Judul asli: Kitab Cerita: Esai-esai Anak dan Pustaka Penulis: Setyaningsih
Editor: Irfan Sholeh Fauzi
ISBN: 9786236650295
Cetakan: Pertama- Maret 2021
Penerbit: Babon
Rating: 3,5/5
Sastra anak adalah sastra yang dibunyikan.
~ Kitab Cerita: Esai-esai Anak dan Pustaka, hal 61~
Sebuah paket mendarat beberapa waktu yang lalu. Nama pengirim Setyaningsih. Saya agak bingung, sepertinya tak barang yang saya pesan, apa lagi buku. Tak ada juga staf penerbit yang saya kenal dengan nama tersebut. Penasaran, langsung buka paket.
Saya baru ingat!
Beberapa waktu yang lalu Mbak Sanie mengadakan GA dengan hadiah buku dari penulis bernama Setyaningsih. Ternyata beliau langsung yang mengirim paket buku plus sebuah pouch cantik dengan warna yang membuat saya tersenyum sumringah.
Memandang kover, saya berimajinasi adegan permainan petak umpat. Sosok perempuan dengan wajah kesal dan memegang senter, saya asumsikan sebagai kakak. Sementara anak laki-laki yang bersembunyi sambil tertawa, adalah adik laki-laki. Sang adik begitu jago bersembunyi sehingga sang kakak terus mencari dengan kesal sampai malam tiba.
Tiba-tiba, saya mendapat ide baru. Bagaimana kalau sebenarnya sang adik yang bermain terlalu asyik hingga lupa waktu hingga malam. Sang kakak ketiban tugas mencari, padahal ia sedang asyik melakukan sesuatu.
Dengan kesal ia mencari sang adik untuk pulang bersama, sementara yang dicari justru bersembunyi, kesempatan untuk bermain lebih lama lagi dengan sekedar iseng menggoda sang kakak.
Dua anak kecil yang seakan menikmati masa anak-anak tanpa beban. Suatu hal yang sepertinya agak susah mengingat anak zaman sekarang sudah dibebani dengan aneka les demi prestasi dari kacamata orang tua dan lingkungan.
Membuka halaman pertama, agak kecewa juga karena tak ada tanda tangan penulis. Tanda tangan membuat buku lebih personal. Namun, saya tetap bersyukur menjadi 1 dari sekian banyak orang yang bisa mendapatkan paket menawan ini.
Dalam 12 esai besutan Setyaningsih dan 1 Catatan Belakang dari Ayu Primadini, pembaca seakan diajak untuk masuk dalam dunia literasi anak. Secara pribadi, saya tekenang pengalaman membahagiakan terkait literasi saat masih kecil. Mungkin benar kata orang bijak, pada dasarnya ada sosok anak-anak pada tiap diri orang dewasa.
Esai (Piknik)Di Perpustakaan, membuat saya teringat pada kegiatan Lomba Menggambar dan Mewarnai yang diadakan di kantor. Juga kegiatan dengan tema Dolanan Tradisional Anak-anak.
Perpustakaan yang biasa tenang mendadak ramai dengan celoteh anak-anak. Untuk sementara kakak-kakak mahasiswa terpaksa menahan diri untuk tidak berkomentar karena keramaian yang ada. Mereka harus menerima, begitulah dunia anak-anak yang selalu ceria di mana saja berada.
Tak hanya sekedar berlomba atau menikmati dolanan, mereka juga diberikan pengetahuan dasar tentang perpustakaan, serta diajak berkeliling. Aneka komentar lugu muncul. Dari betapa bedanya dengan perpustakaan sekolah mereka, luasnya gedung yang membuat bisa leluasa bermain, kenapa ada berbagai ruangan, serta adakah buku cerita yang mereka inginkan.
Minimal mereka sudah mendapat hak untuk piknik ke perpustakaan, tak hanya menikmati aneka tempat pariwisata yang bisa dilihat dari sejumlah stiker yang ditempel di mobil.
Andai banyak perpustakaan juga melakukan kegiatan yang mengundang minat orang tua untuk membawa anaknya ke perpustakaan, literasi anak bisa menjadi suatu hal yang berkembang dengan leluasa.
Esai Anak-anak Enid Blyton, membuat saya malu pada kelakuan konyolku beberapa waktu lalu. Sejak kecil, nama Agus Setiadi begitu melekat pada kenangan sebagai sosok yang bertanggungjawab membuat masa kecilku ceria dengan kisah-kisah Enid Blyton.
Bagaimana anak-anak keluarga Kirrin mengisi liburan menjadi sebuah imajinasi tersendiri bagi saya yang hidup di kota besar. Sungai dan pedagang es krim jalanan, hanya bisa dilihat ketika saya sedang berada di Solo.
Untunglah limun, atau bagi saya sejenisnya, masih bisa saya peroleh melalui penjaja makanan di sekolah. Kadang, saya membayangkan sedang menikmati limun sambil duduk-duduk santai di Pulau Kirrin. Penghayal tingkat tinggi ^_^.
Begitu internet memasuki negara tercinta ini, saya mencoba mencari tahu seperti apa wajah seorang Agus Setiadi. Begitu banyak wajah yang muncul dari satu nama, sebelum akhirnya menemukan yang sesuai. Sambil menatap layar monitor, ucapan terima kasih dari jauh langsung disampaikan. Bahkan seorang Soesilo Toer juga pernah meramaikan khasanah kisah anak melalui beberapa karyanya, dengan kekuatan perpaduan kemalangan dan kemujuran.
Kisah persahabatan Henki dan Meneer Kleber membawa pembaca pada berbagai kisah imajinasi zaman perang. Melalui penuturan Meneer Kleber rasa nasionalisme anak-anak diharapkan menjadi lebih kuat.
Secara keseluruhan, buku ini sangat perlu dibaca oleh mereka yang aktif dalam literasi anak, seperti penulis, penerbit, dan pendongeng. Mereka yang juga tertarik dengan dunia literasi secara umum juga disarankan untuk membacanya.
Bagi para orang tua, buku ini bisa menjadi referensi bagaimana memilih bacaan yang bemutu bagi anak. Sementara bagi para psikolog, buku ini bisa menjadi tambahan pengetahuan mengenai bagaimana buku bisa berdampak pada perkembangan kejiwaan anak.
Selain membangkitkan memori bagi saya, buku ini memberikan banyak informasi terkait literasi anak, salah satu sisi literasi yang selama ini jarang saya kunjungi selain sekedar mengulang bacaan saat kecil.
Termasuk bagaimana kendala dan upaya para penggiat literasi dalam mengembangkan literasi bagi anak-anak. Ternyata tidak mudah! Apa lagi saat sekarang, saya bisa merasakan betapa sulit dan rumitnya hanya sekedar untuk membuat seorang anak tertarik membaca. Bahkan anak dari penggila buku sekalipun!
Tambahan kata menarik juga saya peroleh dari buku ini. Sebagai seorang esai, tentunya pilihan kata yang dipergunakan dalam menyusun kalimat sudah dipertimbangkan dengan seksama sehingga mampu menyampaikan makna sesuai dengan keinginan. Beberapa kata yang jarang saya temui, menggoda saya untuk mengintip KBBI daring. Cara seru belajar bahasa.
Tapi, sebentar! Saya menemukan kata 2 di bagian dalam buku, Kitab Cerita: Esai-esai Anak dan Pustaka 2. Apakah artinya ini merupakan buku kedua? Kalau begitu, saya musti berburu mencari buku pertama.
Matur nuwun Mbak Sanie dan Mbak Setyaningsih. Mengenang saat kecil bisa jadi membangkitkan imun tubuh saat pandemi seperti ini. Sehat selalu agar bisa terus berkarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar