Editor: Teguh Afandi
Ilustrasi: Martin Demonchaux
ISBN: 9786020653327
Halaman: 229
Cetakan: Pertama-Juni 2022
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 90.000
Rating: 4.25/5
Salam hangat dari Korporasi Hayati!
Korporasi Hayati percaya bahwa ilmu pengetahuan dan peradaban tak bisa lepas dari kemanusiaan, dengan demikian Korporasi Hayati bergerak beriringan dengan kemanusiaan, dan sebisa mungkin karya-karya yang kami hasilkan adalah karya-karya yang bisa menjunjung nilai kemanusiaan
- Rekayasa Buah, hal 76-Penah membaca cerita atau menonton kisah Tintin dan Jeruk Biru (dalam bahasa Prancis judulnya adalah Tintin et les Oranges Bleues)? Dikisahkan Profesor Cuthbert Calculus (atau dikenal juga sebagai Profesor Lionel Lakmus) menerima sebuah paket berisi sebuah jeruk berwarna biru dari Profesor Antenor Zalamea. Ia menemukan jeruk yang dapat ditanam pada tanah jenis apapun bahkan di gurun pasir.
Diharapkan jeruk tersebut dapat membantu mengatasi kelaparan di dunia. Sayangnya penelitian tersebut belum sempurna, karena jeruk yang dihasilkan rasanya pahit dan asin. Tentunya penjahat yang berusaha mendapatkan penemuan itu tidak mengetahuinya. Untung ada Tintin dan Kapten Haddock yang membereskan segala kekacauan.
Serupa namun tak sama dengan kisah Tintin dan Jeruk Biru, tersebutlah Korporasi Hayati yang menaungi para insinyur untuk membuat aneka rekayasa buah sehingga memberikan berbagai manfaat yang tak pernah terbayangkan. Korporasi Hayati juga sebagai benang merah dari seluruh kisah dalam buku ini.
Terdapat 10 kisah dalam buku ini. Mulai dari Selit-Belit Buah Prombon, Beri-beri Berlipat Ganda, Misteri Visiceri, Pesta Buah-buahan, Farmapomokologi, hingga Salam Hangat dari Korporasi Hayati. Kisah yang ada bisa dibaca secara acak karena berdiri sendiri. Semuanya berkisah tentang buah. Tokohnya berbeda-beda di setiap cerita dan tak berhubungan satu sama lain tapi semuanya seperti yang disebutkan sebelumnya, berkaitan dengan satu hal, Korporasi Hayati
Kisah Buah untuk Diktator Terakhir di Muka Bumi, seakan menjadi sindiran bagi penguasa kejam yang keinginannya harus selalu terpenuhi. Tugas insinyur Korporasi Hayati kali ini adalah menciptakan buah spesial untuk diberikan pada calon istri ke-150 sang penguasa sebagai pelengkap pinangan, sesuai dengan adat setempat.
Ternyata "calon istri" sang penguasa tak hanya sampai pada angka 150! Pusing kepala para insinyur karena angka terus bertambah. Masalah besar justru muncul ketika sang diktaktor ditemukan tewas. Dugaan awal ia dibunuh. Korporasi Hayati dituduh ikut berperan!.
Sebuah kisah yang membuat buah tak sekedar sebagai makanan pencuci mulut semata. Namun naik level melibatkan intrik politik, perebutan kekuasaan, mata-mata, percintaan, dan masih banyak hal lain. Bahkan dunia bersatu untuk menghadapi buah yang ternyata memakan korban lebih dari 6.000 jiwa, dimana 25% membutuhkan perawatan intensif dan meninggal.
Ada juga kisah tentang dua orang insinyur yang berlomba menarik hati seorang wanita. Keduanya saling beradu membuat rekayasa buah yang paling unik, disertai kisah yang menjadi alasan kenapa buah itu bisa muncul. Sayangnya, kedua ternyata hanya dijadikan alat permainan mata-mata perusahaan lain. Urusan buah sudah sampai pada tahap "dewa" dalam buku ini.
Sebenarnya tak hanya seputar buah, ternyata hal memberi nama pada buah yang dihasilkan dari rekayasa juga membutuhkan seni tersendiri. Beberapa nama memberi kesan unik. Meski demikian, para insinyur juga harus mempertimbangkan keamanan dan keselamatan lidah saat memberikan nama, sehingga lidah tidak tergigit akibat nama yang rumit diucapkan.
Dalam kisah Perihal Penamaan Buah-buahan, disebutkan ada dua orang insinyur yang memiliki trik dan taktik untuk memberikan nama buah hasil rekayasa mereka. Ada insinyur Poli Patho dan Insinyur Seires Stiles. Bayangkan jika keduanya bekeja sama, nama buah makin menjadi susah disebutkan dengan penamaan yang mereka gunakan berdasarkan metode yang rumit. Kerja sama keduanya bisa dianggap gagal total. Salah satunya, malah berujung menerbit puisi buah, bukan lagi mencari nama unik bagi buah karyanya.
Selain dimanjakan dengan aneka macam buah-buahan dengan segudang manfaat, pembaca juga menikmati aneka ilustrasi menarik karya Martin Demonchaux, seorang arsitek rekan Rio. Ilustrai yang dibuat dengan versi berwarna, makin terlihat mewah.
|
https://www.facebook.com/photo/ ?fbid=10222391178193857& set=a.1377915213488 |
Sejak mengikuti bincang buku ini yang diadakan oleh teman-teman di Solo secara daring, saya sudah tertarik untuk membacanya. Apalagi setelah tahu buku ini masuk ke 10 besar Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) 2021. Hanya keterbatasan waktu yang membuat buku ini duduk manis sekian lama di rak buku ^_^.
Untuk bisa menikmati kisah-kisah dalam buku ini, diharapkan pembaca membuka pikiran seluas mungkin, karena beberapa buah hasil rekayasa sungguh diluar nalar. Tapi bukannya tidak mungkin pada masa mendatang akan ada buah-buahan seperti itu.
Misalnya, ada buah yang sekaligus bermanfaat untuk membersihkan dan memutihkan gigi. Membuat anak kecil untuk rajin menggosok gigi, merupakan tugas yang lumayan berat, demikian juga dengan membuat anak menyukai memakan buah.
Dengan buah yang digambarkan memiliki bentuk dan rasa lezat ini, dua hal bisa dikerjakan secara bersamaan bukan? Membuat anak mau makan buah, serta mendapatkan manfaat untuk gigi secara langsung. Hem... kalau ada zaman sekarang, saya juga tergoda mencicipinya.
Rio Johan adalah sastrawan kelahiran Baturaja, Sumatera Selatan pada 1990 ini terpilih sebagai salah satu Tokoh Sastra Pilihan Tempo pada 2014 untuk kumpulan cerita pendek Aksara Amananunna. Novelnya, Ibu Susu, meraih Kusala Sastra 2018 untuk kategori karya pertama dan kedua. Dia juga diundang sebagai pembicara tamu pada Ubud Reader’s & Writer’s festival pada 2015.
Menarik dan unik.
Sumber Gambar:
FB Rio Johan