Penulis: Pratama D Persada
Penyunting & layout: Reiko Kristian
Sampul: Adin Hadiwidjojo
ISBN: 9786027277304
Halaman: 237
Cetakan: Pertama-Juli 2015
Penerbit: PT Marawa Tiga Warna
Harga: Rp 67.000
Saat sekolah dulu, saya sering surat-suratan dengan beberapa sahabat. Bahasa yang kami gunakan merupakan bahasa khusus, mempergunakan sandi yang hanya dimengerti oleh kami. Anda mungkin juga begitu. Atau jangan-jangan memakainya untuk menulis surat cinta bagi belahan jiwa?
Meski berkesan mengibur tapi sesungguhnya sandi memegang peranan penting dalam aneka peristiwa di dunia. Ada kisah usaha merebut kekuasan Putri Mary dalam serial The Virgin Queen, dimana ia berkirim surat dengan Anthony Babington dengan kode khusus.
Jika ditelah lebih jauh, istilah Telik Sandi dan sejenisnya sudah dikenal sejak zaman kerajaan berkembang di tanah air. Hal tersebut juga mengarah pada urusan persandian.
Dalam pergerakan kebangsaan kita, urusan sandi atau kode juga berjasa besar. Atas perintah lisan Amir Sjarifuddin kepada dr. Roebiono Kertopati pada tanggal 04 April 1946, terbentuklah Dinas Kode yang berada langsung di bawah Kementrian Pertahanan. Hal ini yang merupakan terbentuknya Dinas Kode. Dimana para sandiman atau Code Officer (CDO) berkesempatan berperan aktif dalam mempertahankan kemerdekaan.
Dimulai dengan uraian tentang Kriptologi dan Sejarah Peradaban Dunia, Konsolidasi Kekuatan Intelejen Belanda, Lahirnya Dinas Kode, hingga Peran Penting Dinas Kode di Masa Genting Republik. Selanjutnya buku setebal 237 halaman ini mengisahkan tentang sejarah serta perkembangan sandi sejak zaman dahulu hingga peranannya dalam Perang Dunia II. Tak kalah pentingnya juga tentang kelahiran Dinas Kode di tanah air yang menjadi cikal bakal lahirnya Lembaga Sandi Negara.
Oh ya, saya sepakat dengan uraian pengantar dari mantan sandiman yang ikut merintis persandian sejak tahun 1946. Membaca buku ini membuat seseorang akan terkejut, terheran-heran dan mulai menyadari betapa pentingnya sandi bagi negara, pemerintah, intelejen maupun urusan bisnis.
Semula saya mengira akan menemukan sebuah cerita tentang perjuangan seorang telik sandi atau kurir pesan rahasia saat terjadinya perang kemerdekaan dan upaya mempertahankan kemerdekaan. Ternyata isinya lebih luas dari pada aksi hero seorang saja. Ini tentang sejarah sandi di negara kita. Pengetahuan baru bagi saya.
Bagi saya yang kurang menyukai sejarah, tentunya agak berat membaca buku yang isinya menguraikan tentang sejarah. Namun pada bagian yang mengisahkan tentang bagaimana kerja keras para CDO untuk meneruskan pesan rahasia demi kelangsungan Republik sementara para pemimpin ditangkap, cukup menggugah rasa nasionalisme saya.
Apa lagi ketika menemukan kalimat berikut di halaman 173,
Secara garis besar, buku ini sangat perlu dibaca oleh kaum muda agar mereka makin mencintai tanah air dan menghargai berbagai peran yang dilakoni para pejuang demi merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Banyak cara untuk dilakukan oleh para pejuang, salah satunya dengan menjadi kurir rahasia dan CDO.
Bagi mereka yang ingin memperluas wawasan mengenai Kriptologi, ilmu atau seni yang mempelajari segala aspek tulisan rahasia, maka buku ini bisa dijadikan pilihan.
Sayangnya bahasa yang dipergunakan dalam buku ini terlalu berat untuk dijadikan bacaan selingan. Hanya mereka yang benar-benar ingin mengetahui tentang sandi yang mampu membaca sampai tamat. Jika hanya membaca untuk menambah ilmu, sepertinya agak sukar dipahami.
Hal ini mungkin juga karena infomasi yang diberikan terlalu padat, sehingga buku ini lebih cocok dijadikan buku wajib bagi para mahasiswa yang baru masuk di Sekolah Tinggi Sandi Negara agar mereka lebih memahami dan mengenal sandi.
Tapi jangan putus semangat jika ingin mencoba membacanya, pada bagian belakang terdapat Istilah Dan Singkatan yang akan sangat membantu pembaca guna memahami buku ini.
Untuk urusan kover, jika buku ini sampai cetak ulang mungkin perlu dipertimbangkan mengganti nuansa warna kover menjadi sesuatu yang lebih terang, misalnya warna coklat muda. Asumsikan saja itu warna buku kode yang sudah mulai memudar. Hal tersebut dimaksudkan agar menjadi kontras dengan warna merah yang ada. Sehingga menarik mata calon pembeli buku.
Satu hal yang nyaris luput dari perhatian saya adalah tentang Museum Sandi di Yogyakarta. Tepatnya di jalan Faridan Muridan Noto Nomor 21 Kotabaru, 55224, Telepon 0274-556921, 556920.
Museum yang dibangun atas prakarsa bersama antara Kepala Lembaga Sandi Negara RI, Mayjen TNI Nachrowi Ramli dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2006 dan resmi dibuka pada 29 Januari 2014. Koleksi yang ditampilkan adalah seputar persandian bersejarah. Satu lagi tujuan wisata yang bisa dikunjungi jika ke Yogyakarta.
Selama tahun 2015, buku ini merupakan buntelan non novel yang paling menakjubkan bagi saya. Dari sisi bobot, buku ini membuat saya makin menghargai jasa para pejuang. Dari sisi pelengkap, keping vcd yang memuat tiga episode mampu membuat bulu kuduk saya berdiri. Bahkan pembatas bukunya pun tak sekedar pembatas buku biasa. Sepertinya cocok dipakai untuk SS di BBI.
Penyunting & layout: Reiko Kristian
Sampul: Adin Hadiwidjojo
ISBN: 9786027277304
Halaman: 237
Cetakan: Pertama-Juli 2015
Penerbit: PT Marawa Tiga Warna
Harga: Rp 67.000
Saat sekolah dulu, saya sering surat-suratan dengan beberapa sahabat. Bahasa yang kami gunakan merupakan bahasa khusus, mempergunakan sandi yang hanya dimengerti oleh kami. Anda mungkin juga begitu. Atau jangan-jangan memakainya untuk menulis surat cinta bagi belahan jiwa?
Meski berkesan mengibur tapi sesungguhnya sandi memegang peranan penting dalam aneka peristiwa di dunia. Ada kisah usaha merebut kekuasan Putri Mary dalam serial The Virgin Queen, dimana ia berkirim surat dengan Anthony Babington dengan kode khusus.
Jika ditelah lebih jauh, istilah Telik Sandi dan sejenisnya sudah dikenal sejak zaman kerajaan berkembang di tanah air. Hal tersebut juga mengarah pada urusan persandian.
Dalam pergerakan kebangsaan kita, urusan sandi atau kode juga berjasa besar. Atas perintah lisan Amir Sjarifuddin kepada dr. Roebiono Kertopati pada tanggal 04 April 1946, terbentuklah Dinas Kode yang berada langsung di bawah Kementrian Pertahanan. Hal ini yang merupakan terbentuknya Dinas Kode. Dimana para sandiman atau Code Officer (CDO) berkesempatan berperan aktif dalam mempertahankan kemerdekaan.
Dimulai dengan uraian tentang Kriptologi dan Sejarah Peradaban Dunia, Konsolidasi Kekuatan Intelejen Belanda, Lahirnya Dinas Kode, hingga Peran Penting Dinas Kode di Masa Genting Republik. Selanjutnya buku setebal 237 halaman ini mengisahkan tentang sejarah serta perkembangan sandi sejak zaman dahulu hingga peranannya dalam Perang Dunia II. Tak kalah pentingnya juga tentang kelahiran Dinas Kode di tanah air yang menjadi cikal bakal lahirnya Lembaga Sandi Negara.
Oh ya, saya sepakat dengan uraian pengantar dari mantan sandiman yang ikut merintis persandian sejak tahun 1946. Membaca buku ini membuat seseorang akan terkejut, terheran-heran dan mulai menyadari betapa pentingnya sandi bagi negara, pemerintah, intelejen maupun urusan bisnis.
Semula saya mengira akan menemukan sebuah cerita tentang perjuangan seorang telik sandi atau kurir pesan rahasia saat terjadinya perang kemerdekaan dan upaya mempertahankan kemerdekaan. Ternyata isinya lebih luas dari pada aksi hero seorang saja. Ini tentang sejarah sandi di negara kita. Pengetahuan baru bagi saya.
Bagi saya yang kurang menyukai sejarah, tentunya agak berat membaca buku yang isinya menguraikan tentang sejarah. Namun pada bagian yang mengisahkan tentang bagaimana kerja keras para CDO untuk meneruskan pesan rahasia demi kelangsungan Republik sementara para pemimpin ditangkap, cukup menggugah rasa nasionalisme saya.
Apa lagi ketika menemukan kalimat berikut di halaman 173,
Republik Indonesia masih ada
Karena pemimpin Republik masih ada
Tentara Republik masih ada
Pemerintah Republik masih ada
Wilayah Republik masih ada
Dan disini adalah Aceh...Coba nonton trailer berikut ini, sebuah dokumenter tentang Indonesia tahun 1948-1949. Betapa penting Dinas Kode dalam perjuangan mempertahankan Indonesia setelah Agresi Militer Belanda I dan II.
Secara garis besar, buku ini sangat perlu dibaca oleh kaum muda agar mereka makin mencintai tanah air dan menghargai berbagai peran yang dilakoni para pejuang demi merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Banyak cara untuk dilakukan oleh para pejuang, salah satunya dengan menjadi kurir rahasia dan CDO.
Bagi mereka yang ingin memperluas wawasan mengenai Kriptologi, ilmu atau seni yang mempelajari segala aspek tulisan rahasia, maka buku ini bisa dijadikan pilihan.
Sayangnya bahasa yang dipergunakan dalam buku ini terlalu berat untuk dijadikan bacaan selingan. Hanya mereka yang benar-benar ingin mengetahui tentang sandi yang mampu membaca sampai tamat. Jika hanya membaca untuk menambah ilmu, sepertinya agak sukar dipahami.
Hal ini mungkin juga karena infomasi yang diberikan terlalu padat, sehingga buku ini lebih cocok dijadikan buku wajib bagi para mahasiswa yang baru masuk di Sekolah Tinggi Sandi Negara agar mereka lebih memahami dan mengenal sandi.
Tapi jangan putus semangat jika ingin mencoba membacanya, pada bagian belakang terdapat Istilah Dan Singkatan yang akan sangat membantu pembaca guna memahami buku ini.
Untuk urusan kover, jika buku ini sampai cetak ulang mungkin perlu dipertimbangkan mengganti nuansa warna kover menjadi sesuatu yang lebih terang, misalnya warna coklat muda. Asumsikan saja itu warna buku kode yang sudah mulai memudar. Hal tersebut dimaksudkan agar menjadi kontras dengan warna merah yang ada. Sehingga menarik mata calon pembeli buku.
Satu hal yang nyaris luput dari perhatian saya adalah tentang Museum Sandi di Yogyakarta. Tepatnya di jalan Faridan Muridan Noto Nomor 21 Kotabaru, 55224, Telepon 0274-556921, 556920.
Museum yang dibangun atas prakarsa bersama antara Kepala Lembaga Sandi Negara RI, Mayjen TNI Nachrowi Ramli dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2006 dan resmi dibuka pada 29 Januari 2014. Koleksi yang ditampilkan adalah seputar persandian bersejarah. Satu lagi tujuan wisata yang bisa dikunjungi jika ke Yogyakarta.
Selama tahun 2015, buku ini merupakan buntelan non novel yang paling menakjubkan bagi saya. Dari sisi bobot, buku ini membuat saya makin menghargai jasa para pejuang. Dari sisi pelengkap, keping vcd yang memuat tiga episode mampu membuat bulu kuduk saya berdiri. Bahkan pembatas bukunya pun tak sekedar pembatas buku biasa. Sepertinya cocok dipakai untuk SS di BBI.
kalau buku tentang perannya keberadaan rumah sandi itu sendiri ada tidak ?
BalasHapus