Selasa, 12 Februari 2013

Surat Dahlan Untuk Belahan Jiwaku


Sejuta pelukan tak kan pernah cukup
Satu manyunan sudah menghempaskan diriku ke dalam duka lara yang sangat mendalam 
Ketika sedikit saja ada kesal  di hatimu, sangat aku rasakan sesak di dada
Dan satu senyumanmu sudah dapat melambungkan kebahagiaan yang tak terhingga
Saat aku bisa mengusap rambut dan pipimu, berjuta kedamaian luruh mengisi hatiku wahai belahan jiwaku


Cintaku
Belahan jiwaku

Sepenggal kalimat singkat melalui jalur komunikasi kita membuatku tertegun, menyadarkan diriku betapa aku sudah membuat hatimu gundah tanpa sengaja. Kadang sifat egoisku meraih kemenangan saat bertarung dengan logikaku. Semoga cintaku, belahan jiwaku sudi terus bersabar membimbingku untuk bisa lebih membuatnya bahagia.

Bagaimana kabarmu  belahan jiwaku?
Jarak diantara kita tak akan terasa jauh jika dibandingkan dengan apa yang kita raih.
Rasa rindu di dada akan terbayar dengan tercapainya cita-cita kita

Mengisi hari tanpa dirimu, membuatku kembali menekuni kegiatan yang nyaris tak sempat kulakukan sejak belahan jiwaku jauh. Menghadiri launching buku dan membuat review. Tentunya beda maknaya saat aku sendiri  melakukan kegiatan yang biasa kita lakukan bersama, walau aku berada diantara sahabat. Membuatku kian merindukanmu ^_^

Salah satu buku yang baru selesai aku baca adalah Surat Dahlan hasil karya Daeng Khrisna Pabichara. Malu juga aku saat launching mengetahui bahwa seorang Dahlan Iskan mewajibkan dirinya membaca 1 novel bermutu setiap bulannya. Rasanya aku harus mulai lebih disiplin lagi untuk urusan membaca dan mereview buku.

Buku ini mengisahkan bagaimana tokoh kita, Dahlan Iskan, mengisi masa remaja hingga menemukan pelabuhan hati. Tak ketinggalan mengenai asal muasal pekerjaannya. Kisah yang dibuka dengan suasana saat operasi pencangkokan ginjal membawa kita seakan melihat kilas balik sosok yang bersahaja dan alam kehidupan  di  Kota Samarinda.

Dahlan kecil sekarang sudah menjadi remaja yang sedang mencari jati diri. Ia hijrah ke Samarinda dengan modal nekat guna menuntut ilmu. Untuk urusan tempat tinggal, ia menumpang di rumah Mbak Atun. Selain diisi dengan urusan kuliah, Dahlan muda juga disibukan dengan beragam kegiatan seputar Pelajar Islam Indonesia, PII dimana ia bergabung.

Semasa bergabung dalam PII, Dahlan muda bersahabat erat dengan Syaiful, latif dan Syarifuddin, serta seorang gadis manis namun perkasa bernama Nafsiah, putri seorang tentara. Layaknya pemuda yang penuh idealis, mereka berusaha membuat negeri ini menjadi lebih baik berdasarkan harapan mereka.

Sosok-sosok idealisme muda tersebut  tak kenal lelah dalam memperjuangkan nasib rakyat. Saat yang lain terpuruk, pasti ada sosok  tegar yang  memompa semangat teman-teman seperjuangannya.  Nafsiah misalnya. Sosok  tegar tak kenal takut kecuali terhadap serangga, mampu menggugah semangat teman-temannya saat mulai surut dengan kata-kata santun namun penuh makna. " Kita sedang menanam pohon kebaikan. Tak perduli apa kelak kita atau bukan yang memetik buahnya. Tapi ingat, kita baru menanam. Bukan memetik, apa lagi menikmati buah."

Dengan bergabung dalam PPI, Dahlan juga  lebih memahami bagaimana  makna pertemanan. Tengok kisah saat Syaiful dan Syarifuddin ditangkap karena melakukan demonstrasi.Dalam keadaan kacau, secara spontan setiap individu sibuk mengamankan dirinya. Secara naluri, Dahlan berlari menyelamatkan dirinya tanpa bermaksud meninggalkan teman-teman seperjuangannya. Rasa sesalnya  luluh mendengar ucapan syaiful, " Kita senasib-seperuntungan. Jika di antara kita ada yang berbuat salah, cepat dan tuluslah memaafkan. Bila rebah kita harus saling menegakkan. Bila lupa, kita wajib saling mengingatkan."

Siapa yang mengira, demonstrasi tersebut membuat Dahlan bertemu dengan Sayid, yang mengajaknya untuk bergabung menjadi wartawan. Menurutnya banyak cara untuk melawan, dengan menjadi wartawan salah satunya. Dengan menjadi wartawan Dahlan bisa mempertahankan idealisme tanpa takut dikejar-kejar tentara. Kelak  hal ini membawa Dahlan menjadi petinggi di salah satu koran besar di Jawa Timur.

Masih banyak kisah yang menarik dalam buku ini. Antara lain kisah  romantis antara Dahlan Iskan dan sang istri, asal mula nama Dahlan Iskan serta bagaimana kehidupan dunia jurnalistik. Segera aku kirimkan buku ini begitu selesai kuulas.

Kekuatan utama dari buku ini justru dari kesederhanaan tokoh serta rangkaian kalimat sederhana yang diracik oleh sang penulis. Sosok Dahlan tertuang sebagai manusia yang utuh dengan emosi, kelebihan  dan kekurangannya. Kisah yang disajikan juga apa adanya tanpa berkesan membuat seseorang menjadi sosok super hero atau membuat pembaca merasa kasihan yang berlebihan pada nasib kurang beruntung sang tokoh saat muda.

Pembaca diajak mengikuti sebuah rangkaian proses pembelajaran tanpa merasa dipaksa untuk menjadikannya sebagai contoh. Penulis hanya menyajikan sebuah fakta, bagaimana menyikapinya tergantung setiap individu yang membaca dan mengambil hikmat dari buku ini.

Beberapa hal yang mengusik rasa penasaranku juga ada dalam buku ini, contohnya pada bagian mereka pulang bersama dari rumah Nenek Saripa. Kenapa justru  Dahlan yang digonceng oleh Nafsiah? Untuk sosok yang santun pada wanita sepertinya aneh saja mengetahui seorang Dahlan malah duduk manis sementara seorang perempuan yang harus mengeluarkan tenaga untuk mengayuh sepeda.

Selanjutnya mengapa dari awal sudah disebutkan nama istri Dahlan Iskan. Memang sudah banyak yang tahu, tapi jika tidak dicantumkan akan membuat rasa penasaran pembaca, terutama bagi yang belum mengetahui sosok sang istri. Sungguh sosok yang sangat santun saat kutemui di Acara launching yang lalu. Sangat berbeda dengan kesan perkasa yang ditampilkan dalam buku ini, Waktu tentunya membuat seseorang berubah.

Seorang Dahlan Iskan selalu merawat tiga hal dalam kehidupan ini. Kepercayaan, rasa hormat dan cinta. Aku mempercayakan seluruh hidupku pada belahan jiwaku, ia yang menentukan kemana aku harus melangkah dan melakukan apa. Aku menghormatinya dengan segala kekurangan yang ada tanpa melihat kelebihanku. Sudah pasti aku mencintai belahan jiwaku.

Jika Nafsiah mendapatkan  janji kesetian seorang Dahlan, aku mendapat kesetian, rasa nyaman dari pusat kehidupanku, dirimu.

Kalimat yang layak kita kutip adalah
Kita hidup dari apa yang kita dapatkan dan kita bahagia dari apa yang kita berikan
Berita seputar Acara Launching Surat Dahlan bisa disimak antara lain di
http://noura.mizan.com/index.php?fuseaction=news_det&id=211
http://bisnis.liputan6.com/read/508467/sambut-imlek-dahlan-luncurkan-novel-surat-dahlan
http://www.antaranews.com/berita/357582/novel-surat-dahlan-diluncurkan

Aku sertakan beberapa foto agar belahan jiwaku mengetahui kondisiku sungguh baik-baik saja walau merindukanmu yang jauh di sana.
Saat merindukanku, tataplah langit gelap di malam hari, ada aku di sana

Yang menjadikanmu sebagai pusat kehidupan

TR



--------------------

Terinspirasi dari buku

Penulis : Khrisna Pabicara
Penyunting: Suhindrati Shinta, Rina Wulandari
Penyelaras Aksara: Putri Rosdina, Novi Khansa, A. Fathoni
Desain Isi: elcreative
Ilustrasi Isi: Sweta Kartika
Desain Sampul:Tyo/RAI Studio
ISBN: 978-602-7816-25-1
Halaman: 396
Penerbit: Noura Books

Banyak Adegan yang mengisahkan seorang Dahlan Iskan menulis catatan harian. Ternyata menulis bisa dijadikan terapi. Bagi yang tak bisa menyampaikan keluh kesah secara lisan, mungkin cara ini bisa dipilih.Launching yang seru!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar