Penulis: Ernie Xie
ISBN-10: 7508514858
ISBN-13: 978-7508514857
Halaman: 154
Cetakan: Pertama-2009
Penerbit: China Intercontinental Press
Rating: 3/5
China berkembang dengan pesat. Sebagai salah satu tujuan wisata, tentunya para turis ingin membawa sesuatu sebagai oleh-oleh. Pertanyaan yang sering muncul adalah barang apa yang sebaiknya dibawa sebagai oleh-oleh? Barang yang sering disarankan adalah batu Giok, bordiran, kaligrafi serta lukisan, souvenir berupa barang-barang manis serta teh. Guna menjawab pertanyaan tersebut maka seri ini dibuat.
Sebagai negara tempat lahirnya teh, tentunya banyak turis yang ingin membawa teh sebagai souvenir. Tapi teh seperti apa yang cocok, di mana bisa membelinya, berapa harganya, serta bagaimana memilih teh yang baik tentunya membutuhkan pengetahuan tersendiri. Memang ada ilmu khusus untuk itu, tapi para turis tak punya banyak waktu untuk belajar semuanya. Mereka butuh sebuah petunjuk praktis untuk itu.
Meski mungil namun padat isi, buku ini memberikan petunjuk praktis bagi pembacanya mengenai segala informasi yang diperlukan guna memilih serta membeli teh di China. Termasuk bagaimana cara memilih teh yang baik, serta di mana bisa membeli teh yang terjamin mutunya. Tentunya acuan harga yang memudahkan
Terbagi menjadi lima bagian. Dimulai dengan Why Chinese Tea, Categories of Tea, Sharp Eyes, tea ceremony & Teasets, Shopping Spots dan tentunya Appendix
Pembaca akan menemukan berbagai informasi mengenai asal muasal teh, kenapa teh digemari, bagaimana perkembangan teh di China serta masuknya ke dunia barat. Tak ketinggalan, sebuah bagian yang menguraikan tentang pilihan untuk meminum teh atau kopi. Hal tersebut berada pada bagian Why Chinese Tea.
Pastinya, juga ada bagian yang membahas mengenai jenis-jenis teh. Sepertinya bagian ini akan ada di setiap buku dengan topik seputar teh. Namun bagian favorit saya justru juga mengenai jenis teh pada buku ini. Ada di halaman 65-74. Menarik karena memuat mengenai gambar daun teh kering siap olah, berikut asal daerah, ciri khas daun serta harga jual.
Bagian Shopping Spots berisi aneka alamat toko yang menjual teh. Calon pembeli tinggal memilih mana yang dirasa paling dekat dengan lokasi. Terdapat juga informasi mengenai perlengkapan untuk minum teh seperti teko dan cangkir. Tentunya bisa menjadi semacam oleh-oleh yang mengesankan.
Tak kalah pentingnya, pada appendix, pembaca bisa menemukan bagaimana pelafalan kata yang tepat dalam bahasa Mandarin. Dalam kosakata Mandarin, tidak ada pelafalan b, yang ada adalah p. Sementara p menjadi ph. Oh, ya ada juga petunjuk mengenai bagaimana bertanya dalam bahasa Mandarin. Para turis sebaiknay mempersiapkan diri karena ada juga pemilik toko yang tidak bisa berbicara bahasa Inggris. Hal ini tentunya sangat berguna bagi para turis yang kurang fasih berbicara bahasa Mandarin namun harus melakukan proses berkomunikasi dengan penjual.
Sebenarnya buku ini sama sekali tidak butuh pembatas atau pemberi tanda. Cukup lihat dari bagian sisi samping saja. Setiap bagian diberi warna yang berbeda, misalnya untuk appendix berwarna abu-abu, perihal upacara minum teh serta perlengkapannya berwarna merah, untuk kategori teh dengan ungu, sementara untuk bagian yang mengulas mengapa memilih teh cina dipergunakan warna hijau. Pembaca hanya perlu memperhatikan warna yang menandai bagian yang sedang dibaca. Atau andaikata lupa sama sekali, tinggal lihat perbagian.
Pada setiap lembar di balik halaman yang menandakan bagian baru, tercetak tulisan yang menarik untuk disimak. Bukan saja karena mempergunakan bahasa yang indah namun serat akan makna. Tulisan tersebut merupakan kutipan dari Donna Fellman, Lhasa Tizer penyusun buku Tea Here Now: Relax and Rejuvenate with a Tea Lifestyle. Sayangnya tulisan tersebut dicetak dengan huruf sambung yang lumayan kecil serta tipis. Agak sulit membacanya.
Beruntung saya mendapatkan buku ini hadiah dari seorang sahabat. Selain pengetahuan seputar teh saya bertambah, saya juga dimanjakan dengan aneka ilustrasi seputar teh . Ada juga ilustrasi mengenai perlengkapan minum teh yang tak kalah menariknya. Iseng meluncur ke situs penjualan buku secara online dan menemukan informasi seputar buku ini. Lumayan juga harganya, termurah $23,74+ $3,99 shipping.
Teh menurut sejarah berasal dari provinsi Yunnan, bagian barat daya Cina. Iklim wilayah itu tropis dan sub-tropis yang hangat dan lembab menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh. Di sana secara keseluruhan merupakan hutan zaman purba hingga bisa ditemukan teh liar yang berumur 2,700 tahun serta teh yang sengaja ditanam yang usianya sudah mencapai 800 tahun.
Saat zaman pemerintahan dinasti Han (221 SM – 8 M), teh mulai diolah dengan cara yang terbilang sederhana. Dibentuk membulat lalu dikeringkan, baru disimpan. Setelah zaman Dinasti Ming, banyak ragam jenis teh ditemukan dan dikembangkan.
Aksara hanzi untuk teh adalah 茶, tapi diucapkan berbeda-beda dalam berbagai dialek bahasa Tionghoa. Penutur bahasa Hokkien dari Xiamen menyebutnya sebagai te, sedangkan penutur bahasa Kantonis di Guangzhou dan Hongking menyebutnya sebagai cha. Penutur dialek Wu di Shanghai dan sekitarnya menyebutnya sebagai zoo.
Ah, jadi ingat pengalaman saat memesan teh di bandara internasional Suvarnabhumi, Bangkok. Sengaja saya dan rombongan memesan di salah satu gerai teh milik warga Malaysia. Pertimbangannya adalah unsur halal. Dengan yakinnya kami memesan teh hangat. Lupa bahwa teh di Indonesia beda dengan di Malaysia. Maka yang datang adalah sejenis teh tarik, padahal saat itu yang sangat kami inginkan hanyalah seduhan teh dengan gula saja. Sejak itu, jika memesan teh maka kami akan menyebutkan spesifik apa yang diinginkan. Teh manis dengan gula saja, atau es teh dengan gula tanpa susu.
Teh, bisa jadi menenangkan namun bisa jadi membingungkan ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar