

    BalasHapus