Penulis: Seno Gumira Ajidarma
ISBN:9786023851034
Halaman:230
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 54.000
Rating:4/5
Mereka berada di Dunia Sukab, dunia kita-kita juga. Tapi siapakah Sukab?
Hem......
Sukab bisa menjadi siapa saja dalam buku ini. Camat, paman, tersangka kerusuhan, penjual buah, perebut istri orang dan masih banyak lagi. Bahkan menjadi bukan siapa-siapa. Pembaca akan menemukan sosok yang beragam.
Seperti biasa, saya jarang membaca kata pengantar atau catatan pendahuluan sebuah buku. Hal ini saya lakukan guna lebih bisa menemukan esensi kisah yang ada. Demikian juga buku ini. Dalam buku ini, saya merasa tokoh kita Sukab berada sebagai sosok dengan nama dalam satu bab. Sementara pada bagian yang lain malah sama sekali tidak disebut namanya, tapi bukan berarti tidak ada kan. Justru pembaca harus bisa menekukan beradaan Sukab sebagai sosok yang tak kasat mata. Dan seperti begitu juga yang dirasakan oleh perwakilan pihak penerbit.
Terdapat tiga bagian utama dalam buku ini yaitu Dunia Sukab 1 terdiri dari delapan kisah antara lain Khuldi, Sukab & Sepatu dan Manusia Api. Dunia Sukab 2 terdiri dari enam kisah seperti Banjir, Sita dan Suaminya,dan HooiyyAAAiyyOOO!. Terakhir Dunia Sukab 3 yang terdiri dari tiga kisah yaitu Telepon dari Aceh, Perempuan Preman, serta Jakarta, 14 Februari 2039.
Pada bagian akhir buku terdapat riwayat publikasi dimana karya tersebut pernah diterbitkan. Carmina Burana sebagai contoh, pernah diterbitkan di majalah Amanah No. 24 tahun 1987. Sementara Telepon dari Aceh pernah diterbitkan dalam harian Kompas 8 Agustus 1999, lalu dimuat kembali dalam buku Aceh Mendesah dalam Napasku (Banda Aceh: KaSUHA, 1999); Dua Tengkorak Kepala (cerpen Pilihan Kompas 2000); Korrie Layun Rampan, Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Jakarta: Grasindo 2000; dan Ajidarma (2014).
Membaca buku ini membuat saya seakan melihat kilas peristiwa masa lalu. Ingatan akan beberapa peristiwa muncul kembali dari memori saya, meski dengan cara dan sudut pandang yang berbeda. Bagi mereka yang sudah pernah mengetahui bahkan mengalami hal seperti yang dijadikan bahan tulisan dalam buku ini, mungkin juga akan merasakan seperti yang saya rasakan.
Peristiwa Tsunami digambarkan dalam kisah Telepon dari Aceh. Kisahnya tentang sosok seorang perempuan yang sedang menikmati hasil korupsi suami bersama keluarga besarnya ketika ada telepon dari Aceh yang memberi kabar adik bungsunya sudah diketemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Sementara suaminya bersikap acuh, malah tak ingin ada yang menyampaikan kabar beri duka lagi pada istrinya. Si istri bersedih dalam kesendirian.
Jakarta 14 Februari 2039 mengingatkan pada peristiwa kerusuhan pada bulan Mei 1998, dimana terjadi penjarahan, pembakaran hingga pemerkosaan. Tokoh utama dalam kisah ini digambarkan sebagai anak dari korban pemerkosaan. Ironi bukan, menilik tanggal 14 Februari (dijadikan bagian dari judul) sering digembar-gemborkan banyak pihak sebagai hari Kasih Sayang justru mengisahkan tentang hal yang jauh memalukan dan menyedihkan.
Kisah The Pinocchio Disease mungkin tidak terkait dengan peristiwa besar, tapi memberi pesan moral pada pembaca untuk tidak berbohong dalam bentuk apa pun. Dari hanya sekedar berbicara bohong hingga melakukan korupsi akan membuat hidung si pelaku bertambah panjang. Ada sanksi moral yang yang harus ditanggung pelaku jika sudah begitu. Bayangkan bagaimana rasanya memiliki hidung yang selalu bertambah panjang seiring dengan kebohongan yang dilakukannya, pasti malu rasanya. Apa lagi mengetahui diri menjadi bahan pergunjingan orang.
Kedekatan emosi antara kisah dengan pembaca merupakan penyebab buku ini menjadi sesuatu yang enak dibaca. Saya memang bukan salah satu keluarga korban Tsunami, tapi saya kenal beberapa orang yang keluarganya menjadi korban. Sebagai salah satu warga negara yang mengikuti pemilu, saya sempat bingung mau memilih sosok yang mana, persis dengan kisah Carmina Burana. Pembaca yang lain mungkin bisa menemukan kedekatan dengan kisah.
Seperti dalam sebuah kisah, kita bisa mendapatkan beberapa hal sekaligus. Kisah Sukab & Sepatu mengajarkan tentang kesetiaan. Tapi juga mengajarkan mengenai cara hidup hemat dan menghargai barang kita yang kita miliki, meski tak seharusnya seperti cara Sukab. Kisah tentang Tsunami, tidak hanya mengisahkan kepedihan sang ibu, tapi adegan sang suami pelaku korupsi menyedot sumsun tulang hingga bersendawa bisa dianalogikan bagaimana ia melakukan korupsi dengan menyedot uang rakyat.
Tidak hanya bagus bagi jiwa, buku ini juga memberikan tambahan pengetahuan melalui aneka catatan kali. Tidak banyak memang, tapi lumayan. Pada halaman 219, kita akan menemukan tentang shuriken, senjata rahasia ninja. Ada yang panjang untuk dipegang, dan ada yang pendek untuk dilempar. Kelinting di halaman lima yang berarti sampan bermesin tempel, di daerah Mahakam juga disebut ces.
Buku ini cocok dibaca untuk setiap kalangan. Jika ada yang merasa emosi karena tersindir, ya baguslah berarti masih ada hati nurani. Anggap saja bercermin, apakah ada wajah kita dalam buku ini? Segeralah berbenah jika wajah buruk yang kita lihat agar tak ada sosok Sukab yang menghampiri.
Seno Gumira Ajidarma, sering disebut SGA, lahir pada 19 Juni 1958 di Beberapa buku karyanya yaitu Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, trilogy Saksi Mata, Negeri Senja , lalu Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, Tiada Ojek di Paris dan seterusnya.
Beliau juga beberapa kali mendapatkan penghargaan seperti Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1995) , Penghargaan South East Asia (S.E.A.) Write Award (1997 juga Kusala Sastra Khatulistiwa melalui Negeri Senja (kategori fiksi-tahun 2004) dan Kitab Omong Kosong (kategori prosa-tahun 2005).
Dunia Sukab ini merupakan versi cetak ulangnya. Jangan lupa berkunjung ke https://duniasukab.com untuk menemukan aneka keseruan.
Sumber gambar:
Wikipedia
ISBN:9786023851034
Halaman:230
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 54.000
Rating:4/5
Mereka berada di Dunia Sukab, dunia kita-kita juga. Tapi siapakah Sukab?
Hem......
Sukab bisa menjadi siapa saja dalam buku ini. Camat, paman, tersangka kerusuhan, penjual buah, perebut istri orang dan masih banyak lagi. Bahkan menjadi bukan siapa-siapa. Pembaca akan menemukan sosok yang beragam.
Seperti biasa, saya jarang membaca kata pengantar atau catatan pendahuluan sebuah buku. Hal ini saya lakukan guna lebih bisa menemukan esensi kisah yang ada. Demikian juga buku ini. Dalam buku ini, saya merasa tokoh kita Sukab berada sebagai sosok dengan nama dalam satu bab. Sementara pada bagian yang lain malah sama sekali tidak disebut namanya, tapi bukan berarti tidak ada kan. Justru pembaca harus bisa menekukan beradaan Sukab sebagai sosok yang tak kasat mata. Dan seperti begitu juga yang dirasakan oleh perwakilan pihak penerbit.
Terdapat tiga bagian utama dalam buku ini yaitu Dunia Sukab 1 terdiri dari delapan kisah antara lain Khuldi, Sukab & Sepatu dan Manusia Api. Dunia Sukab 2 terdiri dari enam kisah seperti Banjir, Sita dan Suaminya,dan HooiyyAAAiyyOOO!. Terakhir Dunia Sukab 3 yang terdiri dari tiga kisah yaitu Telepon dari Aceh, Perempuan Preman, serta Jakarta, 14 Februari 2039.
Pada bagian akhir buku terdapat riwayat publikasi dimana karya tersebut pernah diterbitkan. Carmina Burana sebagai contoh, pernah diterbitkan di majalah Amanah No. 24 tahun 1987. Sementara Telepon dari Aceh pernah diterbitkan dalam harian Kompas 8 Agustus 1999, lalu dimuat kembali dalam buku Aceh Mendesah dalam Napasku (Banda Aceh: KaSUHA, 1999); Dua Tengkorak Kepala (cerpen Pilihan Kompas 2000); Korrie Layun Rampan, Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Jakarta: Grasindo 2000; dan Ajidarma (2014).
Membaca buku ini membuat saya seakan melihat kilas peristiwa masa lalu. Ingatan akan beberapa peristiwa muncul kembali dari memori saya, meski dengan cara dan sudut pandang yang berbeda. Bagi mereka yang sudah pernah mengetahui bahkan mengalami hal seperti yang dijadikan bahan tulisan dalam buku ini, mungkin juga akan merasakan seperti yang saya rasakan.
Peristiwa Tsunami digambarkan dalam kisah Telepon dari Aceh. Kisahnya tentang sosok seorang perempuan yang sedang menikmati hasil korupsi suami bersama keluarga besarnya ketika ada telepon dari Aceh yang memberi kabar adik bungsunya sudah diketemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Sementara suaminya bersikap acuh, malah tak ingin ada yang menyampaikan kabar beri duka lagi pada istrinya. Si istri bersedih dalam kesendirian.
Jakarta 14 Februari 2039 mengingatkan pada peristiwa kerusuhan pada bulan Mei 1998, dimana terjadi penjarahan, pembakaran hingga pemerkosaan. Tokoh utama dalam kisah ini digambarkan sebagai anak dari korban pemerkosaan. Ironi bukan, menilik tanggal 14 Februari (dijadikan bagian dari judul) sering digembar-gemborkan banyak pihak sebagai hari Kasih Sayang justru mengisahkan tentang hal yang jauh memalukan dan menyedihkan.
Kisah The Pinocchio Disease mungkin tidak terkait dengan peristiwa besar, tapi memberi pesan moral pada pembaca untuk tidak berbohong dalam bentuk apa pun. Dari hanya sekedar berbicara bohong hingga melakukan korupsi akan membuat hidung si pelaku bertambah panjang. Ada sanksi moral yang yang harus ditanggung pelaku jika sudah begitu. Bayangkan bagaimana rasanya memiliki hidung yang selalu bertambah panjang seiring dengan kebohongan yang dilakukannya, pasti malu rasanya. Apa lagi mengetahui diri menjadi bahan pergunjingan orang.
Kedekatan emosi antara kisah dengan pembaca merupakan penyebab buku ini menjadi sesuatu yang enak dibaca. Saya memang bukan salah satu keluarga korban Tsunami, tapi saya kenal beberapa orang yang keluarganya menjadi korban. Sebagai salah satu warga negara yang mengikuti pemilu, saya sempat bingung mau memilih sosok yang mana, persis dengan kisah Carmina Burana. Pembaca yang lain mungkin bisa menemukan kedekatan dengan kisah.
Seperti dalam sebuah kisah, kita bisa mendapatkan beberapa hal sekaligus. Kisah Sukab & Sepatu mengajarkan tentang kesetiaan. Tapi juga mengajarkan mengenai cara hidup hemat dan menghargai barang kita yang kita miliki, meski tak seharusnya seperti cara Sukab. Kisah tentang Tsunami, tidak hanya mengisahkan kepedihan sang ibu, tapi adegan sang suami pelaku korupsi menyedot sumsun tulang hingga bersendawa bisa dianalogikan bagaimana ia melakukan korupsi dengan menyedot uang rakyat.
Tidak hanya bagus bagi jiwa, buku ini juga memberikan tambahan pengetahuan melalui aneka catatan kali. Tidak banyak memang, tapi lumayan. Pada halaman 219, kita akan menemukan tentang shuriken, senjata rahasia ninja. Ada yang panjang untuk dipegang, dan ada yang pendek untuk dilempar. Kelinting di halaman lima yang berarti sampan bermesin tempel, di daerah Mahakam juga disebut ces.
Seno Gumira Ajidarma, sering disebut SGA, lahir pada 19 Juni 1958 di Beberapa buku karyanya yaitu Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, trilogy Saksi Mata, Negeri Senja , lalu Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, Tiada Ojek di Paris dan seterusnya.
Beliau juga beberapa kali mendapatkan penghargaan seperti Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1995) , Penghargaan South East Asia (S.E.A.) Write Award (1997 juga Kusala Sastra Khatulistiwa melalui Negeri Senja (kategori fiksi-tahun 2004) dan Kitab Omong Kosong (kategori prosa-tahun 2005).
Dunia Sukab ini merupakan versi cetak ulangnya. Jangan lupa berkunjung ke https://duniasukab.com untuk menemukan aneka keseruan.
Sumber gambar:
Wikipedia
Saya masih bingung Sukab ini nama karakter atau nama apa ya? Kalau dari sekilas penjelasan mengenai beberapa cerita, rasanya pembaca akan diajak menikmati cerita pendek berkelas dan klasik ya!
BalasHapusHe he he nama tokoh yang bisa jadi siapa saja.
BalasHapusCOba buka web yang ada
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
BalasHapussedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau
This is a great test blog! I personally love it and find that it!
BalasHapusGambar ngentot anal abg cantik