Judul asli: Personal Branding , Sukses Karier di
Era Milenial
Penulis:
Dewi Haroen
ISBN:
9766025157400
Halaman:
228
Cetakan:Pertama-2018
Penerbit:
DH Media
Rating:
3,5/4
Saya, Truly Rudiono, Blogger buku, Kolektor buku tapi tidak
ingin jadi penghancur buku. Kemampuan membaca saya terbilang cepat hingga mampu
menyelesaikan sebuah buku dalam waktu cepat. Jika senggang, saya menjadi orang
yang bertugas menyeleksi apakah sebuah buku layak diterbitkan atau tidak.
Dan ini pin nama saya
Sombong? Mungkin bagi mereka yang membacanya akan berkesan
begitu. Padahal saya baru saja mempromosikan diri, sedang melakukan personal
branding. Seperti yang tertera pada halaman 6, "Personal branding adalah
diri kita sendiri, siapa diri kita dan hal spesial apa yang kita kerjakan.
Mempresentasikan nilai yang kita yakini,
kepribadian kita, keahlian kita dan kualitas yang membuat kita unik diantara yang
lain."
Buku ini tidak saja memberikan informasi mengenai hal yang
perlu diketahui setiap individu yang ingin maju sukses. Tapi apa yang tidak boleh dilakukan jika
ingin menjadi sosok yang professional. Kadang suatu hal yang kita anggap sepele, justru berdampak
besar dalam perkembangan karier kita.
Perkembangan zaman yang kian pesat, tentunya juga menyebabkan
perkembangan dalam urusan persaingan karier. Tidak cukup hanya dengan rajin
bekerja saja, butuh sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuat Anda dianggap
spesial hingga hanya Anda yang layak menjadi yang terbaik. Menjadi sosok yang
dicari.
Dalam buku ini disebutkan bahwa personal brand mensyaratkan
keterpaduan antara citra diri yang
dikomunikasikan dengan perilaku sehari-hari, untuk itu, pengendalian diri
merupakan hal yang perlu dipahami dan selalu diingat. Tentunya dengan tidak
melupakan kepribadian diri yang sesungguhnya.
Melalui etika, etiket, serta estetika maka proses pembentukan
personal branding seseorang terjadi.
Prosesnya sendiri terkait dengan siapa
diri Anda, apa yang Anda kerjakan serta apa yang membuat Anda berbeda dengan
yang lain.
Pantas saat kuliah di
kampus yang ada di Kuningan, ada peraturan yang mewajibkan mahasiswa dilarang
gondrong, terutama saat ujian. Mereka juga wajib menggunakan kemeja atau kaos
berkrah. Alasannya para mahasiswa dilatih untuk memiliki penampilan profesional
sehingga ketika memasuki dunia kerja sudah terbiasa menjaga penampilan.
Bagian yang menyebutkan bahwa kita adalah representatif
tempat kita bekerja membuat saya jadi
kian paham. Saat maru mulai bekerja sempat mendengar mengenai beberapa
Kantor yang mengharuskan karyawannya
berpakaian rapi dan menarik. Penampilan cling dan bau harum merupakan suatu
standar bagi mereka. Karena orang secara umum
akan menyebutkan kerennya karyawan A, bukan nama si karyawan.
Demikian juga sebaliknya,
sering muncul opini negatif terkait penampilan karyawan. Misalnya
komentar mengenai lusuhnya seorang karyawan A,
dianggap jangan-jangan perusahaan tersebut tidak mampu memberikan gaji
yang cukup. Padahal, mungkin saja karyawan tersebut yang masa bodoh pada
penampilan, padahal gaji yang ia peroleh lumayan besar.
Bisa jadi hal ini yang menyebabkan banyak perusahaan mengganti
brand ambassador mereka ketika muncul kabar tak sedap mengenainya. Masyarakat
yang sering menyamakan secara spontan sebuah produk dengan informasi negatif
terkait brand ambassador tentunya akan berdampak buruk pada perusahaan.
Saya jadi tersenyum
membaca apa yang tertera di halaman 27. Secara harafiah penulis menyatakan
bahwa jika nama Anda tidak terdeteksi
oleh mesin pencari informasi di dunia maya, maka Anda bisa dikatakan belum
memiliki brand yang kuat.
Penasaran, Saya langsung mencoba mencari nama saya melalui
mbah Google. Lumayan, dalam 0,40 detik
terdapat 3.060 hasil. Sementara melalui Yahoo, terdapat 1.650 hasil. Dan sudah
jelas, seluruhnya terkait dengan urusan buku he he he.
Secara umum, buku ini layak dibaca oleh mereka yang ingin
mengembangkan diri dan menambah pengetahuan seputar personal branding. Sebenarnya saya tidak hanya ingin
merekomendasikan buku ini bagi para
eksekutif muda. Namun juga para manager pekerja seni, bahkan bagi mereka yang
merupakan pekerja seni. Dengan memahami personal branding, tentunya akan lebih mudah untuk menjual
"kemampuannya".
Selain bobot isi dan cara menguraikan sebuah hal yang memukau,
contoh yang diambil dari kehidupan sehari-hari menjadikan buku ini semakin
mudah dipahami. Ditambah dengan tata letak yang menawan, menjadikan buku ini
patut diperhitungkan keberadaannya.
Sungguh saya merasa
rugi, saat ada pelatihan terkait penerapan buku ini, justru saya sedang
bertugas ke luar kota. Menurut informasi beberapa teman, ilmu yang diberikan
sungguh berguna. Praktek yang dilakukan juga mempermudah pemahaman dalam
penerapan. Jadi ingin ikut jika ada lagi.
Oh ya, jika ada yang tertarik terkait buku ini atau perihal
pelatihan personal branding, silakan mengunjungi www.dewiharoen.com.
Beli,
Baca,
Praktekkan,
Nikmati
hasilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar