Judul asli: Kabut di Bulan Madu
Penulis: Zainul DK
Penyunting:Nisaul Lauziah Safitri
Penata letak:Yunior Retno Wulandari
Pendesain sampul: Hanung Norenza Putra
ISBN: 9786020805733
Halaman:251
Cetakan: Pertama-Agustus 2016
Penerbit:Ellunar Publisher
Harga:Rp 73.000
Rating:3/5
Sebuah novel thriller romance (begitu yang tertulis di kover) menambah keriuhan dunia buku tanah air. Sinopsis lengkapnya bisa dibaca terlebih dahulu di sini. Maksudnya supaya bisa lebih bisa memahami apa yang saya tulis. Tapi jika tidak ingin juga tidak apa-apa.
Novel ini dibuka dengan adegan Polisi mendapat laporan mengenai seorang pria yang diduga meninggal akibat luka tusuk di tempat hiburan. Polisi segera mendatangi tempat kejadian dan mulai melakukan penyelidikan. Tak butuh waktu lama bagi polisi untuk mengantongi nama tersangka dan sudah mempersiapkan penangkapannya. Tersangka ternyata tidak begitu saja menyerahkan diri, butuh upaya ekstra polisi untuk menangkapnya. Terjadi adegan kejar-kejaran ala film detektif Hollywood, tentunya diakhiri dengan kesuksesan polisi menangkap
Meski ternyata korban adalah seorang preman yang meresahkan orang banyak, tapi apa yang dilakukan oleh Roby selaku tersangka tetap tidak dapat dibenarkan. Alasan ia melakukan itu adalah untuk membela pacarnya Linda, yang diganggu sang preman juga tidak dibenarkan. Cinta Roby yang berlebihan pada Linda justru menjadi munculnya berbagai masalah lebih lanjut.
Di sisi lain, dikisahkan tentang seorang perempuan yang begitu mendewakan urusan Jepang. Dari bahasa hingga jodoh pun dipilih yang memiliki unsur Jepang. Helena Lizzana, seorang pembawa berita berbahasa Jepang. Untunglah ia cukup cerdik memanfaatkan kesukaannya sebagai cara untuk mencari uang. Helena sangat menyukai kalung dengan inisial huruf H, dari namanya.
Sebuah peristiwa tidak terduga membuat Helena dan Roby terhubung. Helena bersama suaminya mengalami kecelakaan kapal pesiar dimana Linda, pacar Roby juga berada di sana. Semua penumpang selamat, kecuali Linda. Di tangannya ditemukan sebuah kalung dengan inisal H. Roby yang tak menerima kematian Linda berusaha menyelidiki peristiwa itu. Ia ingin membalas dendam pada orang yang menurutnya menyebabkan Linda meninggal. Walau secara hukum hal tersebut tidak dapat dituntut. Roby ingin menegakkan keadilan menurut versinya sendiri.
Hubungannya dengan Helena? Pembaca mungkin sudah bisa meraba kemana kisah akan bergulir dengan membaca sinopsis yang ada. Helena memang terkait dengan kematian Linda, tapi bagaimana dan seperti apa peristiwanya itu yang akan menjadi cerita tersendiri. Pembaca juga akan mengikuti bagaimana upaya Roby menemukan sosok yang menurutnya menjadi penyebab meninggalnya Linda. Serta bagaimana Helena mengatasi trauma dan rasa bersalahnya. Bagian ini penuh keseruan.
Saat pertama melihat buku ini, mata saya langsung terarah huruf H yang ada di bagian atas. Setelah itu baru saya menyadari bahwa itu adalah kalung yang dipakai seorang perempuan. Dari mana saya tahu itu sosok perempuan? Dilihat dari posisi tangan yang saling bertaut. Mereka yang melihat kover buku ini seolah sudah dituntun untuk memikirkan betapa pentingnya peranan kalung tersebut dalam kisah ini.
Sikap Roby yang agak kasar pada orang tua Linda seperti yang dikisahkan dalam beberapa bagian di buku ini, sangat tidak mengundang simpatik. Bagi orang lain yang sudah diterima sebagai calon suami anak perempuannya, juga sudah mendapat kasih sayang yang seimbang harusnya Roby bisa lebih menahan diri. Semarah apapun, ia harus bisa menahan ucapannya. Jika ia saja berduka bayangkan bagaimana perasaan kedua orang tua Linda, tentunya lebih berduka. Hanya mereka bisa menerima kondisi tersebut dengan lebih lapang dada.
Roby yang begitu terpukul atas kematian Linda mempergunakan segala cara dalam melakukan penyelidikan. Kenapa Roby tidak melakukan penyelidikan dengan memantau kuburan Linda? Disebutkan karena rasa bersalah Helena sering mengunjungi kuburan Linda sambil meletakan karangan bunga dan puisi. Wajar jika saat kabur Roby mengunjungi kuburan Linda lalu mengetahui ada karangan bunga di sana. Roby bisa menyuruh orang untuk khusus mengawasi kuburan Linda dan melihat siapa yang sering datang. Kira-kira kalau Roby minta dilakukan otopsi bisa tidak ya menurut hukum? Bukankah Linda pernah melakukan kontak fisik dengan Helena, mungkin bisa ditemukan sesuatu di bawah kukunya.
Keseruan kisah bisa diubah menjadi bagaimana upaya Roby untuk membalas dendam pada Helena. Upaya Helena yang bersembunyi dari kejaran Roby dengan bantuan polisi misalnya, stres yang alami Helena sebelum akhirnya mengakui peristiwa sebenarnya pada suaminya dan polisi. Bukan pembunuhan membabi-buta pada setiap penumpang berinisal H. Tidak masuk akal saja buat saya. Bertolak belakang dengan sosok Roby yang digambarkan pandai di awal kisah. Karena emosi? Sepertinya tidak juga.
Sebagai sosok yang digambarkan begitu mencintai suaminya, agak aneh jika Helena justru mengisahkan tentang bagaimana sebenarnya peristitiwa yang terjadi di kapal pesiar justru pada seorang polisi yang baru dikenalnya. Kenapa tidak berbagi kisah dan derita pada suami yang sangat ia cintai? Apa yang membuat ia enggan bercerita?
Beberapa bagian seperti pertemuan seorang petinggi polisi dan bawahannya di sarana olahraga terasa garing. Untuk apa? Sekedar menunjukan bagaimana caranya mendapat badan berotot? Atau sekedar menunjukan ada hubungan kelak. Lalu seorang ibu meminta nama bagi anaknya, apa kaitannya dengan kisah ini? Demikian juga dengan kedatangan polisi dari luar negeri. Hubungannya dengan cerita ini? Sekedar menunjukan keahlian tokoh utama semata?
Ada beberapa kalimat yang mengusik rasa ingin tahu saya. Contohnya Kalimat di halaman 190, membuat saya beberapa kali membolak-balik halaman yang lain. Kalimat, "Di rumah eks pegawainya itu, Roby meminta lagi topi dan dasi yang dulu diberikan Linda" sedikit membuat saya bingung. Maksudnya jika saya tak salah tangkap Linda pernah memberikan topi dan dasi kepada eks karyawan Roby. Pada bagian mana ada menyebutkan Linda memberikan topi dan dasi kepada eks karyawan Roby yang kemudian ia minta kembali? Atau maksudnya Roby menyuruh eks karyawan mencarikan topi dan dasi yang pernah diberikan oleh Linda padanya dahulu, mencari di mana?
Kemudian yang tercetak pada halaman 46. Tertulis, "Karena panik, tak semua penumpang mengenakan jaket pelampung." Sebenarnya jaket pelampung itu berada di mana? Sebagai orang yang belum pernah naik kapal pesiar, tentunya saja jadi merasa bingung (seringnya naik kapal antar pulau). Maksud saya, di pesawat udara jaket pelampung jelas disebutkan berada di bawah kursi pelumpang. Malah ada petunjuk pemakaian oleh pramugari/pramugara. Apakah tidak ada penerangan tentang keselamatan di kapal laut? Tentunya ada, apa lagi untuk kapal seperti yang diceritakan. Namun dalam buku ini tidak disebutkan juga tentang di mana pelampung berada, sehingga berkesan situasi wajar jika penumpang yang panik tidak memakai pelampung.
Dan kalau tidak semua orang memakai jaket pelampung kenapa hanya Linda yang meninggal? Bukankah tidak menutup kemungkinan walau seseorang jago berenang, atau memakai pelampung juga bisa meninggal? Terlalu kebetulan dan tidak wajar jika kecelakaan seperti itu hanya menyebabkan satu orang meninggal. Bukan saya mau mengharapkan hal buruk terjadi lho. Kapal pesiar itu memang bukan sekelas Titanic, tapi kecelakaan di laut dalam cuaca tidak bersahabat hanya menyebabkan seorang meninggal merupakan mukjizat.
Semula saya kira kisahnya hanya begitu saja. Roby berupaya membalas dendam pada pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Linda. Sederhana. Baru kemudian pada bab 50-an kisahnya berubah menjadi lebih menarik. Maka pembaca diharap bersabar membaca sampai bab tersebut.
Terus terang saya terganggu dengan penyebutan kata you. Kenapa tidak menjadi anda atau kamu? Kata seperti itu agak janggal diucapkan oleh orang seusia Iptu Ariel Stallone. Mirip dengan kata dus yang sering di ucapkan oleh orang sempat mendapat didikan Belanda, orang yang cukup berumur.
Untuk pemilihan judul, kembali ini soal selera. Bagi saya yang bukan penyuka kisah roman, judul seperti ini jelas tidak akan mampu menarik rasa penasaran saya. Terlalu romantis jika menilik kata bulan madu. Kepala saya langsung mengarah pada urusan romantis ala menye-menye. Mungkin bagi penyuka kisah roman judul ini sudah tepat. Sekali lagi, soal selera di sini.
Secara garis besar, buku ini menawarkan sebuah kisah yang dibuat dengan mengambil setting lokasi berbeda dari yang lain, yaitu kapal pesiar. Cara penulis bercerita cukup bisa diterima, apa lagi mengingat ini merupakan karya pertama. Hanya butuh lebih memperkuat alur dan memilah mana yang perlu diperkuat dan mana yang tidak perlu ada.
Pembaca tidak saja mendapat hiburan namun juga pengetahuan bahasa. Ada dua bahasa asing selain Inggris yang dipergunakan dalam buku ini, bahasa Jepang dan Arab. Kadang dalam satu kalimat ada dua bahasa yang dipergunakan. Guna memudahkan, kata asing langsung bisa ditemukan artinya pada catatan kaki. Demikian juga istilah dalam kepolisian.
Bagi mereka yang tertarik ingin mengetahui mengenai cara kerja dan dunia polisi, buku ini layak dibaca. Demikian juga bagi mereka yang ingin memperlacar kemampuan bahasa Arab dan Jepang secara bersamaan, juga sedikit Korea, buku ini bisa dipertimbangkan untuk dimiliki.
Sebagai bonus penulis memberikan CD lagu berikut teks. Perihal lagu baik nyanyian atau musik, saya tidak bisa berkomentar banyak. Sebagai yang kurang (mungkin sangat) tidak memahami musik, tentunya tak patut saya memberikan saran atau tanggapan mengenai lagu yang dijadikan bonus dalam buku ini. Namun usaha penulis untuk menawarkan sesuatu yang berbeda cukup patut diajungi jempol. Niat memanjakan pembaca layak diberikan jempol.
Oh ya, saya tidak setuju dengan kalimat berikut, "Teman itu ibarat buku tidak usah banyak-banyak, asal berkualitas." Kalimat tersebut ada di halaman 162. Setiap buku memiliki pembacanya sendiri. Mungkin buku X cocok untuk selera saya, tapi tidak untuk teman-teman saya. Begitu juga sebaliknya. Teman haruslah banyak, namun sahabat sejati bisa sedikit.
Buku ini saya peroleh dari penulisnya sebaik hadiah. Sayang, tidak ada tanda tangan yang ditorehkan di dalamnya. Biasanya saya mendapat buku dari penulis dengan sekedar goresan pesan dan tanda tangan. Biarlah, mungkin belum jodoh ^_^
Penulis: Zainul DK
Penyunting:Nisaul Lauziah Safitri
Penata letak:Yunior Retno Wulandari
Pendesain sampul: Hanung Norenza Putra
ISBN: 9786020805733
Halaman:251
Cetakan: Pertama-Agustus 2016
Penerbit:Ellunar Publisher
Harga:Rp 73.000
Rating:3/5
Sebuah novel thriller romance (begitu yang tertulis di kover) menambah keriuhan dunia buku tanah air. Sinopsis lengkapnya bisa dibaca terlebih dahulu di sini. Maksudnya supaya bisa lebih bisa memahami apa yang saya tulis. Tapi jika tidak ingin juga tidak apa-apa.
Novel ini dibuka dengan adegan Polisi mendapat laporan mengenai seorang pria yang diduga meninggal akibat luka tusuk di tempat hiburan. Polisi segera mendatangi tempat kejadian dan mulai melakukan penyelidikan. Tak butuh waktu lama bagi polisi untuk mengantongi nama tersangka dan sudah mempersiapkan penangkapannya. Tersangka ternyata tidak begitu saja menyerahkan diri, butuh upaya ekstra polisi untuk menangkapnya. Terjadi adegan kejar-kejaran ala film detektif Hollywood, tentunya diakhiri dengan kesuksesan polisi menangkap
Meski ternyata korban adalah seorang preman yang meresahkan orang banyak, tapi apa yang dilakukan oleh Roby selaku tersangka tetap tidak dapat dibenarkan. Alasan ia melakukan itu adalah untuk membela pacarnya Linda, yang diganggu sang preman juga tidak dibenarkan. Cinta Roby yang berlebihan pada Linda justru menjadi munculnya berbagai masalah lebih lanjut.
Di sisi lain, dikisahkan tentang seorang perempuan yang begitu mendewakan urusan Jepang. Dari bahasa hingga jodoh pun dipilih yang memiliki unsur Jepang. Helena Lizzana, seorang pembawa berita berbahasa Jepang. Untunglah ia cukup cerdik memanfaatkan kesukaannya sebagai cara untuk mencari uang. Helena sangat menyukai kalung dengan inisial huruf H, dari namanya.
Sebuah peristiwa tidak terduga membuat Helena dan Roby terhubung. Helena bersama suaminya mengalami kecelakaan kapal pesiar dimana Linda, pacar Roby juga berada di sana. Semua penumpang selamat, kecuali Linda. Di tangannya ditemukan sebuah kalung dengan inisal H. Roby yang tak menerima kematian Linda berusaha menyelidiki peristiwa itu. Ia ingin membalas dendam pada orang yang menurutnya menyebabkan Linda meninggal. Walau secara hukum hal tersebut tidak dapat dituntut. Roby ingin menegakkan keadilan menurut versinya sendiri.
Hubungannya dengan Helena? Pembaca mungkin sudah bisa meraba kemana kisah akan bergulir dengan membaca sinopsis yang ada. Helena memang terkait dengan kematian Linda, tapi bagaimana dan seperti apa peristiwanya itu yang akan menjadi cerita tersendiri. Pembaca juga akan mengikuti bagaimana upaya Roby menemukan sosok yang menurutnya menjadi penyebab meninggalnya Linda. Serta bagaimana Helena mengatasi trauma dan rasa bersalahnya. Bagian ini penuh keseruan.
Saat pertama melihat buku ini, mata saya langsung terarah huruf H yang ada di bagian atas. Setelah itu baru saya menyadari bahwa itu adalah kalung yang dipakai seorang perempuan. Dari mana saya tahu itu sosok perempuan? Dilihat dari posisi tangan yang saling bertaut. Mereka yang melihat kover buku ini seolah sudah dituntun untuk memikirkan betapa pentingnya peranan kalung tersebut dalam kisah ini.
Sikap Roby yang agak kasar pada orang tua Linda seperti yang dikisahkan dalam beberapa bagian di buku ini, sangat tidak mengundang simpatik. Bagi orang lain yang sudah diterima sebagai calon suami anak perempuannya, juga sudah mendapat kasih sayang yang seimbang harusnya Roby bisa lebih menahan diri. Semarah apapun, ia harus bisa menahan ucapannya. Jika ia saja berduka bayangkan bagaimana perasaan kedua orang tua Linda, tentunya lebih berduka. Hanya mereka bisa menerima kondisi tersebut dengan lebih lapang dada.
Roby yang begitu terpukul atas kematian Linda mempergunakan segala cara dalam melakukan penyelidikan. Kenapa Roby tidak melakukan penyelidikan dengan memantau kuburan Linda? Disebutkan karena rasa bersalah Helena sering mengunjungi kuburan Linda sambil meletakan karangan bunga dan puisi. Wajar jika saat kabur Roby mengunjungi kuburan Linda lalu mengetahui ada karangan bunga di sana. Roby bisa menyuruh orang untuk khusus mengawasi kuburan Linda dan melihat siapa yang sering datang. Kira-kira kalau Roby minta dilakukan otopsi bisa tidak ya menurut hukum? Bukankah Linda pernah melakukan kontak fisik dengan Helena, mungkin bisa ditemukan sesuatu di bawah kukunya.
Keseruan kisah bisa diubah menjadi bagaimana upaya Roby untuk membalas dendam pada Helena. Upaya Helena yang bersembunyi dari kejaran Roby dengan bantuan polisi misalnya, stres yang alami Helena sebelum akhirnya mengakui peristiwa sebenarnya pada suaminya dan polisi. Bukan pembunuhan membabi-buta pada setiap penumpang berinisal H. Tidak masuk akal saja buat saya. Bertolak belakang dengan sosok Roby yang digambarkan pandai di awal kisah. Karena emosi? Sepertinya tidak juga.
Sebagai sosok yang digambarkan begitu mencintai suaminya, agak aneh jika Helena justru mengisahkan tentang bagaimana sebenarnya peristitiwa yang terjadi di kapal pesiar justru pada seorang polisi yang baru dikenalnya. Kenapa tidak berbagi kisah dan derita pada suami yang sangat ia cintai? Apa yang membuat ia enggan bercerita?
Beberapa bagian seperti pertemuan seorang petinggi polisi dan bawahannya di sarana olahraga terasa garing. Untuk apa? Sekedar menunjukan bagaimana caranya mendapat badan berotot? Atau sekedar menunjukan ada hubungan kelak. Lalu seorang ibu meminta nama bagi anaknya, apa kaitannya dengan kisah ini? Demikian juga dengan kedatangan polisi dari luar negeri. Hubungannya dengan cerita ini? Sekedar menunjukan keahlian tokoh utama semata?
Ada beberapa kalimat yang mengusik rasa ingin tahu saya. Contohnya Kalimat di halaman 190, membuat saya beberapa kali membolak-balik halaman yang lain. Kalimat, "Di rumah eks pegawainya itu, Roby meminta lagi topi dan dasi yang dulu diberikan Linda" sedikit membuat saya bingung. Maksudnya jika saya tak salah tangkap Linda pernah memberikan topi dan dasi kepada eks karyawan Roby. Pada bagian mana ada menyebutkan Linda memberikan topi dan dasi kepada eks karyawan Roby yang kemudian ia minta kembali? Atau maksudnya Roby menyuruh eks karyawan mencarikan topi dan dasi yang pernah diberikan oleh Linda padanya dahulu, mencari di mana?
Kemudian yang tercetak pada halaman 46. Tertulis, "Karena panik, tak semua penumpang mengenakan jaket pelampung." Sebenarnya jaket pelampung itu berada di mana? Sebagai orang yang belum pernah naik kapal pesiar, tentunya saja jadi merasa bingung (seringnya naik kapal antar pulau). Maksud saya, di pesawat udara jaket pelampung jelas disebutkan berada di bawah kursi pelumpang. Malah ada petunjuk pemakaian oleh pramugari/pramugara. Apakah tidak ada penerangan tentang keselamatan di kapal laut? Tentunya ada, apa lagi untuk kapal seperti yang diceritakan. Namun dalam buku ini tidak disebutkan juga tentang di mana pelampung berada, sehingga berkesan situasi wajar jika penumpang yang panik tidak memakai pelampung.
Dan kalau tidak semua orang memakai jaket pelampung kenapa hanya Linda yang meninggal? Bukankah tidak menutup kemungkinan walau seseorang jago berenang, atau memakai pelampung juga bisa meninggal? Terlalu kebetulan dan tidak wajar jika kecelakaan seperti itu hanya menyebabkan satu orang meninggal. Bukan saya mau mengharapkan hal buruk terjadi lho. Kapal pesiar itu memang bukan sekelas Titanic, tapi kecelakaan di laut dalam cuaca tidak bersahabat hanya menyebabkan seorang meninggal merupakan mukjizat.
Semula saya kira kisahnya hanya begitu saja. Roby berupaya membalas dendam pada pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Linda. Sederhana. Baru kemudian pada bab 50-an kisahnya berubah menjadi lebih menarik. Maka pembaca diharap bersabar membaca sampai bab tersebut.
Terus terang saya terganggu dengan penyebutan kata you. Kenapa tidak menjadi anda atau kamu? Kata seperti itu agak janggal diucapkan oleh orang seusia Iptu Ariel Stallone. Mirip dengan kata dus yang sering di ucapkan oleh orang sempat mendapat didikan Belanda, orang yang cukup berumur.
Untuk pemilihan judul, kembali ini soal selera. Bagi saya yang bukan penyuka kisah roman, judul seperti ini jelas tidak akan mampu menarik rasa penasaran saya. Terlalu romantis jika menilik kata bulan madu. Kepala saya langsung mengarah pada urusan romantis ala menye-menye. Mungkin bagi penyuka kisah roman judul ini sudah tepat. Sekali lagi, soal selera di sini.
Secara garis besar, buku ini menawarkan sebuah kisah yang dibuat dengan mengambil setting lokasi berbeda dari yang lain, yaitu kapal pesiar. Cara penulis bercerita cukup bisa diterima, apa lagi mengingat ini merupakan karya pertama. Hanya butuh lebih memperkuat alur dan memilah mana yang perlu diperkuat dan mana yang tidak perlu ada.
Pembaca tidak saja mendapat hiburan namun juga pengetahuan bahasa. Ada dua bahasa asing selain Inggris yang dipergunakan dalam buku ini, bahasa Jepang dan Arab. Kadang dalam satu kalimat ada dua bahasa yang dipergunakan. Guna memudahkan, kata asing langsung bisa ditemukan artinya pada catatan kaki. Demikian juga istilah dalam kepolisian.
Bagi mereka yang tertarik ingin mengetahui mengenai cara kerja dan dunia polisi, buku ini layak dibaca. Demikian juga bagi mereka yang ingin memperlacar kemampuan bahasa Arab dan Jepang secara bersamaan, juga sedikit Korea, buku ini bisa dipertimbangkan untuk dimiliki.
Sebagai bonus penulis memberikan CD lagu berikut teks. Perihal lagu baik nyanyian atau musik, saya tidak bisa berkomentar banyak. Sebagai yang kurang (mungkin sangat) tidak memahami musik, tentunya tak patut saya memberikan saran atau tanggapan mengenai lagu yang dijadikan bonus dalam buku ini. Namun usaha penulis untuk menawarkan sesuatu yang berbeda cukup patut diajungi jempol. Niat memanjakan pembaca layak diberikan jempol.
Oh ya, saya tidak setuju dengan kalimat berikut, "Teman itu ibarat buku tidak usah banyak-banyak, asal berkualitas." Kalimat tersebut ada di halaman 162. Setiap buku memiliki pembacanya sendiri. Mungkin buku X cocok untuk selera saya, tapi tidak untuk teman-teman saya. Begitu juga sebaliknya. Teman haruslah banyak, namun sahabat sejati bisa sedikit.
Buku ini saya peroleh dari penulisnya sebaik hadiah. Sayang, tidak ada tanda tangan yang ditorehkan di dalamnya. Biasanya saya mendapat buku dari penulis dengan sekedar goresan pesan dan tanda tangan. Biarlah, mungkin belum jodoh ^_^
Saya ikut setuju dengan pemilihan judul buku yang terkesan roman. Padahal membaca reviewnya, ceritanya lebih serius dari judulnya. Tapi boleh tidak ya kita mengabaikan judul dan menikmati ceritanya saja?
BalasHapusrecent post: [Buku] Where The Mountain Meets The Moon by Grace Lin
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMungkin jika ada teman yang mau baca, nanti saya berikan buku ini daripada tidak terbaca di saya. Emm ... ada beberapa hal yang menganjal di benak saya saat membuka beberapa lembar awal novel ini:
BalasHapusAda ya polisi menginterogasi tersangka sambil bilang: "Jangan ada dusta di antara kita."
Trus, ada ya mbak-mbak yang lagi kalut karena pacarnya diburu polisi, dan si embak jatuh karena disenggol polisi dan bilang, "Sakitnya tuh di sini."
Menurut saya, buku ini kurang diedit dengan baik padahal premis ceritanya lumayan.
Soal suka tidak suka sm buku itu biasa sih.. relatif yaa..
BalasHapusSaya yang tulis buku ini.. memang bagian itu saya berikan sedikit "sense of humor". Semacam Gimmick. Semua percakapan itu di dunia nyata atau di real kepolisian memang ADA.
Pada dasarnya nuansa humor mencakup 20 persen dr isi buku. Trims!
Saya malah penasaran dengan gaya tersipu-sipu pak polisi. Mungkin bakalan ada kelanjutan kisah antara Helena dan pak polisi itu?
BalasHapusBuku selalu seperti mata uang, ada yang suka atau ada yang tidak suka.
Pembaca yang suka, tetap harus bisa menyebutkan suka karena apa. Demikian juga dengan yang tidak suka. Hal ini untuk perkembangan penulis juga kelak.
Setiap buku pasti ada pembacanya. Hanya kadang, belum ada pembaca yang cocok saja.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTrims tuk review Bu Truly yg konstruktif dan luar biasa ini. Oya, novel ini ditulis dgn memakai teknik n style bab2 pendek ala Dan Brown ^_^
BalasHapusAssalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
BalasHapussedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau