Judul Asli: Minyak Bulan
Penulis: Amala Kh dan kawan-kawan
Penulis: Amala Kh dan kawan-kawan
ISBN: 9786235393001
Halaman: 158
Cetakan: Pertama- Mei 2022
Penerbit: AT Press Jabodetabek
Harga: Rp 73.000
Rating: 3.25/5
Seperti yang sering saya sampaikan, biasanya ketika membaca kumpulan kisah, saya akan membaca Daftar Isi kemudian memilih mana kisah yang akan dibaca terlebih dahulu. Begitu seterusnya hingga seluruh kisah selesai dibaca.
Demikian juga dengan buku ini. Prinsipnya saja, hanya karena tak ada nama pengarang pada Daftar Isi, maka saya membaca dengan mencari karya penulis yang saya kenal terlebih dahulu. Kebetulan ada 2 orang, Falesha Libertalea Taufik alias Libby alias Bob, dan Ruwi Meita. Kemudian dilanjutkan dengan membaca kisah lain yang judulnya terlihat menarik.
Kisah yang ditulis oleh Ruwi Meita, tak hanya sekedar kisah horor, tapi juga mengusung konten lokal tentang balian-tabib, dari pelosok Kapuas Hulu. Sang balian menciptakan Minyak Bulan melalui ritual panjang dan rumit dengan khasiat tak terbayangkan.
Mungkin hanya perasaan saya, sepertinya Ruwi tidak mengeluarkan semua kemampuannya dalam menulis cerita kali ini. Seakan ada yang ditahan. Mungkinkah untuk menghormati penulis-penulis lain yang baru mulai menulis kisah horor? Apapun itu, tentunya merupakan suatu kebanggaan bisa berada satu buku dengan penulis horor sekaliber Ruwi Meita.
Memilih karyanya sebagai judul buku ini merupakan langkah cerdas yang layak diacungi jempol. Pertama untuk bersikap adil pada para penulis yang sedang dalam proses belajar, tak ada karya yang diistimewakan dengan dijadikan judul. Kedua, hal ini juga berguna untuk promosi.
Bagaimana kedekatan Bob dengan Mama sudah diketahui khalayak luas. Mereka bagai dua sahabat baik, besti-istilah zaman sekarang. Kedekatan itu terlihat dari kisah yang diangkat. Hanya saja, aneka momen kedekatan yang sering ditampilkan dalam media sosial, berbeda jauh dalam kisah ini.
Dengan berbagai cara, Ma Bob digambarkan selalu ingin memberikan yang terbaik. Bunda Selalu Tahu yang Terbaik bagi anaknya. Hanya saja, cara yang ditempuh sungguh menakutkan! Jika ada yang mengatakan bahwa cinta seorang ibu luar biasa, maka bacalah kisah ini. Cinta ibu yang luar bisa menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan bagi orang lain.
Tak perlu menduga-duga, ini sekedar kisah yang dibuat seorang anak dengan mengambil sosok orang tua sebagai tokoh. Kalau sampai ada yang menduga betapa "kejam dan menakutkannya" sosok Ma Bob, semata karena kesuksesan Bob menuliskan kisah.
Secara keseluruhan, buku ini memuat 12 kisah horor. Tiap kisah yang ada unik dan tak ada yang sama. Vellichor (Revalinna Ranting) berkisah tentang kengerian yang dirasakan seorang gadis yatim-piatu. Ia begitu takut seluruh pengetahuan yang ia peroleh dari buku-buku tua menghilang jika meminum obat yang kerap disodorkan suster.
Rencana (Tiana Yuthi) memberikan pembelajaran bagi pembaca, bahwa perbuatan baik juga harus dilakukan dengan bijak, jika tidak ingin disalahgunakan, Karena kejahatan bisa muncul dari mana saja dan dilakukan oleh siapa saja.
Kisah Empat Puluh (Wesiati Setyaningsih) menunjukkan bahwa cinta bisa ditunjukkan dengan cara yang tak biasa. Termasuk demi menutupi keburukan orang terkasih, ia dibuat meninggal saat masih dianggap mulia oleh orang banyak. Begitulah cinta, indah tapi juga rumit.
Dimanakan pun kita berada, sepantasnya menjaga sikap, apa lagi jika berada di Ambuwaha (Amala Kh). Karya ini mengingatkan pada karya Hilman (kalau tidak salah) yang sempat dimuat bersambung di majalah Hai. Berkisah tentang para pendaki gunung yang dihukum karena memetik Edelweiss dengan sembarangan.
Anak yang Bertemu Makhluk Kegelapan (Aulia Hazuki) memberikan peringatan keras agar kita jangan sembarang menyimpan, membuang, dan membaca dokumen seseorang. Karena kita tak akan pernah tahu akibat menyeramkan apa yang akan timbul.
Ada orang yang mampu melihat suatu peristiwa dalam benaknya, serta bisa membaca Tarot. Kartu yang Terbuka (Indy Shinta) kadang bisa sangat menakutkan apalagi jika yang dilihat adalah nasib buruk salah satu sahabat sendiri.
Mungkinkah diri kalian juga diikuti oleh makhluk yang membawa Sial (Kana)? Coba ditelaah, jangan-jangan kesialan yang sering menimpa karena dampak dari perjanjian luhur dahulu. Bukan kalian yang membuat perjanjian tapi kalian yang terkena dampaknya. Segera cari tahu agar kalian segera terbebas dari kesialan yang selalu menimpa.
Korban dari Ikatan Setan: Darah Perawan (Yozaf F. Amrullah) meninggal kehabisan darah dengan luka gigitan di pergelangan tangan kanan. Apakah muncul salah satu ilmu sesat di Jawa Tengah? Sang pelaku bisa berada di antara kita. Waspadalah selalu!
Alih-alih merasa ketakutan, saya tertawa terbahak-bahak membaca kisah Dasar Gembul (Upiek Widowati). Jadi ingat film horor ala tanah air yang membuat penonton tertawa, bukan ketakutan mencekam. Unsur rasa takut berbaur dengan rasa geli. Unik!
Siapa yang bisa menebak kedalam duka Hati Mamak (Bayu Febri)? Sejak Bapak meninggal dibunuh perampok demi mempertahankan uang sepuluh juta yang akan dibelikan HP, kehidupan keluarga mereka tidaklah sama. Mamak seakan menerima semua hal dengan diam pasrah, tapi siapa yang bisa tahu bagaimana sesungguhnya isi hati Mamak?. Mata dibayar mata!
Dari Kata Pengantar saya ketahui bahwa Kelas Menulis Book Camp gelaran Himpenan (Himpunan Penulis Indonesia) melakukan pendekatan dengan metode pengalaman. Mereka yang tergabung diajak untuk menjelajahi wilayah-wilayah penulisan baru guna memicu kreatifitas.
Menurut saya pribadi, dengan tidak mengesampingkan aneka metode pengajaran literasi lainnya, cara dengan learning by doing-dalam Kelas Menulis Book Camp disebut metode pengalaman, memberikan keuntungan tersendiri dalam proses belajar menulis yang dilakukan.
Umumnya, seseorang akan ingat apa yang menjadi kesalahan-dalam hal ini bisa kita sebut sebagai "hal yang kurang tepat" ketika belajar menulis cerita. Ia akan ingat mana langkah yang harus diambil agar karyanya menjadi lebih baik, dengan mengingat "kurang tepat" yang pernah ia lakukan.
Metode ini juga bisa mengurangi waktu belajar yang diperlukan untuk menulis. Mereka langsung terjun menulis dengan bekal penulisan dasar. Tiap orang akan mengembangkan pengetahuan dengan caranya masing-masing, karena pada dasarnya tiap orang adalah unik, demikian juga dengan cara mereka belajar dan menyerap pelajaran.
Secara keseluruhan, buku ini lumayan "mencekam" bagi mereka yang memiliki nyali kecil, sangat tidak disarankan untuk membacanya. Apalagi pada malam hari. Efek tidak bisa tidur, bahkan merasa ketakutan mendalam, bukan tanggung jawab penulis dan penerbit.
Ilustrasi yang mulai muncul pada kisah Ambuwaha sebenarnya agak mengganggu, karena ilustrasinya berbentuk sama, sementara kalimat yang diangkat berbeda. Sehingga berkesan monoton.
Belum lagi sosok manusia jerami yang dijadikan ilustrasi lebih mengingatkan pada tokoh yang ada di kisah Penyihir dari Oz. Dalam kisah itu, Boneka Jerami menemani perjalanan Dorothy demi memenuhi keinginannya memiliki otak. Ia digambarkan sebagai sosok yang riang. Bukannya merasa takut, melihatnya malah ingin tertawa. Oh ya coretan perihal The Wizard of Oz karya Frank Baum bisa menuju ke sini.
Mungkin karena keterbatasan ilustrasi maka sebuah ilustrasi dipakai beberapa kali. Padahal bisa diakali dengan membuat ilustrasi berupa petikan kalimat yang dianggap paling menarik dari kisah, kemudian didesain dengan aneka bentuk huruf yang menimbulkan kesan seram. Tak ada yang akan sama.
Pada blurd terlihat penerbit memberikan "bocoran" dua kisah yang ada. Kisah yang dibuat oleh Ruwi Meita bisa djadikan ajang promosi seperti yang disebutkan di atas, jika disebutkan juga nama penulisnya. Tapi alasan mengapa hanya mengambil 1 kisah dari seluruh kisah yang lain, menjadi pertanyaan tersendiri.
Akan lebih baik jika memberikan penggalan seluruh kisah yang ada. Jika tidak memungkinkan, cukup karya Ruwi Meita sebagai daya jual ditambah, atau hanya memberikan informasi perihal tujuan dan isi buku ini. Kalimat, "Kedua belas cerita dalam kumpulan cerita pendek...."
Oh ya, saya hanya menyebutkan nama satu penulis, sisanya disebutkan "dkk" karena begitulah cara penulisan informasi buku yang dibuat lebih dari 3 orang. Bukan berarti nama tersebut paling berkontribusi, namun karena nama penulis disusun berdasarkan abjad. Umumnya ditulis 3 nama, maafken saya yang sedang malas he he he.
Sekedar mengingatkan, horor menurut KBBI adalah sesuatu yang menimbulkan perasaan ngeri atau takut yang amat sangat. Selanjutnya disebutkan, berasa takut atau khawatir (karena melihat sesuatu yg menakutkan atau mengalami keadaan yang membahayakan). Sementara takut sendiri memiliki arti merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yg dianggap akan mendatangkan bencana; kondisi takwa; segan dan hormat; tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dsb).
Dalam laman geniusbeauty, disebutkan bahwa saat otak bereaksi terhadap kondisi menegangkan, ia akan menghasilkan energi tambahan yang mengaktifkan neurotransmiter (glutamat, dopamin dan serotonin). Sehingga tubuh berada dalam kondisi waspada untuk beberapa saat.
Selain itu, sinyal ancaman yang melewati hypothalamus (bagian otak terkait sistem glandular di tubuh) akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk memproduksi adrenalin, lalu menghasilkan opiates yang memiliki efek anestesi/ pembiusan.
Saat reaksi phobic turun pada titik ini, akhir kisah dalam film memberikan pengalaman positif yang dapat diaplikasikan di kemudian hari. Kemudian ketika selesai proses 'horor' tersebut dan tubuh kembali lebih tenang, saaat itulah sistem imun menjadi lebih kuat untuk beberapa saat.
Sebuah buku yang layak dikoleksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar