Penulis: John Man
Penerjemah: Th. Dewi Wulansari
Editor: Indi Aunullah
ISBN: 978-979-18673-4-4
Halaman:251
Cetakan: Pertama-Mei 2010
Penerbit: Azkia Publisher
Rating: 3/5
Sumber gambar:
Penerjemah: Th. Dewi Wulansari
Editor: Indi Aunullah
ISBN: 978-979-18673-4-4
Halaman:251
Cetakan: Pertama-Mei 2010
Penerbit: Azkia Publisher
Rating: 3/5
“Berbagi penderitaan tidak menjami keberhasilan,
banyak pemimpin berani dan salah jalan yang meninggal
dalam kesia-siaan, terlupakan;
tapi penolakan untuk
menjalani penderitaan
menjadi jaminan yang pasti
bagi kegagalan”
Buku ini
direkomendasikan oleh salah seorang teman. Katanya perlu dibaca terutama bagi
mereka yang menyukai perihal pengembangan diri, kepemimpinan dan manajemen.
Jelas saya tertarik, siapa yang tak pernah mendengar nama Jenghis Khan.
Sosok Jenghis Khan
merupakan salah satu pemimpin besar dalam sejarah. Keahliannya dalam memimpin
perlu dan pantas dikaji. Bagi rakyatnya ia adalah pahlawan sekaligus orang
suci. Meski tak menunjukkan rasa sesal
akan tindakan pembataian yang ia lakukan. Visinya untuk menaklukan dunia juga
diikuti oleh cucunya Kubilai Khan, meski
ternyata visi itu adalah khayalan yang justru membawa dinastinya menuju
kehancuran.
Nilai kebesaran
dari sosok seorang pemimpin melibatkan unsur kreativitas dalam upaya mengejar
visi. Hal tersebut akan memberikan hal baru bagi para pengikutnya. Pandangan yang muncul antara sebelum dan
sesudah pemimpin bekerja, menunjukan perubahan yang ia capai.
Visi yang
menginspirasi merupakan perpaduan langka dari kondisi yang tepat, visi yang
tepat serta orang yang tepat untuk memimpikan dan menyampaikan kepada masyarakat
banyak. Dan selanjutnya menggerakan pengikut untuk percaya akan misi tersebut.
Meski selalu
menampilkan diri sebagai sosok sederhana yang memandang rendah kemewahan, namun
seluruh pengikutnya paham bahwa Jengis Khan memiliki hak penuh untuk membagikan
harta rampasan. Dengan demikian ia
memberikan contoh penghematan dengan hidup sederhana sekaligus menjadi sumber
kekayaan bagi pengikutnya.
Khan mampu
menciptakan suasana dimana kepentingannya dianggap sebagai kepentingan Negara.
Seluruh kekayaan dari rampasan adalah milik Khan. Menyembunyikan atau penahan
harta rampasan berarti melakukan pengkhianatan kepada pimpinan dan Negara. Menyangkal hak pemimpin untuk
memberikan penghargaan.
Ada tiga elemen
strategi yang sering dilakukan oleh Jenghis Khan. Kejutan yang bisa dilakukan karena kemahiran
serta kekuatan hebat pasukan berkuda Mongol.
Komitmen untuk melakukan kekejaman dalam tugas yang mereka emban. Membuat pemahaman bahwa menyerah berarti selamat, menentang berarti mati.
Mencari sosok
penurus bukanlah hal yang mudah. Perdebatan pasti akan muncul. Khan membiarkan
perdebatan muncul saat mulai memilih siapa penggantinya. Tapi dengan cara itu, ia telah
mengikutsertakan keluarganya serta mempertahankan kesetian para bangawan dari
negeri barunya.
Kadang, para
pemimpin bersikap bermusuhan dan waspada pada orang terhebat yang ada dalam
lingkungan pemerintahan. Bukannya dianggap aset, mereka malah dianggap ancaman.
Harusnya, manfaatkan mereka semaksimal mungkin untuk memperoleh kejayaan.
Pekerjakan hanya yang terbaik. Dengan kesetiaan yang sudah dibentuk, tak ada
yang perlu ditakutkan lagi.
Buku ini cocok
dibaca oleh para pemimpin yang ingin mengembangkan kemampuannya, para manajer
yang ingin menambah pengetahuannya. Serta para penyuka genre biografi dan
sejarah.
Ternyata...,
membaca buku ini tidaklah mudah. Butuh waktu lama bagi saya untuk membaca dan
membuat catatan terkait buku tersebut. Mungkin kemampuan pemahaman saya yang
menurun, namun sepertinya buku ini sulit saya pahami.
Kadang, uraian yang
ada kurang sesuai dengan pokok bahasan yang dibuatkan desain semacam kotak
khusus. Penjelasan dalam kotak tersebut juga sering kali kurang pas dengan
judulnya.
Sebenarnya, bagi
saya kendala memahami buku ini ada pada terjemahannya yang kurang bisa dinikmati.
Tak jarang saya butuh membaca sebuah kalimat lebih dari satu kali untuk
menangkap maknanya. Untuk beberapa kasus, bahkan harus saya ulang beberapa
kali.
Judulnya
mempergunakan bahasa Inggris namun dalam kisah banyak mempergunakan bahasa Indonesia. Misalnya
dalam judul ditulis Genghis Khan, sementara dalam buku ditulis Jenghis Khan.
Penerbit sebaiknya konsisten dalam penggunaan nama.
Secara garis
besar, bisa dikatakan buku ini merupakan penjabaran dari The secret History of
the Mongols yang diterbitkan dalam bahasa Mongol. Tema dalam buku itu adalah
kebangkitan Jenghis Khan menuju kekaisaran dengan dukungan Langit.
Penulis kisah ini,
John Man, lahir pada 15 Mei 1941, merupakan seorang sejahrawan asal Inggris dan
travel writer dengan peminatan pada perihal Mongolia. Hal ini dibuktikan dengan
salah satu program sekolah pascsarjana yang ia ambil, studi bangsa Mongol pada
School of Oriental and African Studies di London.
John Man juga
menulis Gengis Khan, Kublai Khan dan Attila The Hun.Ketiganya mengenai biografi
tokoh legendaries dalam perihal kekaisaran kuno di dunia.Melalui karya-karya
tersebut John Man menjadi salah satu sejahrawan yang karyanya banyak dibaca
orang
https://id.wikipedia.org/wiki/Jenghis_Khan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar