Senin, 16 Mei 2011

Satu Venus + Empat Mars + satu kisah cinta terlarang = satu takdir

Jakarta 20XZ

Urusan beres-beres rumah  sepertinya selalu menjadi urusan yang sangat segera bagi para wanita. Padahal untuk urusan yang satu ini, butuh persiapan yang cukup matang jika tidak ingin malah membuat semua sisi rumah berantakan. Demikian juga dengan urusan beres-beres di rumah yang sebenarnya sudah  nyaman itu.  Sepertinya sang  ibu rumah tangga sedang punya semangat buat membuat rumah tinggal menjadi lebih nyaman. Apa boleh buat! Jika sang jenderal sudah bersabda maka seluruh pasukan harus siap menjalankan  perintah.

Itu juga berlaku bagi wanita paruh baya yang bisa  dipanggil grandnie oleh seluruh isi rumah. Sebenarnya ia sudah merasa nyaman dengan kondisi kamarnya. Sang putra tunggal yang sangat memahami ketidaksukaan sang mami tehadap penyejuk ruangan memasang  kipas angin  dan pembersih ruangan agar kamar terasa nyaman dan sejuk. Namun sejak ditemukannya alat penyejuk ruangan yang terbaru, sang menantu  memutuskan untuk mengganti seluruh penyejuk ruangan yang ada di rumah. Itu berarti termasuk kamar tidurnya.

Suasana rumah yang cukup ramai akibat para pekerja yang sibuk membobok dan menambal dinding membuatnya merasa tidak nyaman. Jika sudah begini, maka satu-satunya tempat yang bisa membuatnya kembali nyaman adalah perpustakaan pribadinya. Khusus untuk bagian rumah yang satu itu ialah penguasanya,  maka  tidak ada yang berani mengubah apapun tanpa persetujuannya, kecuali jika ingin menghadapi amarah  tujuh lapisnya.

Belum lama ia duduk di sofa nyaman yang ada dalam perpsutakaan  sambil membaca, ketukan halus di pintu kaca  mengganggunya. Awalnya ia menggerutu, namun saat melihat yang mengetuk adalah cucu kesayangannya kerutan di dahi  berubah menjadi sebuah senyum. Diberinya kode yang berarti sang cucu dijinkan masuk.

“Siang grand, apa pesan dari manajer Opung  Boni. Katanya dummy  buku terbaru sudah dikirim, mohon grandnie memberikan masukan sebelum dicetak.” Kata sang cucu sambil memandangi jajaran buku yang tersusun rapi dengan takjub. Entah sudah berapa kali ia masuk ke perpustakaan itu tapi tetap saja ia masih terkagum-kagum pada buku-buku yang terjajar rapi.

“Oh, ya untuk kali ini Opung  Boni menggunakan pengawal khusus untuk mengambil dummy jika grandnie sudah selesai. Data petugas pengirim sudah dikirim ke grandnie” lanjutnya lagi sambil tetap memandangi buku-buku yang ada dihadapannya.

Wanita paruh baya itu tertawa seketika! Sejak terjadi percobaan pencurian naskah awal XV  yang berharga sangat tinggi  di pasar gelap, serta percobaan pembobolan studio, Boni memang jadi sangat berhati-hati jika berurusan dengan karyanya. Menyewa pengawal pribadi untuk mengurus dummy sebuah  buku, rasanya agak berlebihan bagi penulis  lain Tapi itulah Boni, ia menuntut keteraturan dan kesempurnaan. Maka wajalah  jika ia berbuat begitu

“Grand, selama ini Opung  Boni selalu meminta gradnie untuk memberikan masukan bagi bukunya sebelum dicetak, Tapi seingatku gradnie selalu menuliskan kata OK dan gambar bintang sebanyak  5 buah . Memangnya grandnie tidak pernah terpesona dengan naskah lain? Atau tidak pernah memberikan komen yang lain yah?' tanya sang cucu.

Wanita  paruh baya itu mengerutkan dahinya.Sebuah pertanyaan yang cukup sulit. Ia terlihat berpikir keras. Selama sekian tahun sepertinya ia jarang menemukan buku yang benar-benar membuatnya terlena.

“Ada kok! Ada sebuah kisah yang membuat grandnie berpaling dari pesona kota biru Opung, tapi cuman sesaat sih” jawabnya dengan gembira. “Sebentar grandnie harus buku lemari khusus dahulu. Buku ini memiliki kenangan tersendiri, sehingga ditempakan di bagian khusus” sambung wanita  paruh baya itu sambil bergegeas menuju sebuah lemari.

Sang cucu kesayangan segera duduk sambil menunggu dengan sabar. Ia tahu setiap buku yang ada dalam perpustakaan itu memiliki cerita sendiri  apalagi yang diletakan di bagian khusus. Dan sebagai calon tunggal pewaris perpustakaan itu, sudah sewajarnya ia mulai mengenali isi perpustakaan dengan lebih cermat.

“ini bukunya” tak lama wanita paruh baya itu kembali dan  menyodorkan sebuah buku. Sang cucu kesayangan membaca judul yang ada, Tetra Mars, penulis Harry K. Peterson, penyunting Nuraini Mastura,507 halaman,  ISBN 978-979-433-617-5, penerbit Mizan Fantasi.

 “Loh ada apa dengan buku ini grand?” tanya sang cucu dengan heran. “Sepertinya biasa saja. Di cover depan ada komentar  grandnie, lalu Opung Boni ada di halaman belakang. Bukan itu tandanya grandnie dan opung sepaham” lanjutnya bingung

Wanita paruh baya itu mengambil buku yang ada ditangan sang cucu dan mengambil selembar kertas yang terselip di antara halaman buku. Kertas itu tampak sudah usang dimakan usia.  Diberikannya kertas itu pada sang cucu yang bergegas membaca tulisan yang tertera.

My beloved Boni...,
So sorry. Untaian kata-kata Harry membuatku terhanyut hingga melupakan pesona Kota Birumu. Setiap lembarnya memberikan sensasi yang berbeda.  Kapankah kisah Kota Birumu kembali bisa kunikmati? Agar aku  terlepas dari pesona kisah yang menghanyutkan ini!

Kisahnya mungkin biasa, tapi pemilihan kata dan cara ia bertutur kata nyaris membuatku terlena. Hanya pesona kota birumu yang mampu membuatku terjaga dan kembali dari dunia para malaikat yang menawan ini.

“Wah serius nih grand?  Buku ini tentang apa sih sebenarnya sampai grandnie yang sangat menyukai warna biru dan tulisan opung bisa tergoda?” tanya sang cucu dengan bersemangat.  Dibukanya secara acak halaman-halaman yang ada.

“Sebenarnya kisahnya biasa, tentang kisah  cinta terlarang antara manusia dengan makhluk “lain”, dalam buku ini antara manusia dengan malaikat. Tokoh perempuan yang bernama  Viola Mondru bisa diibaratkan sebagai Venus. Sementara tokoh pria dianggap Mars. Tapi Venus yang ini berbeda, karena ia diikuti oleh empat Mars sekaligus. Kita sebut saja Tetra, lengkapnya Tetra Mars.”papar wanita paru baya itu dengan bersemangat.

“Penulis buku ini sungguh piawai  membuat sebuah kisah yang biasa menjadi tidak biasa. Kalau tidak istimewa mana mungkin grandnie mau  memberikan pujian di kover depan”  wanita  paruh baya  menunjuk sebaris kalimat yang ada di kover depan. Sang cucu memandang kover dengan mata yang membesar. Dia tahu sekali grandnie-nya jarang memuji, maka  jika ia memuji pasti ada sesuatu yang spesial. Sang grandnie takut pujiannya bisa membatasi penilaian seseorang terhadap sebuah karya. Ditambah lagi penilaian merupakan hal yang abstrak dan memiliki standar yang berbeda bagi setiap orang.

“Coba simak kalimat berikut” lanjutnya ,   “Venus yang... sebentar. Aku tidak yakin bagaimana menyebutnya. Tapi Venus ini dikelilingi oleh empat Mars sekaligus. Sepertinya ini menarik.  Dia memfokuskan pandangannya lagi ke tulang-tulang. Kemudian berbisik. Nada suaranya terdengar begitu tegang. Mungkin aku bisa menyebutnya... Tetra Mars.   Sebuah kata sederhana namun membuat yang membacanya  merasa penasaran"

"Kamu tahu sekali grandnie bukan penggemar kisah romantis ala menye-menye. Buku ini juga banyak unsur romantisnya tapi buku ini menawarkan kisah romantis yang tidak norak. Sebenarnya sedikit sebal dengan tokoh  Viola, namun dipikir-pikir jika Viola digambarkan sebagai gadis yang berbeda mungkin kisahnya  tidak akan menarik ini.” papar wanita paruh baya itu

"Harry mampu menciptakan  sebuah kalimat dan suasana romantis tanpa berkesan norak. Simak saja  pada kalimat ini, Aku mulai merindukannya... hatiku mulai melolong di tengah kekosongan yang sudah menggerogotiku sekian lama. Aku ingin segera melihat wajahnya, merasakan emosinya, meraba permukaan wajahnya, bahkan sekalipun mendengar teriakannya..."  wanita paruh baya itu menerangkan dengan bersemangat

"Selain itu, apa sih keunikan buku ini grand?" sang cucu masih merasa penasaran

Wanita paruh baya itu tersenyum sebelum mulai menjawab. " Buku ini berkisah mengenai malaikat dan manusia sebagai tokohnya. Kamu akan melihat berbagai macam malaikat versi penulis, bahkan ada stratanya segala. Sebuah unsur yang mungkin belum ada dalam buku lain.  Kisah cinta yang terjadi memberikan kita sebuah pelajaran bahwa ada cinta yang sangat layak diperjuangkan dengan pengorbanan yang besar. Ending yg tak tertebak serta penggambaran sesuatu yg baru, out of the box,  menjadi unsur kuat dalam buku ini "

"Kehidupan ini tidak selalu berjalan dengan warna hitam dam putih, kadang perlu ada warna abu-abu. Cemburu, iri hati, serta cinta kasih bisa berada dimana saja dalam wujud apa saja. Ada juga peristiwa yang membuat kita akan menyadari bahwa  kadang kita tidak cukup mengetahui karakter dan hati seseorang yang teramat dekat dengan kita.  Harry mengumpulkan serpihan  kisah-kisah menawan dalam buku ini. Setiap lembar yang kamu baca, akan membawamu ke sebuah  kisah yang menawan. Itu makanya  grandnie memberikan komentar dengan kalimat sensasi di tiap lembarnya" lanjut wanita paruh baya itu sambil menghela nafas. Mengingat usianya, jarang ia mau berbicara panjang lebar. Tapi entah kenapa untuk buku yang ini ia rela saja.

"Sepertinya kisah yang menarik. Dari mana  Harry mengambil inspirasi grand?  Sepertinya  aku pernah mendengar namanya" kata sang cucu kesayangan dengan bersemangat. Rupanya ia mulai tertarik pada buku yang dipegangnya.

"Hanya sedikit yang tahu bahwa Harry menciptakan kisah ini karena terinspirasi kisah menawan tentang seorang penyihir kecil serta penggalan film asia. Ia seorang  gamer yang hobi baca, menonton, traveling, dan juga menggemari bahasa dan kebudayaan negara asing. Tetra Mars adalah sekuel dari novel perdananya, Aggelos yang juga diterbitkan oleh Penerbit Mizan Fantasi. Kamu pasti tahu! Kamu khan juga gammer" jawab wanita paruh baya itu sambil tertawa. Siapapun penghuni rumah itu pasti hafal kebiasaan begadang bermain game sang cucu setiap musim liburan. Sang cucu hanya bisa tersipu malu.

“Lalu grand, apa Opung Boni tidak kesal saat grandnie memuji buku ini setinggi langit? Bahkan melebihi XV. Biasanya khan grandnie dan opung selalu kompak” tanya sang cucu penasaran

“Opung menjadi terpicu membuat lanjutan XV 3 dengan cepat”  jawab wanita paruh baya itu sambil tersenyum. “lagi pula kalau opung marah-marah, grandnie kirimi saja lagu ini, pasti dia ketawa” lanjut sang wanita paru baya itu  sambil menyalakan panel musik.

Sebuah lagu lawas namun merdu mulai terdengar

Close your eyes
Give me your hand
Darling, do you feel
My heart beating?
Do you understand?
Do you feel the same
Or am I only dreaming?
Is this burning?
An eternal flame
I believe it's meant to be darling
I watch you when you're sleeping
You belong with me
Do you feel the same
Or am I only dreaming?
But is this burning (burning)?
An eternal flame
Say my name
Sun shines through the rain
Of all life so lonely
Then come and ease the pain
I don't want to lose this feeling
Oh
Oh, oh
Say my name
Sun shines through the rain
Of all life so lonely
Now come and ease the pain
I don't want to lose this feeling
Oh
Close your eyes
Give me your hand, darling
Do you feel my heart beating?
Do you understand?
Do you feel the same
Or am I only dreaming?
Or is this burning?
An eternal flame
Sang cucu kesayangan mengatur duduknya hingga nyaman untuk membaca. Dibukanya lembar pertama dari Tetra Mars sambil ikut bersenandung kecil, lagu itu memang sudah cukup dikenalnya karena sang grandnie sering memutar lagu itu di perpustakaan.  Baru hari ini ia tahu lagu itu juga  mengandung sebuah kisah seperti buku-buku yang ada di perpustakaan itu. Kapan-kapan ia pasti akan bertanya mengenai kisah di balik lagu itu.

Wanita paruh baya itu tersenyum sambil memandang sang cucu kesayangan.  Diliriknya sebuah  foto yang terletak di pojok meja. Foto ia dan para sahabat saat launching XV3 di luar kota.

Duh... cepatnya  waktu berlalu. Little things I should have Said and done, I just never took the time. So sorry dear....

Gambar malaikat dari:
http://darlingngel.blogdrive.com/archive/1.html

1 komentar:

  1. Tanggal 22 Mei jam 14.00 bakalan digelar bedah bukunya di Tmbookstore Depok hayuh yang mau ikutan diskusi jangan sampai kelewatan or mo nudung ttd aja juga boleh kok...

    BalasHapus