Judul asli: Tutur Dedes: Doa dan
Kutukan
Penulis:
Amalia Yunus
ISBN:
9786239824914
Halaman:
358
Cetakan:
Pertama-Maret 2022
Penerbit:
baNANA
Harga: Rp
143.500
Rating: 3.5/5
"Hai
orang yang melarikan anakku! Semoga tidak lanjut engkau mengenyam kenikmatan!
Matilah engkau dibunuh dengan keris dan
istrimu diambil. matilah engkau akibat kecantikan anakku!"
-hal 64-
Ketika
saya Sekolah Dasar (atau SMP) dulu,
kisah tentang Ken Dedes dan Ken Arok (dalam buku ini ditulis Ken Angrok) sudah disampaikan oleh guru. Siswa
diberikan pengetahuan bahwa Ken Dedes istri dari Tunggul Ametung, seorang penguasa dari
Tumapel. Suatu malam ketika tidur, ia dibunuh oleh Ken Arok dengan keris buatan
Mpu Gandring, Selanjutnya Ken Arok
menjadi Raja Singasari.
Ketika
SMA, penjelasan siapa Ken Arok, Ken Dedes, Mpu Gandring dan kutukannya mulai disampaikan dengan lebih rinci. Pada pelajaran saat itu, kami hanya bisa menerima tanpa bisa bertanya, alias monolog
guru di depan kelas. Padahal saya sungguh ingin bertanya alasan sesungguhnya kenapa Ken Arok
membunuh? Karena saat itu hanya disebutkan Ken Arok tertarik pada Ken Dedes. Lalu, kenapa Ken Dedes mau menikah dengan
Ken Arok, padahal ia adalah pembunuh suaminya?
Kenapa ia tidak menolak, jika
perlu melakukan bela atau pati obong seperti yang sering
dilakukan oleh istri para raja zaman dahulu? Mengutip isi buku ini, bela adalah sebuah ritual pengorbanan diri dalam Hindu, yang dilakukan para istri mengikuti mati suami mereka, atau para dayang setia mengikuti junjungan mereka.
Layaknya
buku Mahakurawa (komen buku pertama di sini, sedangkan buku kedua di sini), serta Rahwana (bisa dibaca di sini ), buku ini seakan menjawab pertanyaan
yang sekian lama saya pendam. Memang tidak semua, tapi lumayan memuaskan rasa
penasaran saya, informasi yang didapat melebihi yang saya dapat ketika sekolah dulu.
Seperti yang disebutkan pada blurd, bahwa kisah dalam buku ini bersumber dari Pararaton, pembaca akan menemukan banyak bagian yang sangat menyerupai isi Pararaton. Tentunya dengan berbagai pengembangan dari penulis. Sekedar saran bagi mereka yang sudah pernah membaca Pararaton (baik versi asli maupun terjemahan), abaikan sesaat bahwa Anda sudah pernah membacanya sehingga selama membaca tidak sibuk menyatakan kemiripan dengan Pararaton.
Dalam buku peraih juara pertama ajang Kelompok Penerbit Renjana Indonesia Mencari Naskah yang dilakukan pada 2021, pembaca akan mendapati sosok Ken Dedes yang sangat berbeda dari yang selama ini dikenal orang. Bukan hanya sebagai pasangan dari Tunggul Ametung dan Ken Arok semata, dan juga bukan hanya sebagai ibu yang melahirkan para raja. Namun lebih luas lagi.
Kisah ini dimulai dengan bagian yang menceritakan bagaimana proses kelahiran Dedes serta orang-orang yang membantu proses persalinan sang ibu. Meski tak pernah menyatakan kekecewaan karena memiliki anak perempuan, sang ayah menolaknya memberi nama.
Ia bersikeras bahwa sang putri yang akan memilih namanya sendiri. Selanjutnya, akan dikisahkan tentang kehidupan sang putri, sejak remaja, dewasa, termasuk pernikahannya dan peranannya dalam kerajaan, hingga perjalanan menuju alam dewa.
Apakah
benar burung Prenjak yang bertengger di sebelah kiri pertanda buruk? Akan ada
tamu yang membawa berita buruk atau malah berniat buruk? Penulis membangun adegan pembuka ketika Dedes diculik oleh Tunggul Ametung. Sebagai masyarakat Jawa, ketika itu segala sesuatu sering disangkutkan dengan pertanda alam. Apakah selaku pembaca Anda akan mempercayainya atau tidak, terserah pada pilihan Anda.
Walau Dedes selalu bersikap melawan selama berada di Tumapel, ia juga mempelajari banyak hal yang dianggapnya akan berguna untuk membalas sakit hati yang ia rasa kelak. Mulai dari belajar aneka kitab di perpustakaan atas kemaunnya sendiri, hingga mau belajar naik kuda atas perintah Tunggul Ametung, dengan Ken Arok sebagai pelatih
Dedes juga sudah sangat memahami bahwa informasi-disebut petunjuk dalam buku ini, adalah
sesuatu yang sangat berguna. Jika tidak berguna saat ini, akan berguna kelak. Petunjuk yang sepertinya sepele, tetap dikumpulkannya. Walau harganya tidak murah namun dibandingkan manfaatnya kelak, harga menjadi tak
berarti. Seperti kondisi saat ini, siapa yang menguasai informasi maka ia
menguasai dunia.
Cerita adalah kekuatan merupakan matra yang kini tidak saja kupercaya sepenuh hati, tetapi benar-benar kulaksanakan sampai sekecil-kecilnya.
-hal 175-
Meski buku ini mengisahkan tentang sosok Dedes, terdapat juga bagian yang mengisahkan tentang Perang Ganter. Kondisi
perang yang mencekam tergambar dengan jelas pada bagian yang mengisahkan
pertempuran antara Anjani dan Prabu Dandang Gendis di halaman 257. Atau
gambaran bagaimana mayat-mayat prajurit bergelantungan di pohon karena mati lemas akibat ulah kera raksaksa. Menyeramkan.
Setiap
bab, diberi judul dengan kalimat unik.
Ada yang seolah-olah doa atau harapan. Misalnya saja ada,
Semoga
Kehidupan Pernikahan Ini Tenteram dan Tidak Pernah Putus; Semoga Mereka Tumbuh
Bersama, Saling Mengenal dan Akur dengan Saudara-saudara yang Lain; serta
Semoga Perjalanan Roh Tidak Terhambat. Nyaris saya terbawa suasana dengan mengamini tiap judul yang dibaca.
Foto: Doc. Tangkapan Layar via instagram @ainusantara https://www.detik.com/edu/detikpedia/ d-6579416/ken-dedes-ditampilkan-dengan- teknologi-ai-begini-rupa-cantik-dan-kisahnya |
Judul
yang lain, dibuat seakan sumpah serapah atau kutukan. Membaca judulnya saja,
pembaca bisa merasakan kepedihan dan amarah dalam bab tersebut. Semoga Tidak
Lanjut Engkau Mengenyam Kenikmatan, pada halaman 33 sebagai contoh. Ada pula
Semoga Engkau Dilahirkan Kembali dalam Keadaan Buruk; Semoga Tujuh Raja Mati
Ditikam Keris ini; dan Semoga Dunia Terbebas dari Benih Kaummu.
Semakin
unik, ketika bab terakhir juga diberi judul sama dengan bab awal, yaitu Semoga
Semua Makhluk Hidup Berbahagia. Bab awal ada di halaman 1 tentunya, sedangkan
bab penutup ada di halaman 301.
Supaya pembaca bisa menikmati cerita dengan lebih optimal, maka pada bagian
awal penulis memberikan Daftar Tokoh Utama, Silsilah Wangsa Rajasa, serta Limi
Masa terlebih dahulu. Dengan demikian pembaca bisa tahu siapa tokoh yang sedang
terlibat dalam suatu bagian, apa hubungannya dengan tokoh lain, dan apa perannya
dalam cerita.
Terdapat
juga Glosarium yang sangat berguna untuk
memahami beberapa istilah yang digunakan dalam kisah. Seperti dawuh, satuan waktu pada masa Jawa kuno, 1
dawuh sama dengan 90 menit. Ganja dalam kisah ini adalah alas keris, bukan hal
negatif lho.
Pada Catatan Penulis, saya
menemukan laman yang memuat terjemahan
Pararaton dalam bahasa Indonesia, sebuah cara untuk melestarikan dan
mengenalkan pada masyarakat luas. Laman tersebut merupakan laman yang sering
saya kunjungi terkait kebutuhan informasi tertentu.
Apa yang tercantum dalam buku ini bisa dikatakan berbeda dengan Pararaton, meski Pararaton disebutkan sebagai sumber informasi. Tokoh Dedes adalah peran utama, otomatis mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan yang lain.
Menurut buku ini, Ken Dedes merupakan tokoh kunci yang berada dibalik kebesaran kerajaan-kerajaan di nusantara. Jadi ingin melihat tayangan dari ASISI Channel tentang Ken Dedes dan Ken Angrok di youtube,
Sumber Gambar:
Foto: Doc. Tangkapan Layar via instagram @ainusantara (dalam artikel di https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6579416/ken-dedes-ditampilkan-dengan-teknologi-ai-begini-rupa-cantik-dan-kisahnya)
Sumber Video:
https://www.youtube.com/c/ASISIChannel
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar