Judul:Valharad
Penulis: Adi Toha
Editor: Nisrina Lubis
ISBN: 9786029556391
Halaman: 411
Penerbit: Diva Press
Rating:3/5
Menulis sebuah cerita memang tidak mudah, apalagi jika itu sebuah cerita fantasi. Tidak saja dibutuhkan kreatifitas namun rambu-rambu seperti nalar, kepribadian tokoh yang konsisten serta arah yang jelas cerita itu mau dibawa kemana, harus mendapat perhatian dari sang penulis.
Belum lagi semangat sang penulis yang harus tetap dijaga sehingga buku itu bisa selesai, dan jika diniatkan menjadi beberapa bagian, setiap bagian bisa selesai, syukur jika jaraknya tak terlalu lama.
Saat menulis sebuah cerita fantasi, kadang sang penulis harus menciptakan sebuah dunia baru, dunia dengan situasi dan kondisi yang berbeda dengan yang selama ini ada. Misalnya penulis menciptakan seluruh daun di dunianya bukan berwarna hijau namun biru.
Untuk itu Ia perlu memberikan penjelasan mengapa bisa biru. Anggaplah karena disana tanahnya mengandung sesuatu zat sehingga jika zat yang diserap tumbuhan lalu terkena sinar matahari akan menjadi biru. Selama cerita berlangsung sang penulis harus konsisten menyebut warna daun yang umum disana adalah warna biru. Sehingga jika ingin menciptakan unsur kejutan, cukup dengan mendadak warna daun berubah menjadi ungu, orange bahkan hijau.
Selain menciptakan sebuah dunia baru untuk wadah cerita, tokoh juga harus diceritakan secara konsisten dari awal hingga akhir. Misalnya sang tokoh sangat membenci pencuri apapun alasannya mencuri. Maka ia tidak akan berteman seorang mencuri.
Namun mendadak di tengah cerita disebutkan ia berkawan akrab dengan seorang pencuri. Jika ia tidak tahu kawan akrabnya itu seorang pencuri, bisa dimaklumi, tapi jika ia bertemu justru saat kawannya sedang melakukan aksi , maka ceritanya akan menjadi aneh.
Kalaupun sampai harus terjadi kerjasama diantara keduanya, penulis harus mampu memberikan alasan yang logis, sehingga membaca bisa menerima perubahan tersebut.
Membangun karakter tokoh bukannya hal mudah. Apalagi jika dalam cerita itu tokohnya tidak hanya satu. Maka bisa ditebak bagaimana kerja keras seorang Adi Toha untuk menciptakan lebih dari SEBELAS tokoh dalam Valhard.
Setiap tokoh yang ada memiliki karakter yang berbeda, juga dengan penampilan fisik yang berbeda. Menjaga para tokoh untuk tetap konsisten dari awal hingga akhir cerita menunjukkan kemampuan sang penulis yang mumpuni.
Buku ini berkisah mengenai gonjang-ganjing yang akan terjadi di tanah VarchLand jika tidak dicegah sesegera mungkin. Seperti juga buku fantasi umumnya, kejahatan digambarkan akan mengganggu kebaikan, maka dalam buku ini dikisahkan akan ada sebuah kekuatan hitam dalam wujud Bangsa Vomorion yang akan menghancurkan VarchLand. Mereka ingin membalas dendam atas kekalahan mereka beberapa ratus tahun yang lalu.
Untuk itu mencegah kekuatan hitam merajela Valharld Cadwaladir, petinggi istana mengembara ke pelosok negeri untuk menemukan 12 orang yang ditandai dengan sebuah kunci berbentuk segitiga yang sama besar bentuknya.
Mereka bukan orang sembarangan, mereka adalah 12 Ksatria Talismandala pemegang kunci rahasia. Kedua belas kunci tersebut harus disatukan untuk membuka sebuah ruang rahasia dimana senjata-senjata rahasia milik pendahulu mereka disimpan. Kunci-kunci tersebut diwariskan turun-temurun kepada orang-orang yang tepat untuk memilikinya.
Kedua belas Ksatria Talismandala tidak saja akan menemukan senjata-senjata rahasia dalam ruangan rahasia tersebut, mereka juga akan menemukan Mahkota Liafala yang merupakan mahkota tertinggi negeri VarchLand. Siapa pun memakainya dianggap pantas menjadi raja.
Valharld Cadwaladir yang sangat mencintai negerinya berusaha menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh, tak perduli betapa sulitnya tugas itu. Apalagi karena janjinya pada Sang Raja Hallvard. “Berjanjilah padaku, Valharald. Jika aku meninggal nanti, berjanjilah kau tidak akan membiarkan negeri ini hancur. Jangan biarkan ruhku melihat dari atas langit sana negeri ini hancur” desak sang raja sambil mencengkeram bahu Valharld Cadwaladir.
Sepanjang perjalanan, banyak ditemui hal-hal yang menakjubkan. Mencari 12 orang bukanlah hal yang mudah. Namun membuat mereka mau ikut dan membuat keluarganya mau merelakan mereka pergi , jauh lebih sulit lagi. Disini kejutan-kejutan manis bermunculan , tapi ada beberapa keganjilan yang membuat saya jadi berpikir memang sudah seharusnya begitu. Kejutan yang diawalnya menengangkan jadi berkurang gregetnya. Kisah mengenai bayi yang dibelah dua yang sudah melegenda juga ada dalam buku ini.
Sekilas, saya sempat menduga buku ini mirip dengan salah satu film yang berkisah mengenai sekian belas ksatria dengan tugas menumpas kejahatan yang terjadi di suatu daerah. Salah satu dari ksatria itu berasal dari Negeri Arab. Adi Toha memberikan kejutan yang lebih menggemparkan! Tidak ada kstaria dari Negeri Arab, namun kemampuannya tidak diragukan lagi, mereka justru berasal dari kaum yang selama ini dianggap lemah dan harus dilindungi.
Dari hanya 12 orang yang dianggap mau membantu, Valharld Cadwaladir justru mendapat bantuan dari banyak pihak. Memang 12 ksatria itu adalah kuncinya. Tapi tanpa ada dukungan dari banyak pihak bagaimana mungkin mereka bisa mengalahkan kejahatan. Secara logika, mana mungkin hanya 12 orang yang bertempur menyelamatkan negeri.
Seperti penulis cerita fantasi yang lain, Adi Toga juga menciptakan nama tokoh dengan apiknya. Kita akan bertemu antara lain dengan Cuchulainn, Urais d’ Eoghan, Fionn d’ Arthfael, Owain, Gavin, Einar Sang Pangeran Vincha, Eira dan Gwyneira, Ingemar, Ingolf dan lainnya. Dari dulu saya selalu penasaran bagaimana nama-nama itu bisa bermunculan dengan peranannya masing-masing tanpa tertukar.
Sebagai ganti ilustrasi, diambil kalimat yang dianggap paling menarik lalu dicetak ulang dengan format yang berbeda dengan aslinya. Dengan membacanya kita bisa mengenai garis besar cerita yang sedang berlangsung di halaman tersebut.
Sekilas mengingatkan saya pada sebuah majalah remaja yang seluruh isinya adalah cerpen. Ini yang membuat saya terpaksa menurunkan bintang yang semula saya berikan. Kesan yang semula ditampilkan mendadak berubah menjadi menye-menye buat saya.
Dari sekian banyak bab, sungguh sayang adegan serunya hanya sedikit, maksud saya adegan pertempuran bersama kedua belas ksatria itu. Memang beberapa ksatria dibuatkan sebuah bab yang penuh dengan adegan seru.
Tapi justru bab yang menceritakan usaha Valharld Cadwaladir menemukan mereka malah lebih banyak jumlahnya dari pada bab perihal bagaimana mereka bahu membahu bertempur melawan musuh. Atau mungkin buku ini hanya sebagai pembuka saja? Urusan bertempur bersama memang sengaja disiapkan di buku selanjutnya.
Saya jadi penasaran apakah buku ini dibuat dengan akhir yang sengaja dibuat menggantung karena penulis menunggu bagaimana tanggapan pasar atau penulis sedang meracik kisah selanjutnya tanpa perduli bagaimana tanggapan pasar di buku pertama.
Mari berharap kejutan masih berlanjut. Kita akan lebih sering disuguhi adegan pertempuran dengan melibatkan banyak Orcus, Ogre serta Chimera. Untuk mengetahui makhluk apakah itu, anda harus membaca buku ini. Termasuk melafalkan mantra Ye imperus graute creare!Ye imperus povoire creare! Ye Draach sauveoure dengan benar.
Para penikmat kisah fantasi atau mereka yang sedang mencoba menulis kisah fantasi, disarankan untuk mencicipi buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar