Penulis: Dita Amelia
Saraswati
Penyunting: Teguh Afandi
& Yuli Pritania
Desain sampul: Bilal Surya
& Dilidita
Ilustrasi isi: Dita Amelia
Saraswati
ISBN: 9786023855841
Halaman: 168
Cetakan: Pertama-Oktober
2018
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 119.000
Rating: 3.5/5
Mirip judul lagu Beatles
Kesan pertama yang muncul ketika saya memperoleh buku ini.Yups,
saya memang termasuk penggemar lagu jadul. Jaduleres, begitu istilah
teman-teman di GRI bagi mereka yang menyukai lagu lama.
Namun bagi penulis, kalimat tersebut sepertinya memiliki makna yang
berbeda. Jika kita berani mulai bertemu dengan seseorang, maka kita juga harus
siap jika suatu saat kita berpisah dengannya. Saya sok tahu? Bocorannya ada
kok, bisa dilihat pada coretan di bagian belakang buku, "When you
say hello, are you ready to say goodbye?"
Keunikan buku ini dimulai
dengan penulis yang membuat sebuah tulisan berisi ucapan terima kasih bagi
orang-orang yang mendukungnya. Judulnya Unsent Letter. Saat membaca, saya lebih merasa ini adalah catatan harian sang penulis, bukan semacam pendahuluan. Terasa sekali unsur pribadinya.
Selanjutnya ada cerita pendek dengan judul Bincang, yang mengisahkan tentang
kesiapan penulis melepas karyanya untuk dinikmati publik. Artinya, seiring
pujian, tentunya juga ada kritikan pedas yang menyertainya. Dua sisi mata uang
yang harus siap ia terima. Hebat! Jarang ada penulis yang siap menerima kritik dengan hati lapang.
Kisah favorit saya, bisa ketebak sepertinya he he he, kisah seputar perpustakaan. Mendadak saya jadi ingat sebuah film pendek tentang kisah cinta di perpustakaan. Film ala Thailand tersebut mengambil setting perpustakaan seperti kisah Setengah Lima yang ada di halaman 89-91. Cinta, dan patah hati, bisa datang kapan saja dan melalui cara yang tak biasa.
Sempat merasa penasaran, di halaman biodata, penulis mengakui menyukai kereta (asumsi saya kereta api), tapi kenapa saya tidak menemukan sebuah kisah mengenai kereta api? Atau saya yang terlewat ya? Umumnya, penulis akan mampu bercerita dengan baik jika menyangkut kegemarannya. Saya jadi berangan-angan, ksiah tentang apa yang akan ia tulis. Lebih tepat, ilustrasi seperti apa yang akan ia buat.
Selain hiburan, buku ini memberikan tambahan ilmu bagi pembacanya. Misalnya di halaman 5, terdapat makna temu, makna rumah di halaman 121, serta heliosentris di halaman145. Saya sempat merasa, penggiat pengguna Bahasa Indonesia pasti bangga ada penulis yang melakukan hal ini. Tapi, saya langsung teringat betapa tidak sukanya mereka pada penggunaan kata asing. Sayangnya, banyak kata tersebut bertebaran dalam buku ini. Buku ini bisa jadi buku yang dicinta dan dibenci sekaligus ^_^.
Selanjutnya pembaca akan menikmati beberapa kisah pendek,
puisi, serta kalimat singkat yang mirip kata kata mutiara. Anggaplah kalimat
yang muncul dari hasil perenungan sang penulis. Kisahnya beragam,
benang merah kisah ini adalah tokohnya yang kebanyakan perempuan, urusan
mium kopi dan teh, serta kisah cinta,
Kisah favorit saya, bisa ketebak sepertinya he he he, kisah seputar perpustakaan. Mendadak saya jadi ingat sebuah film pendek tentang kisah cinta di perpustakaan. Film ala Thailand tersebut mengambil setting perpustakaan seperti kisah Setengah Lima yang ada di halaman 89-91. Cinta, dan patah hati, bisa datang kapan saja dan melalui cara yang tak biasa.
Sempat merasa penasaran, di halaman biodata, penulis mengakui menyukai kereta (asumsi saya kereta api), tapi kenapa saya tidak menemukan sebuah kisah mengenai kereta api? Atau saya yang terlewat ya? Umumnya, penulis akan mampu bercerita dengan baik jika menyangkut kegemarannya. Saya jadi berangan-angan, ksiah tentang apa yang akan ia tulis. Lebih tepat, ilustrasi seperti apa yang akan ia buat.
Selain hiburan, buku ini memberikan tambahan ilmu bagi pembacanya. Misalnya di halaman 5, terdapat makna temu, makna rumah di halaman 121, serta heliosentris di halaman145. Saya sempat merasa, penggiat pengguna Bahasa Indonesia pasti bangga ada penulis yang melakukan hal ini. Tapi, saya langsung teringat betapa tidak sukanya mereka pada penggunaan kata asing. Sayangnya, banyak kata tersebut bertebaran dalam buku ini. Buku ini bisa jadi buku yang dicinta dan dibenci sekaligus ^_^.
Untuk urusan ilustrasi, keran habis! Saya mulanya agak kaget melihat harga buku ini. Walau pun dibuat dalam versi hard, tapi melihat tipisnya halaman, harus ada sesuatu spesial yang ditawarkan oleh penulis. Sehingga pembaca merasa harga yang harus dibayar sangat sesuai. Selain isi serta tata letak, lustrasi cantik yang sangat memanjakan mata menjadi nilai lebih tersebut.
Sesungguhnya saya berharap penulis yang ternyata jago membuat ilustrasi, menghasilkan sebuah karya seperti model Wondestruck besutan Brian Selznick. Menurut saya, sebagai orang yang jago ilustrasi, tentunya mudah bagi penulis membuat buku seperti itu.
Apa lagi sambil mendengarkan lagu Hello Godbye dari The Beatles di bawah ini.
Membaca buku ini hanya
membutuhkan waktu yang singkat. Tapi menikmati tiap goresan ilustrasi hal yang
berbeda. Duh, jadi pingin dibuatkan karikatur.
Bisa dikatakan buku ini
merupakan buku yang ramah untuk dibawa-bawa. Ukurannya yang tidak terlalu
besar, halaman yang sedang, hard cover, memudahkan buku ini dibaca di mana
saja. Bahkan dalam perjalanan.
Tapi, saya merekomendasikan
buku dibaca saat santai, menikmati suara rintik hujan (musimnya pas),
sambil meminum secangkir minuman hangat sesuai selera Anda (selera saya teh
hangat pastinya). Baca perlahan halaman yang ada, nikmati aneka warna dan tulisan
yang disajikan.
Apa lagi sambil mendengarkan lagu Hello Godbye dari The Beatles di bawah ini.
Christmas wishes for teachers
BalasHapushappy valentines day song
happy ndw year sms