Judul: The Rose and The Dagger
Penerjemah: Mustika
Penyunting: Katrine Amadis Mawa
ISBN: 9786024241803
Halaman: 486 halaman
Penerbit: POP
Penerjemah: Mustika
Penyunting: Katrine Amadis Mawa
ISBN: 9786024241803
Halaman: 486 halaman
Penerbit: POP
Rating: 4/5
"Aku adalah putra ayahku-seorang monster dalam darah dan hak." Suara Sang Khalif tetap dingin, meskipun kata-katanya terdengar panas. "Aku tidak mengumbar ancaman kosong. Kau akan mengingatnya dengan baik."
-The Rose and The Dagger, hal 311-
Buku kedua ini jelas sangat berbeda dengan buku pertama. Pada buku pertama, penekanan pada pengenalan para tokoh dan ditutup dengan Shahrzad yang terpaksa mengikuti Tariq meninggal Khorasan demi menghindari kekacauan lebih lanjut lagi.
Secara fisik Shahrzad memang berada dekat dengan Tariq, yang dianggap cintanya. Namun begitulah, cita cinta sudah ikut campur dalam kehidupan seseorang. Bukan Tariq yang ada dalam benaknya, namun Khalid.
Kejutan! Ternyata Shahrzad memiliki kemampuan sihir. Bagian Shahrzad menaiki karpet terbang, begitu dekat dengan Kisah 1001 Malam. Sayangnya urusan sihir ini hanya sedikit dikisahkan dalam buku. Sepertinya hanya sekedar melengkapi persyaratan disebut kisah fantasi.
Misalnya bagian ketika Shahrzad menaiki karper terbang untuk menemui salah satu penyihir yang dia kira bisa membantu menghilangkan kutukan pada diri, hanya menghabiskan beberapa lembar saja jika dijumlah. Kalah jauh dengan urusan percintaan para tokoh utama. Urusan roman seperti lebih banyak berperan.
Justru kisah tentang ayah Shahrzad-Jahandar yang digambarkan melakukan sihir kuat dengan bantuan buku sihir kuno lebih banyak diceritakan. Dikisahkan, karena terdorong oleh rasa sayang seorang ayah pada anak perempuannya, Jahandar mencuri sebuah buku sihir kuno.
Dengan pengetahuan yang diperoleh dari buku tersebut. ia berniat menghancurkan seluruh Khorasan. Seluruh bagian kota memang hancur cukup parah. Bahkan sang Khalif tak sungkan untuk membantu dan memberikan sumbangan bagi warga untuk membangun rumahnya kembali. Untunglah saat peristiwa tersebut terjadi Shahrzad sudah pergi bersama Tariq.
Sihir itu sungguh luar biasa hingga untuk mematahkan kutukan, juga diperlukan pengorbanan yang luar biasa. Begitulah cinta seorang ayah. Ketika ia tahu bahwa perbuatannya telah melukai hati sang putri, memisahkan dirinya dengan cinta sejatinya, maka tak ragu untuk menebus segala kesalahan demi kebahagian sang putri.
Mertua Khalid dulu mengutuknya karena dianggap ia telah membuat putrinya menderita. Selanjutnya ayah Shahrzad, juga melakukan hal yang sama. Sepertinya Khalid memang kurang beruntung jika berurusan dengan hubungan menantu-mertua.
Suatu peristiwa membuat Shahrzad, Khalid, dan Tariq harus bekerja sama. Dari kekasih menjadi sahabat, dari musuh jadi sahabat, dari dendam menjadi cinta. Sungguh perubahan yang tak terduga. Hidup memang unik.
Secara garis besar, kedua buku ini memang memukau, penulis piawai memainkan kata-kata. Sebagai pembaca saya cukup terbius dalam kisah cinta segitiga antara Shahrzad-Khalid-Tariq, hingga melupakan sedikitnya unsur fantasi dalam kisah ini.
Kisah intrik yang terjadi dalam kehidupan kerajaan, menjadi bumbu yang luar biasa dalam menikmati kisah ini. Cinta seorang ayah pada anaknya perempuannya yang begitu luar biasa, tapi dilain sisi juga ada ayah yang bersikap masa bodoh pada anaknya. Demikian juga dengan urusan perebutan kekuasan, di mana-mana sama saja. Ada pihak yang merasa berhak dibandingkan yang lain.
Untunglah, kisah ini ditutup dengan hal manis. Setidaknya pembaca bisa merasakan ada kegembiraan dari ksiah yang cenderung berkesan suram ini.
Buku ini saya peroleh dari hibah seorang sahabat buku yang sedang beberes rak buku. Suatu keberuntungan buku ini bisa menjadi milik saya.