Penyunting: Yuli Pritania
ISBN: 9786023853076
Halaman: 248
Cetakan: Pertama-Juni 2018
Penerbit: Noura Book
Harga: Rp 69.000
Rating: 4/5
Penerbit: Noura Book
Harga: Rp 69.000
Rating: 4/5
Peringatan!
Lepaskan imajinasimu saat membaca
buku ini. Buku dan film merupakan dua hal yang sangat berbeda. Ingatlah selalu
hal tersebut ketika menonton film yang diangkat dari buku namun isinya berbeda dengan buku tersebut, atau sebaliknya. Demikian juga dengan kisah ini.
Si kecil Charlie Bucket harus
membagi segala hal tidak hanya dengan orang tuanya, tapi juga dengan para kakek
dan neneknya. Artinya selain Charlie dan kedua orang tuanya, ada Grandpa Jo,
Gradma Josephine, Grandpa George, serta Gradma Georgina. Satu anak yang sedang
dalam masa pertumbuhan berbagi dengan 4 manula dan 2 orang dewasa. Bukan hidup
yang mudah!
Gaji sang ayah nyaris tidak cukup
untuk membiayai kebutuhan mereka bertujuh. Maka sebatang coklat merupakan
kemewahan bagi Charlie, sementara bagi anak lain merupakan hal yang bisa
diperoleh dengan mudah. Kemewahan tersebut hanya diperoleh ketika ia
berulang tahun.
Salah satu, mungkin satu-satunya
pabrik coklat yang mampu menciptakan aneka rasa spektakuler berada di daerah
tempat tinggal Charlie. Semenjak pabrik
ditutup, tak terlihat ada kegiatan di sana. Namun belum lama, beberapa orang
mengaku melihat ada kegiatan produksi di sana. Aneh! Meski terlihat bayang-bayang orang bekerja
namun tak pernah ada yang telihat masuk atau keluar dari pabrik.
Sebuah pengumuman melalui surat
kabar membuat gempar masyarakat. Willy Wonka, sang pemilik pabrik, akan
memberikan kesempatan bagi lima anak terpilih
yang memiliki tiket emas untuk
mengunjung pabrik yang tertutup selama 10 tahun. Bahkan Willy Wonka
sendiri yang akan memandu mereka.
Suatu hal yang mustahil bagi
Charlie. Apa lagi ketika dalam hadiah ulang tahun berupa coklat yang ia peroleh, tak ada tiket
emas. Tanpa sadar, ada rasa sakit ketika tahu ada orang tua yang memborong
begitu banyak coklat demi sang anak mendapatkan tiket emas. Begitulah kehidupan ini, kadang
Bukan Roald Dahl jika tak
mampu mengaduk-ngaduk perasaan pembaca ciliknya (mungkin juga perasaan Anda
yang sudah dewasa). Menilik kover, jelas terlihat bahwa pada akhirnya Charlie bisa memperoleh tiket emas. Meski begitu, proses bagaimana ia bisa mendapatkan tiket dan bertemu dengan Willy Wonka merupakan bagian yang sangat menarik untuk diketahui.
Sekali lagi, buku dan film berbeda.
Sebagai pembaca, tentunya bukan hal yang mudah untuk melupakan bayang-bayang film dengan kisah yang (nyaris) sama. Setidaknya ini berlaku untuk saya he he he. Meski sangat tahu teori, pada prakteknya berulang kali saya harus mengingatkan diri untuk tidak membandingkan isi buku ini dengan kisah yang saya baca.
Buat yang penasaran, beberapa contoh perbedaan misalnya mengenai sosok Augustus Gloop. Dalam buku dikisahnya sosok Augustus ditemani oleh ayah dan ibunya, sementara dalam film hanya ditemani oleh ibunya saja.
Lalu sosok Oompa Loompa dalam buku ini digambarkan sebagai sosok mungil dengan dengan kulit putih bersemu merah muda (halaman 106). Sementara jika kita lihat di film, kulit Oompa Loompa berwarna coklat.
Perbedaan terbesar antara buku dan kisah ada di halaman 210. Petunjuknya juga bisa dilihat di sini. Dibeli dan dibaca sendiri ya ^_^
Sebagai pembaca, tentunya bukan hal yang mudah untuk melupakan bayang-bayang film dengan kisah yang (nyaris) sama. Setidaknya ini berlaku untuk saya he he he. Meski sangat tahu teori, pada prakteknya berulang kali saya harus mengingatkan diri untuk tidak membandingkan isi buku ini dengan kisah yang saya baca.
Buat yang penasaran, beberapa contoh perbedaan misalnya mengenai sosok Augustus Gloop. Dalam buku dikisahnya sosok Augustus ditemani oleh ayah dan ibunya, sementara dalam film hanya ditemani oleh ibunya saja.
Lalu sosok Oompa Loompa dalam buku ini digambarkan sebagai sosok mungil dengan dengan kulit putih bersemu merah muda (halaman 106). Sementara jika kita lihat di film, kulit Oompa Loompa berwarna coklat.
Perbedaan terbesar antara buku dan kisah ada di halaman 210. Petunjuknya juga bisa dilihat di sini. Dibeli dan dibaca sendiri ya ^_^
Secara garis besar, buku ini sangat cocok dibaca anak-anak. Selain sebagai hiburan, isi buku ini membuat pembaca berimajinasi. Mereka diajak membayangkan bagaimana sebuah proses pembuatan sebatang coklat. Ternyata bisa menjadi suatu kegiatan yang menarik. Anak-anak bisa berimajinasi bagaimana jika ada sebuah coklat denga rasa tertentu. Tentunya hal ini akan mengasah kreativitas anak sejak dini. Bukan tak mungkin, sebuah imajinasi kelak menjadi sebuah kenyataan.
Penulis juga menanamkan rasa cinta keluarga yang besar dalam kisah ini. Bagaimana seorang anak hidup dengan dua pasang kakek-nenek yang begitu menyayanginya. Bagian yang mengisahkan bagaimana Charlie semula rela memjual tiket emasnya agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga, merupakan pengorbanan atas nama cinta keluarga.
Sikap selalu berharap dan pantang mundur juga terdapat dalam kisah ini. Meski gagal medapatkan tiket emas pada coklat pertamanya, Charlie tetap berharap akan menemukan keberuntungan pada coklat selanjutnya yang ia beli. Dan pada akhirnya keberuntungan ada pada pihaknya.
Sementara sikap kurang baik seperti terlalu rakus, diwakili melalui sosok Augustu Gloop yang terjatuh di danau coklat, sifat egois dan keras kepala dan manja tercermin dari sosok Verica Salt. Anak-anak akan menemukan contoh sebab-akibat dari sikap yang tidak baik. Suatu cara mendidik yang menyenangkan.
Oh ya, buku ini juga penuh dengan aneka syair lagu. Seorang guru
PAUD bisa mengadopsi lagu tersebut dan menjadikannya sebuah kegiatan yang
menarik di kelas. Mungkin tidak persis sama, tapi bisa dijadikan acuan.
Anak-anak bisa bergerak dan mengekspresikan diri.
Dalam situ wikipedia disebutkan bahwa Cokelat dihasilkan dari kakao (Theobroma cacao) yang diperkirakan
mula-mula tumbuh di daerah Amazon utara sampai ke Amerika Tengah. Mungkin
sampai ke Chiapas, bagian paling selatan Meksiko. Orang-orang Olmec
memanfaatkan pohon dan, mungkin juga, membuat “cokelat” di sepanjang pantai
teluk di selatan Meksiko. Dokumentasi paling awal tentang cokelat ditemukan
pada penggunaannya di sebuah situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido,
Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM. Residu yang diperoleh dari tangki-tangki
pengolahan ini mengindikasikan bahwa awalnya penggunaan kakao tidak
diperuntukkan untuk membuat minuman saja, namun selput putih yang terdapat pada
biji kokoa lebih condong digunakan sebagai sumber gula untuk minuman beralkohol
Penasaran buku selanjutnya. Apa lagi para tokohnya tak terduga. Meluncur.... sambil menikmati sepotong coklat kiriman seseorang yang membuat hati saya meleleh *ehem*
Sumber gambar: Goodreads
Tidak ada komentar:
Posting Komentar