Nah... dalam rangka mengurangi tidur setiap saat berangkat kantor dan pulang plus istirahat, salah satu kiat adalah dengan membaca buku. Tidur berkurang, target menuntaskan buku terpenuhi.
Setelah membaca Epitaph, The Unknown Erros of Our Lives, Quidditch dari masa ke masa plus setengah buku persekutuan misterius baru saya berani membaca Heidi versi ini. Dengan harapan memori mengenai Heidi versi Penerbit Atria sudah mulai menguap, tentunya saya jadi bisa menilai dengan lebih muantap.
Pertama melihat covernya saya sudah tertawa. Membayangkan bagaimana caranya sang fotografer mampu membuat kambing duduk manis disebelah Haidi. Kalaupun ada unsur permainan komputer covernya cukup menghibur.
Walau bercerita mengenai hal yang sama, namun cerita versi Bentang dan Atria ternyata memilik perbedaan dari sisi pemilihan kata, narasi serta efek yang ditimbulkan.
Saat membaca versi Atria, saya menemukan dunia Heidi yang bebas dari segala beban dunia. Semua serta kebetulan , dan sepertinya memang sudah seharusnya. Saat Heidi ingin meminta tempat tidurnya untuk nenek, Oma dengan begitu saja mengirimkan tanpa pikir panjang. Saat ingin mengajari Clara berdiri dan berjalan, seperti dengan begitu saja Clara mampu berlatih. Semua serba indah.
Sedangkan membaca bersi Bentang, Heidi terlihat lebih manusiawi. Dalam artian tidak semua yang diinginkannya diperoleh. Ada kendala yang harus dihadapinya. Bahasa yang dipilih penterjemah terasa lebih ditujuan untuk kaum dewasa.Dimana kesulitan kehidupan memang ada.
Setelah membaca Epitaph, The Unknown Erros of Our Lives, Quidditch dari masa ke masa plus setengah buku persekutuan misterius baru saya berani membaca Heidi versi ini. Dengan harapan memori mengenai Heidi versi Penerbit Atria sudah mulai menguap, tentunya saya jadi bisa menilai dengan lebih muantap.
Pertama melihat covernya saya sudah tertawa. Membayangkan bagaimana caranya sang fotografer mampu membuat kambing duduk manis disebelah Haidi. Kalaupun ada unsur permainan komputer covernya cukup menghibur.
Walau bercerita mengenai hal yang sama, namun cerita versi Bentang dan Atria ternyata memilik perbedaan dari sisi pemilihan kata, narasi serta efek yang ditimbulkan.
Saat membaca versi Atria, saya menemukan dunia Heidi yang bebas dari segala beban dunia. Semua serta kebetulan , dan sepertinya memang sudah seharusnya. Saat Heidi ingin meminta tempat tidurnya untuk nenek, Oma dengan begitu saja mengirimkan tanpa pikir panjang. Saat ingin mengajari Clara berdiri dan berjalan, seperti dengan begitu saja Clara mampu berlatih. Semua serba indah.
Sedangkan membaca bersi Bentang, Heidi terlihat lebih manusiawi. Dalam artian tidak semua yang diinginkannya diperoleh. Ada kendala yang harus dihadapinya. Bahasa yang dipilih penterjemah terasa lebih ditujuan untuk kaum dewasa.Dimana kesulitan kehidupan memang ada.
Dalam versi ini, cerita juga terbagi dalan dua bagian. Bagian pertama berjudul gadis kecil bernama Heidi dan bagian kedua berjudul musim-musim penuh keajaiban.Disini Clara sudah di Indonesiakan menjadi Klara.
Mungkin karena sasaran pembacanya yang membuat kedua versi ini terasa lain. Saya sendiri merekomendasikan Heidi versi Penerbit Atria jika ingin diberikan kepada anak-anak, maksimal ABG. Sedangkan untuk yang lebih dewasa, versi Bentang lebih cocok.
Sebagai tambahan, dalam buku terbitan Bentang, ada halaman yang memuat mengenai sang pengarang, Johanna Spyri sebanyak 4 halaman. Minimal saya jadi lebih mengenal sosok misteriusnya yang lebih ingin dikenal melalui karyanya.
Saya kutipkan paragraf terakhir yang berisi ucapkan nenek kepada Heidi agar teman-teman bisa merasakan perbedaannya dan memberikan penilaian sendiri.
Versi Penerbit Atria (hal 396)
Akhirnya Nenek berkata, " Heidi, bacakan satu pujian untukku! Aku merasa aku tidak bisa berbuat apapun selama sisa hidupku kecuali berterima kasih kepada Tuhan atas semua berkah yang Dia limpahkan kepada kita"
Versi Penerbit Bentang (hal 330)
Beberapa lama kemudian, Nenek meminta Heidi membacakan sebuah lagu pujian. Perempuan tua itu berkata, " Meskipun aku menghabiskan setiap saat sepanjang hidupku untuk berterima kasih kepada Tuhan atas kebaikan-NYA bagi kita,itu tidak akan cukup"
Terasakan bedanya...
Mungkin karena sasaran pembacanya yang membuat kedua versi ini terasa lain. Saya sendiri merekomendasikan Heidi versi Penerbit Atria jika ingin diberikan kepada anak-anak, maksimal ABG. Sedangkan untuk yang lebih dewasa, versi Bentang lebih cocok.
Sebagai tambahan, dalam buku terbitan Bentang, ada halaman yang memuat mengenai sang pengarang, Johanna Spyri sebanyak 4 halaman. Minimal saya jadi lebih mengenal sosok misteriusnya yang lebih ingin dikenal melalui karyanya.
Saya kutipkan paragraf terakhir yang berisi ucapkan nenek kepada Heidi agar teman-teman bisa merasakan perbedaannya dan memberikan penilaian sendiri.
Versi Penerbit Atria (hal 396)
Akhirnya Nenek berkata, " Heidi, bacakan satu pujian untukku! Aku merasa aku tidak bisa berbuat apapun selama sisa hidupku kecuali berterima kasih kepada Tuhan atas semua berkah yang Dia limpahkan kepada kita"
Versi Penerbit Bentang (hal 330)
Beberapa lama kemudian, Nenek meminta Heidi membacakan sebuah lagu pujian. Perempuan tua itu berkata, " Meskipun aku menghabiskan setiap saat sepanjang hidupku untuk berterima kasih kepada Tuhan atas kebaikan-NYA bagi kita,itu tidak akan cukup"
Terasakan bedanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar