Judul asli: Between Shades of Gray
Penulis: Ruta Sepetys
Penerjemah: Inggrid Nimpoeno
Penyunting: Rika Iffati Farihah
Penyelaras aksara: Nunung Wiyati
Penata aksara: Abdul wahab
Desain sampul: Fahmi Ilmansyah
ISBN: 9786021306451
Halaman: 396
Cetakan: Pertama- Desember 2014
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 69.000
Pernahnya kau bertanya-tanya berapa nilai nyawa manusia? Pagi itu, nyawa adikku setara nilainya dengan arloji-saku (hal 28)
Karena mereka mengancam hendak membunuhku, kecuali jika ibuku tidur dengan mereka. Dan, jika mereka sudah bosan dengannya, mereka masih akan membunuhku. Jadi, bagaimana perasaanmu Lina, seandainya ibumu merasa harus melacurkan diri untuk menyelamatkan nyawamu? (hal 174)
Betapa hidup bisa berubah dalam hitungan detik. Lina mendadak harus meninggalkan rumah nyaman bersama ibu dan Jonas, adik lelakinya dibawah acungan senjata tentara Rusia. Sementara sang papa sudah lebih dahulu menghilang. Alih-alih membawa roti, Lina justru membawa perlengkapan gambarnya. Meski sepertinya aneh, tapi alat gambar itulah yang membuatnya mampu bertahan.
Mereka, juga ratusan warga Lithuania yang lain, dibawa dalam kereta api tanpa ada yang tahu kemana tujuan mereka. Berdesak-desakan bagai hewan ternak sudah menjadi hal yang mereka alami sehari-hari. Ditambah dengan makanan dan minuman yang sangat terbatas. Mandi merupakan satu-satunya hal yang merupakan kemewahan.
Dengan mengandalkan rasum roti yang tak seberapa, mereka harus bekerja keras untuk memenuhi kehidupan para tentara Rusia, bayaran untuk tetap membiarkan mereka hidup. Sementara untuk kehidupan mereka sendiri, mereka harus bekerja dengan cara yang cerdik meski tidak baik, mencuri. Jonas mencuri sisa bahan untuk membuat sepatu agar keluarga mereka punya sepatu yang layak pada musim dingin. Andrianus, sahabat mereka, mencurikan tepung. Apapun demi kelangsungan hidup, bahkan meski bit yang dimasak diangkut di balik celana dalam dan kutang seseorang yang dibasahi keringat!
Kisah dalam buku ini layak disebut kelabu, seperti judulnya gray. Membaca bagaimana penderitaan Lina, mengiris hati. Saat anak lain sedang asyik bermain, menikmati kasih sayang orang tuanya, Lina harus mencari makan agar hidup, menjaga adik dan ibunya untuk tetap hidup, melihat mayat bayi dibuang, ibu yang ditembak karena histeris melihat anaknya meninggal. Ia berjalan mencari kayu bakar di dinginnya udara malam yang beku saat musin dingin, sementara anak seusia dia sedang asyik meringkuk hangat di balik selimut.
Bagian yang melukiskan bagaimana Lina menyalurkan emosi, apa yang ia rasa dengan menggambar sungguh menyentuh. Sebenarnya saya sangat berharap bisa menemukan ilustrasi lukisan Lina dalam buku ini. Sehingga kisah yang disampaikan penulis semakin "hidup"
Kalimat yang ada di halaman 269 membuat saya teringat pada kisah Diary Anna Frank. Kisah Anna terungkap melalui catatan hariannya. Sementara Lina melalui gambar-gambarnya. "Sembunyikan semua gambar ini. Simpanlah di tempat aman untmkku,"kataku sambil meletakkan tanganku di atas tangannya. "Aku tidak tahu ke mana kami akan pergi. Aku tidak ingin gambar-gambar itu dihancurkan. Ada begitu banyak dari diriku, dari kita semua, di dalam gambar-gambar itu. Bisakah kau menemukan tempat aman untuk mereka?"
Menemukan bagian yang terkait buku dalam kisah ini cukup mampu membuat saya tersenyum diantara rasa sedih akibat membaca kalimat-kalimat yang ada. Lina mendapat buku sebagai hadiah ulang tahun, buku dalam bahasa Rusia sehingga ia bisa meningkatkan kemampuan bahasa Rusianya. Hadiah buku sebenarnya bukan hadiah istimewa, tapi menjadi sesuatu yang berharga karena diberikan disaat situasi hidup dan mati tidak jelas, dimana untuk memperoleh buku ini harus bertaruh nyawa.
Buku itu merupakan pengganti buku yang dipergunakan adik dan temannya untuk merokok. Kertas buku disobek lalu digunakan untuk melinting tembakau. Mengenaskan. "Soviet menangkap kita karena kita adalah orang-orang yang terpelajar dan berpengetahuan. Mengisap halaman-halaman buku benar-benar...Apa yang kalian pikirkan?"tanya Miss Grybas.
Secara keseluruhan, kisah dalam buku ini sungguh menyentuh. Memberikan asukan gizi bagi jiwa kita untuk terus bersyukur tidak mengalami apa yang Lina dan keluarga besarnya rasakan. Ya keluarga besar, karena tanpa ikatan darah pun mereka sudah menjadi saudara dalam penderitaan yang panjang. Saling tolong demi bertahan hidup. Saat kita menderita, keluarga sesungguhnya adalah mereka yang mau menawarkan bahunya untuk bersandar.
Diselingi dengan kilas balik cuplikan ingatan Lina tentang pembicaraan atau peristiwa yang dialaminya saat masih menikmati kehidupan bahagia bersama keluarga, kisah ini benar-benar mampu menyerap keluar seluruh rasa duka yang ada. Tak heran jika banyak penghargaan yang diperoleh kisah ini.
Sempat terpikir untuk mencari alih bahasa judul yang pas untuk dijadikan judul review. Sepertinya tidak juga menemukan yang cocok, akhirnya mengambil nama ketiga tokoh anak dalam kisah ini. Bagaimana juga ini memang mengenai bagaimana mereka berjuang untuk hidup.
Saya sempat merasa heran, bagaimana Lina tahu gerbong mereka ditulisi "pencuri dan pelacur" sementara ia berada di dalam. Mendadak saya ingat, ada adegan yang menyebutkan ia dan adiknya menyelinap keluar dari gerbong pada malam hari untuk mencari ayahnya yang berada di gerbong khusus laki-laki. Tapi seingat saya kejadian itu malam hari, lalu bagaimana ia bisa membaca tulisan itu, apakah ditulis dengan huruf besar? Atau saat pertama digiring masuk dalam gerbong Lina sempat melihat tulisan itu? Bukan hal penting sebenarnya, tapi sekedar rasa penasaran semata.
Akhir kisahnya bagi saya justru menawarkan sebuah kisah baru. Bagaimana Lina bisa bebas dan menjalani kehidupan barunya? Bagaimana kabar mereka yang mau mengaku salah dan bersedia dihukum paksa selama 25 tahun? Bagaimana..... bagaimana.... dan banyak bagaimana lagi yang muncul.
Jika ingin mengetahu tentang kisah lebih secara lebih lanjut, silahkan mengunjungi http://www.betweenshadesofgray.com/
Sumber gambar:
http:/www.goodreads.com
Penulis: Ruta Sepetys
Penerjemah: Inggrid Nimpoeno
Penyunting: Rika Iffati Farihah
Penyelaras aksara: Nunung Wiyati
Penata aksara: Abdul wahab
Desain sampul: Fahmi Ilmansyah
ISBN: 9786021306451
Halaman: 396
Cetakan: Pertama- Desember 2014
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 69.000
Pernahnya kau bertanya-tanya berapa nilai nyawa manusia? Pagi itu, nyawa adikku setara nilainya dengan arloji-saku (hal 28)
Karena mereka mengancam hendak membunuhku, kecuali jika ibuku tidur dengan mereka. Dan, jika mereka sudah bosan dengannya, mereka masih akan membunuhku. Jadi, bagaimana perasaanmu Lina, seandainya ibumu merasa harus melacurkan diri untuk menyelamatkan nyawamu? (hal 174)
Betapa hidup bisa berubah dalam hitungan detik. Lina mendadak harus meninggalkan rumah nyaman bersama ibu dan Jonas, adik lelakinya dibawah acungan senjata tentara Rusia. Sementara sang papa sudah lebih dahulu menghilang. Alih-alih membawa roti, Lina justru membawa perlengkapan gambarnya. Meski sepertinya aneh, tapi alat gambar itulah yang membuatnya mampu bertahan.
Mereka, juga ratusan warga Lithuania yang lain, dibawa dalam kereta api tanpa ada yang tahu kemana tujuan mereka. Berdesak-desakan bagai hewan ternak sudah menjadi hal yang mereka alami sehari-hari. Ditambah dengan makanan dan minuman yang sangat terbatas. Mandi merupakan satu-satunya hal yang merupakan kemewahan.
Lina beserta yang lain saling bergantung. Ibu Lina bahkan merelakan barang pribadinya untuk menyogok penjaga agar bisa mampir ke sebuah toko kecil dan membeli aneka permen, rokok dan camilan saat kereat api berhenti di sebuah desa. Bayangkan! Disaat nilai selinting rokok nyaris sama dengan nyawamu, keluarga Lina justru mau berbagi dengan yang lain.
Dengan mengandalkan rasum roti yang tak seberapa, mereka harus bekerja keras untuk memenuhi kehidupan para tentara Rusia, bayaran untuk tetap membiarkan mereka hidup. Sementara untuk kehidupan mereka sendiri, mereka harus bekerja dengan cara yang cerdik meski tidak baik, mencuri. Jonas mencuri sisa bahan untuk membuat sepatu agar keluarga mereka punya sepatu yang layak pada musim dingin. Andrianus, sahabat mereka, mencurikan tepung. Apapun demi kelangsungan hidup, bahkan meski bit yang dimasak diangkut di balik celana dalam dan kutang seseorang yang dibasahi keringat!
Kisah dalam buku ini layak disebut kelabu, seperti judulnya gray. Membaca bagaimana penderitaan Lina, mengiris hati. Saat anak lain sedang asyik bermain, menikmati kasih sayang orang tuanya, Lina harus mencari makan agar hidup, menjaga adik dan ibunya untuk tetap hidup, melihat mayat bayi dibuang, ibu yang ditembak karena histeris melihat anaknya meninggal. Ia berjalan mencari kayu bakar di dinginnya udara malam yang beku saat musin dingin, sementara anak seusia dia sedang asyik meringkuk hangat di balik selimut.
Bagian yang melukiskan bagaimana Lina menyalurkan emosi, apa yang ia rasa dengan menggambar sungguh menyentuh. Sebenarnya saya sangat berharap bisa menemukan ilustrasi lukisan Lina dalam buku ini. Sehingga kisah yang disampaikan penulis semakin "hidup"
Kalimat yang ada di halaman 269 membuat saya teringat pada kisah Diary Anna Frank. Kisah Anna terungkap melalui catatan hariannya. Sementara Lina melalui gambar-gambarnya. "Sembunyikan semua gambar ini. Simpanlah di tempat aman untmkku,"kataku sambil meletakkan tanganku di atas tangannya. "Aku tidak tahu ke mana kami akan pergi. Aku tidak ingin gambar-gambar itu dihancurkan. Ada begitu banyak dari diriku, dari kita semua, di dalam gambar-gambar itu. Bisakah kau menemukan tempat aman untuk mereka?"
Menemukan bagian yang terkait buku dalam kisah ini cukup mampu membuat saya tersenyum diantara rasa sedih akibat membaca kalimat-kalimat yang ada. Lina mendapat buku sebagai hadiah ulang tahun, buku dalam bahasa Rusia sehingga ia bisa meningkatkan kemampuan bahasa Rusianya. Hadiah buku sebenarnya bukan hadiah istimewa, tapi menjadi sesuatu yang berharga karena diberikan disaat situasi hidup dan mati tidak jelas, dimana untuk memperoleh buku ini harus bertaruh nyawa.
Buku itu merupakan pengganti buku yang dipergunakan adik dan temannya untuk merokok. Kertas buku disobek lalu digunakan untuk melinting tembakau. Mengenaskan. "Soviet menangkap kita karena kita adalah orang-orang yang terpelajar dan berpengetahuan. Mengisap halaman-halaman buku benar-benar...Apa yang kalian pikirkan?"tanya Miss Grybas.
Secara keseluruhan, kisah dalam buku ini sungguh menyentuh. Memberikan asukan gizi bagi jiwa kita untuk terus bersyukur tidak mengalami apa yang Lina dan keluarga besarnya rasakan. Ya keluarga besar, karena tanpa ikatan darah pun mereka sudah menjadi saudara dalam penderitaan yang panjang. Saling tolong demi bertahan hidup. Saat kita menderita, keluarga sesungguhnya adalah mereka yang mau menawarkan bahunya untuk bersandar.
Diselingi dengan kilas balik cuplikan ingatan Lina tentang pembicaraan atau peristiwa yang dialaminya saat masih menikmati kehidupan bahagia bersama keluarga, kisah ini benar-benar mampu menyerap keluar seluruh rasa duka yang ada. Tak heran jika banyak penghargaan yang diperoleh kisah ini.
Sempat terpikir untuk mencari alih bahasa judul yang pas untuk dijadikan judul review. Sepertinya tidak juga menemukan yang cocok, akhirnya mengambil nama ketiga tokoh anak dalam kisah ini. Bagaimana juga ini memang mengenai bagaimana mereka berjuang untuk hidup.
Saya sempat merasa heran, bagaimana Lina tahu gerbong mereka ditulisi "pencuri dan pelacur" sementara ia berada di dalam. Mendadak saya ingat, ada adegan yang menyebutkan ia dan adiknya menyelinap keluar dari gerbong pada malam hari untuk mencari ayahnya yang berada di gerbong khusus laki-laki. Tapi seingat saya kejadian itu malam hari, lalu bagaimana ia bisa membaca tulisan itu, apakah ditulis dengan huruf besar? Atau saat pertama digiring masuk dalam gerbong Lina sempat melihat tulisan itu? Bukan hal penting sebenarnya, tapi sekedar rasa penasaran semata.
Akhir kisahnya bagi saya justru menawarkan sebuah kisah baru. Bagaimana Lina bisa bebas dan menjalani kehidupan barunya? Bagaimana kabar mereka yang mau mengaku salah dan bersedia dihukum paksa selama 25 tahun? Bagaimana..... bagaimana.... dan banyak bagaimana lagi yang muncul.
Jika ingin mengetahu tentang kisah lebih secara lebih lanjut, silahkan mengunjungi http://www.betweenshadesofgray.com/
Sumber gambar:
http:/www.goodreads.com
Mbak, ga diikutin Posbar Des? hehe.. Ini bacanya... buset daaah. Dari awal sampe akhir serem bener...
BalasHapusIya lupa keposting Na. Ntar ditambah beberapa hal lagi deh.
BalasHapusEmang suram bukunya ^_^