Judul asli: Bukan Cinderella
Penulis: Ifa Avianty
Penyunting: Endah Sulwesi
Penyelaras aksara: Hilda, Lani Rachmah
Penata aksara: Axin Makruf
Desain sampul: AAA
ISBN : 6021606876
ISBN13 : 9786021606872
Halaman: 320
Cetakan: Pertama-February 2015
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 44.000,-
"Bu, ini Upik Abu mau belajar jadi Cinderella. Jadi dia kudu ditatar dulu bagaimana seharusnya putri berlaku. Biar nggak kelihatan sudranya."
Nyaris setiap anak kecil tahu kisah Cinderella, seorang gadis yatim piatu yang disiksa oleh ibu dan dua saudara tirinya. Mereka bertiga cemburu akan kecantikan Cinderella, cantik dalam arti lahir bathin. Saat ada pesta dansa istana Cinderella dibuat sibuk hingga tak bisa ikut pergi, untung ada ibu peri yang menolongnya.Cinderella pun disulap menjadi seorang putri cantik. Sebelum tengah malam ia harus kembali ke rumah, sayangnya Cinderella lupa waktu. Saat berlari pulang sebuah sepatu kacanya tertinggal. Kisahnya berakhir menggembirakan, Cinderella bisa bersatu dengan pangeran dan hidup bahagia. Tapi jarang ada yang mengetahui bahwa masih ada kelanjutan kisahnya. Saya masih ingat pernah mendengarkan kisah lanjutannya dulu melalui kaset Sanggar Cerita *duhh ngaku jadul banget yaa*
Cinderella yang bukan siapa-siapa berubah menjadi istri seorang pangeran, calon tunggal raja. Demikian juga Laili, seorang anak yatim piatu yang berjualan kue dan menjahit demi menghidupi dirinya dan sang adik, berubah menjadi nyonya R.M Mahendra Prabowo, Andra. Seorang anak tunggal yang dipersiapkan untuk memimpin perusahaan sukses milik keluarga. Tapi Laili bukan Cinderella! Ia hanya seorang perempuan biasa yang mendambakan cinta suaminya.
Meski sudah menjadi nyonya besar Laili tetap bersemangat menerima pesanan kue dan jahitan. Hal ini membuat Andra merasa heran. Bukankah uang bulanan yang selama ini ia berikan lumayan besar, hingga jika perlu Laili bisa makan-makan setiap hari di salah satu pusat perbelanjaan elit di pusat kota Jakarta. Andra tidak mengerti bukan uang yang menjadi tujuan utama Laili, tapi hal lain. Begitulah jika pernikahan dilandasi atas dasar perjanjian bukan cinta. Banyak hal yang belum dipahami Andra tentang Laili, demikian juga sebaliknya.
Pernikahan Laili dan Andra dianggap pernikahan yang sempurna meski usia Laili lebih tua lima tahun. Andra yang anak tunggal cenderung manja cocok dengan Laili yang memiliki sifat keibuan dan penyayang. Jika suatu saat Andra menjadi pengganti ayahnya mengurus bisnis keluarga, Laili merupakan sosok yang paling tepat sebagai permaisurinya. Kedua orang tua Andra juga sangat menyukai Laili. Andra bahkan bersahabat karib dengan adik Laili. Rumah mereka yang bersebelahan membuat keakraban bisa terjalin dengan mudah.
Tapi ternyata urusan hati tidak semudah itu. Andra kerap meragukan hatinya, apalagi masih ada percikan cinta dari masa lalu yang begitu lekat pada hatinya. Sering kali tindakan dan perbuatannya dilandasi akan kebutuhan akan sosok seorang istri semata. "Aku bukan simpananmu, yang kamu miliki, tapi tak perlu kamu cintai. Kamu kan hanya butuh aku, bukan mencintaiku ..." ujar Laili.
Sementara Laili mulai menyukai Andra dan berharap menjadi istri seutuhnya bagi Andra. Ia berusaha mengubah dirinya menjadi sosok yang layak bagi Andra. Ia juga mulai belajar segala hal yang dulu tidak permah terlintas dalam otak untuk dipelajarinya seperti etiket makan, bagaimana berbusana, menyetir mobil, bergaul di dunia maya dan lainnya.
Begitulah cinta. Tak ada yang tahu kapan mereka datang, kapan mereka pergi. Tanpa disadari keduanya berada dalam posisi yang membingungkan. Apakah hati mereka saling bertaut? Bagaimana harusnya mereka saling bersikap? Dimana mereka harus tidur? bagaimana mereka harus saling menyapa? Butuh kedewasaan kedua belah pihak serta sedikit campur tangan orang terpercaya untuk menguraikan benang kusut tersebut.
Beberapa bagian seharusnya bisa dimuat lebih panjang lagi hingga menimbulkan efek dramatis. Singkatnya peran pria masa lalu Laili dalam kisah ini bisa diperpanjang minimal menjadi 1-2 bab. Demikian juga kisah wanita berjilbab yang membuat bimbang hati Andra selama ini. Riak-riak tersebut membuat rumah tangga mereka berkesan lebih manusia bukan sekedar kisah yang disusun penulis.
Selain unsur hiburan, kita juga menemukan Unsur relegi dalam kisah ini. terselip dengan manis diantara percakapan dan perenungan tokoh. Misalnya dalam renungan ibu Andra, "Pasangan suami istri yang tidak berhubungan seks adalah anomali terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia. dan bukanlah salah satu tujuan pernikahan adalah menghalalkan yang tadinya haram." Saat itu beliau sedang merenungkan kondisi rumah tangga putra semata wayangnya.
Dari sisi Laili juga ada unsur tersebut yaitu ketika ia mengajak ibu mertuanya untuk sholat di Mesjid UI dan berdiskusi akrab. Lalu saat Laili merenungi nasib rumah tangganya dan teringat akan petuah seorang ustaz. Saya ingat ustaz saya pernah bilang, "Ada dua hal dalam kehidupan kita. Pertama, hal-hal yang tidak bisa kita ubah, seperti takdir tentang jodoh dan saat kita mati. Kedua, hal-hal yang bisa kita ubah, seperti nasib dan cara kita mati, apakah khusnul khatimah atau khatimah. Maka, pergunakanlah selalu kebijaksaan dan kearifan kita buat memilih-milih."
Karena Laili dikisahkan piawai membuat kue, maka kita juga diberikan sebuah resep membuat Teh Rusia. Bagian tentang bagaimana Laili kalap berbelanja aneka keperluan membuat kue membuat saya kagum. Sebagai orang yang tidak bisa membuat kue, paling cuman bisa cetak coklat doang, tentunya tidak terbayang apa saja yang dibeli oleh seseorang yang jago membuat kue. Setiap kali ke toko yang disebutkan penulis, kebetulan toko yang sama dengan yang biasa saya kunjungi, paling yang saya beli hanya coklat batang, isi roti dan cetakan kue. Sisanya saya cuman mengagumi aneka benda yang tak saya ketahui fungsinya serta menikmati aneka bau harum bahan kue yang tak saya ketahui bagaimana mengolahnya. Jadi pingin belajar sama Laili nih.
Ada tambahan pengetahuan bagi pembaca tentang Sindrom Peter Pan, penyakit Diabetes terutama Diabetes Mellitus Gestational. Dalam http://webkesehatan.com disebutkan bahwa diabetes Gestasional (atau Diabetes Melitus Gestasional/GDM) adalah salah satu sub-tipe dari diabetes melitus, di mana perempuan yang tak pernah didiagnosis diabetes sebelumnya namun menunjukkan kadar glukosa darah yang tinggi selama kehamilan. Diabetes gestaional merupakan diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan. Siapa yang terkena diabetes? Beli dan baca yaaa ^_^
Jika kisah cinta biasanya dibuat dari dua sudut pandang dua tokoh utamanya, Andra dan Laili dalam kisah ini, maka keunikan kisah ini justru dari banyaknya sudut pandang yang dibuat oleh penulis. Selain tentunya Andra dan Laili, ada juga sudut pandang ibu Andra, adik Laili dan seorang dari masa lalu Andra. Sebuah kejadian dilihat dari banyak sisi membuat pembaca mendapat banyak informasi sehingga bisa memutuskan bagaimana sikap yang diambil terkait sebuah peristiwa dalam kisah ini.
Tokoh favorit saya justru pada sosok cinta masa lalu Andra. Sosok itu begitu tegar dan bersikap sangat realitis. Dia butuh aksi bukan sekedar ucapan manis di bibir. "Yee, aku ngak perlu maafmu. Udah mau kejadian kok. Memang bisa, dengan maafmu, kamu menolak pernikahan itu, lalu memperjuangkan kita? Ngak kan? Apalagi aku juga tahu banget gimana sikap dan sifat kamu." Makjleb nih ^_^
Ide kisahnya sangat menarik, cara penyajiannya juga menawan. bahasa yang dipergunakan mengalir dengan lancar bercampur antara bahasa percakapan sehari-hari dan beberapa istilah asing yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti see. Mungkin bukan hal penting tapi nyaman saja buat saya membaca kata "kamu" dalam bahasa pergaulan ditulis menjadi "lu" bukan "loe"
Hanya saya tidak begitu menyukai akhir yang dibuat penulis. Terlalu ala Bollywood, seakan semuanya berakhir dengan semestinya. Ada kesan terburu-buru menyelesaikan suatu masalah. Dengan persoalan yang tidak mudah, biasanya penyelesaiannya ditemukan secara perlahan tapi pasti. Kisah ini seakan ditulis guna membuktikan teori bahwa setiap kisah tentang cinta pasti ditulis dengan akhir yang membahagiakan. Adegan Laili nekat mengemudikan mobil keluar kota yang membuat saya merasa akhirnya terlalu Bollywood *joget ala India ah*
Secara pribadi, saya menikmati kisah ini melalui kedekatan emosial dari tempat-tempat yang digunakan sang penulis sebagai seting kisah. Grand Indonesia, PIM 2, Stasiun UI Depok, Titans, Hotel Borobudur, Citos, dan Mesjid UI. Sepertinya next time bisa nih membuat iklan buat tempat-tempat yang ingin disebutkan dalam novel. Dari sisi penulis dan penerbit lumayan dapat tambahan dana cetak dan promosi he he he. Sementara bagi mereka yang memasang iklan tentunya bisa menjangkau khalayak dengan lebih luas mengingat peredaran novel karya Ifa Avinta selalu ditunggu masyarakat dan jaringan penjualan Noura Books yang luas.
Secara pribadi, saya menikmati kisah ini melalui kedekatan emosial dari tempat-tempat yang digunakan sang penulis sebagai seting kisah. Grand Indonesia, PIM 2, Stasiun UI Depok, Titans, Hotel Borobudur, Citos, dan Mesjid UI. Sepertinya next time bisa nih membuat iklan buat tempat-tempat yang ingin disebutkan dalam novel. Dari sisi penulis dan penerbit lumayan dapat tambahan dana cetak dan promosi he he he. Sementara bagi mereka yang memasang iklan tentunya bisa menjangkau khalayak dengan lebih luas mengingat peredaran novel karya Ifa Avinta selalu ditunggu masyarakat dan jaringan penjualan Noura Books yang luas.
Bisa saja iklan dibuat seperti berikut, "Siang ini kami ngeteh di Brew and Co, Citos lantai X. Sebuah kafe yang menyajikan menu unggulan bla bla bla. Memandang aneka menu yang tersaji di situs resmi mereka www.bla bla bla membuat saya selalu ingin kembali."
Hem..... saya musti hati-hati nih, jangan sampai tanpa sengaja menjadi obyek penulis. Siapa tahu penulis melihat sosok saya di suatu tempat dan menjadikan saya inspirasi kisah selanjutnya tanpa tahu itu saya. Maklumlah, sepertinya tongkrongan kita kok ya sama *waspada*
Iseng sambil menunggu kereta, saya bolak balik halaman pada buku ini. Mendadak mata saya melotot saat membaca sinopsis yang ada di belakang buku. Biasanya jika mendapat buntelan justru saya jarang membaca bagian ini, ini tumben sekali. Pada promosi yang tersebar ramai di sosmed tertulis,
“Tidak ada satu suami pun yang mau istrinya ditatap sedemikian rupa oleh laki-laki yang diam-diam atau terang-terangan memuja istrinya. Demikian juga aku, Laili. Aku suamimu.” Demikian juga yang tercetak di dalam buku ini. Tapi......., pada sinopsis justru yang tercetak adalah Laila. Hem..... saya musti hati-hati nih, jangan sampai tanpa sengaja menjadi obyek penulis. Siapa tahu penulis melihat sosok saya di suatu tempat dan menjadikan saya inspirasi kisah selanjutnya tanpa tahu itu saya. Maklumlah, sepertinya tongkrongan kita kok ya sama *waspada*
Iseng sambil menunggu kereta, saya bolak balik halaman pada buku ini. Mendadak mata saya melotot saat membaca sinopsis yang ada di belakang buku. Biasanya jika mendapat buntelan justru saya jarang membaca bagian ini, ini tumben sekali. Pada promosi yang tersebar ramai di sosmed tertulis,
Terkejut, takut salah baca, saya mulai membaca ulang dari awal sampai akhir sinopsis itu. Sampai diulang dua kali! Tetap tertulis Laila! Ok jadi bukan mata saya yang salah. Sepertinya ada salah ketik. Semoga saat cetak ulang bisa diperbaiki*berdoa semoga bisa cetak ulang*
Untung bintang saya memberikan 3,75 skala 5. Kenapa tidak 4 karena kisahnya terlalu pendek bagi saya he he he.
Menunggu kapan penulis produktif ini membuat workshop di kantor saya dengan moderator Lusiana Monohevita. Pastinya saya bakalan duduk manis mendengarkan plus lirik-lirik buas buntelan yang disiapkan bagi peserta oleh Rahmadiyanti Rusdi dan Putri Nimitta. DITUNGGU!!!
Sumber gambar:
https://www.goodreads.com/author/show/1156036.Ifa_Avianty