Salah satu cara saya membabat timbunan adalah
membacanya sebelum tidur. Biasanya cara ini lumayan manjur. Saya cukup
meletakkan buku-buku yang harus segera dibaca di sebelah tempat tidur. Jadi
begitu hendak tidur, saya ambil 1 buku dan mulai membaca. Biasanya dalam 2-3
malam sebuah buku dengan 300-400 halaman selesai dibaca. Untuk buku dengan 100
halaman, bisa selesai semacam.
Masalahnya saya mudah tergoda! Setiap kali
mendapat tugas piket layanan Jumat, saya sering melipir di rak 800, tepatnya di
899. Kadang saya menemukan beberapa buku lawas yang menarik hati.
Langsung pinjam tanpa sadar masih banyak buku di rumah yang memanggil untuk
dibaca. Dari pada kena sanksi, maka buku pinjaman harus dibaca duluan. Begitu
berulang lagi, tidak sadar juga.
Hari Sabtu ini saya sudah berniat (dengan
sungguh-sungguh ^_^) untuk menuntaskan beberapa buku yang saya pinjam. Halamannya
memang tidak tebal, tentunya tak butuh waktu lama untuk menuntaskannya.
Persoalannya ada pada halaman yang mulai rapuh dan debu yang menempel,
perjuangan sekali membacanya.
Berikut dua buku yang saya baca ^_^
Penulis:
Trim Sutidja
Ilustrasi:
Chandra Musa
Halaman:
16
Cetakan:
Pertama-1968
Penerbit: P.N Balai Pustaka
Penerbit: P.N Balai Pustaka
Terdapat dua kisah dalam buku ini.
Kisah pertama, Dipuntjak Bukit Pajung mengisahkan tentang 2 orang anak,
Awal dan Djiman yang sedang berusaha mencari rumput bagi sapi peliharaan
mereka. Nyaris seharian mereka mencari, namun tak menemukan jua. Akhirnya kedua anak tersebut memutuskan untuk menuju ke puncak Bukit Pajung.
Dengan harapan bisa menemukan rumput segala bagi ternak mereka.
Perjalanan
menuju puncak bukit bukan hal yang mudah. Cukup terjal, apa lagi bagi anak
seusia mereka. Hanya tekat untuk memberikan rumput segar bagi sapi peliharaan
membuat keduanya sanggup melewati medan sesulit apapun. Untunglah upaya
mereka terbayar dengan banyak yang makanan lezat bagi hewan mereka.
Tidak
hanya itu, mereka juga mendapatkan kejutan yang menyenangkan di sana. Pesan
moral yang disampaikan adalah tak ada usaha yang sia-sia. Semangat keduanya
untuk terus berusaha perlu dicontoh.
Selanjutnya
kisah dengan judul Persahabatan, mengisahkan tentang persahabatan 2 orang anak
bernama Edi dan Aman. Kedua berkenalan melalui surat, suatu hal yang mungkin
tak dipahami anak-anak zaman sekarang.
Dari
korespondensi, berlanjut dengan rencana berkunjung Aman ke desa tempat tinggal Edi.
Untuk saling mengenal keduanya akan mempergunakan baju pramuka ketika bertemu.
Ide yang cemerlang menurut saya, zaman itu belum ada telephon genggam hingga
bisa saling menghubungi. Untuk mengirim foto masing-masing sepertinya masih
sulit.
Keduanya
menikmati suasana pedesaan. Edi juga berkenalan dengan sahabat Aman. Di saja ia
mendapat pengalaman yang tak terlupakan. Menaiki kerbau, misalnya. Semula ia
takut melihat kerbau dari dekat. Maklum di kota tidak ada. Berkat bantuan
Aman dan teman-temannya ia menjadi berani menaiki kerbau.
Kisah
ini mengatakan tentang persahabatan (tepat sesuai dengan judul kisah), serta bagaimana kita harus bersikap di
tempat baru. Ia mampu beradaptasi dengan lingkungan. Meski berasal dari kota Edi tidak bersikap sombong dan angguh justru bersikap rendah hati hingga disukai oleh teman-teman Aman.
Dari kedua kisah di atas, saya penasaran dengan
uraian mengenai Pohon Kemelaka dalam kisah Dipuntjak Bukit Pajung. Tepatnya
tertulis, "
a yang buahnya terasa asam-pahit,
satu-satunya tumbuhan yang bertahan dimusim kemarau panjang." Duh seperti apa pula itu, aada yang bisa memberi tahu saya?
Penulis: Novia Evadewi
Halaman: 176
Penerbit: Cintamedia
Tergoda dengan kata misteri, saya mengambil buku ini. Dengan harapan ada sesuatu yang menarik. Apa lagi kover dengan mengusung wajah wanita di cermin emmbuat saya teringat akan kisah Alice Menembus Cermin ^_^.
Masyarakat kita tentunya sudah terbiasa mendengar
kisah atau menonton film horror. Salah satu pemain film horor yang tak ada
tandingnya adalah Suzanna. Spontan saya langsung mengingat nama tersebut
begitu selesai membaca buku ini. Beberapa bagian horor kisah ini sangat mirip dengan horor ala Suzanna.
Kisahnya bermula dari sepasang pengantin baru yang
mendapat hadiah berupa rumah dan segala isinya dari atasan sang istri. Sungguh
atasan yang luar biasa, Saya sempat mengira hal ini akan menjadi salah satu
bagian penting dari kisah. Misalnya ternyata si atasan menaruh hati lalu mengirim orang untuk melakukan teror pada keduanya ) efek terlalu banyak nonton cupkikan sinetron)
Ternyata saya salah. Segala petaka justru timbul dari
barang yang ada dalam rumah, cermin. Sesuai dengan judul buku ini. Sudah beberapa kali sang istri mengeluh perabotan
yang ditata berpindah tempat. Tuduhannya langsung tertuju pada sang suami,
karena mereka hanya tinggal berdua. Sang suami yang tidak melakukan mulai merasa aneh.
Aneka peristiwa pun terjadi. Seperti sang suami yang merasa melihat sosok istrinya berjalan padahal sang istri sedang tidur nyenyak. Suara yang memanggilnya, ibu mertua yang melihat wajah menyeramkan di cermin. Banyak hal lagi.
Puncaknya peristiwa yang mengakibatkan beberapa nyawa melayang. Mau tak mau sepasang suami istri itu harus mengakui ada yang aneh dalam rumah mereka dan mulai mencari tahu asal mula rumah dan perabotan. Serta mencari pertolongan guna keselamatan banyak pihak.
Pada akhirnya kebaikan akan memang melawan kejahatan. Hanya sayang, akhir kisah menyebutkan bahwa seluruh pojok rumah sudah dipasang aji-ajian sehingga tak akan ada lagi kekuatan jahat yang bisa masuk dalam rumah mereka. Bagian ajian ini agak kurang pas menurut saya, walau urusan klenik memang ada dalam masyarakat kita.
Secara garis besar kisahnya cukup menakutkan. Meski demikian ada beberapa bagian yang seakan
dipaksakan guna menimbulkan suasana mencekam. Penulsijuga terkesan ingin segera mengakhir kisah sehingga membuat penyelesaian masalah terkesan singkat Padahal jika dipoles lagi, kisah ini bisa makin menyeramkan.
Masih ada beberapa buku lagi yang saya pinjam, lain kali saja kita bahas ya. Ada buntelan datang nih ^_^.
Masih ada beberapa buku lagi yang saya pinjam, lain kali saja kita bahas ya. Ada buntelan datang nih ^_^.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar