Penulis : S Trisasongko Hutomo
Penyunting: Kurnia Effendi
Pemindai aksara: Chandra Citrawati
Pembikin sampul: Yudi Irawan
Penata letak:designm651
ISBN: 9786026799081
Halaman:443
Cetakan: Pertama-Mei 2016
Penerbit : Javanica
Harga: Rp 88.000
Rating: 3/5
Kolosal, informatif, spektakuler
Sumber gambar:
Buku Keris Setan Kober
Penyunting: Kurnia Effendi
Pemindai aksara: Chandra Citrawati
Pembikin sampul: Yudi Irawan
Penata letak:designm651
ISBN: 9786026799081
Halaman:443
Cetakan: Pertama-Mei 2016
Penerbit : Javanica
Harga: Rp 88.000
Rating: 3/5
Subversif, misterius, fantastis.
Demikian rekomendasi yang saya terima ketika bertanya mengenai buku ini.
Sebagai bukan penikmat buku sejarah, tentunya saya membutuhkan sesuatu yang
spesial hingga mau keluar dari zona eh genre nyaman saya. Mencoba sesuatu yang
berbeda memang sering saya lakukan, namun harus ada gambaran apa dan bagaimana
bacaan yang saya hadapi. Meski sejauh ini, saya masih bisa menikmati buku yang
direkomendasikan oleh MasSalah
Secara
garis besar, kisahnya mengenai banyak pihak yang merebut memiliki
keris sakti yang diyakini bisa membuat pemiliknya menjadi sosok penguasa
dengan ilmu kanuragan yang mumpuni, Keris Setan Kober. Keris itu
sebenarnya dibuat atas permintaan Raden Kikin guna menandingi
keris pustaka Kesultanan Demak, Keris Nyai Nagasasra dan Kyai Sabuk
Inten yang hilang entah ke mana. Diharapkan keris tersebut mampu
membuatnya memiliki kesaktian yang bisa menangkal rencana jahat
pihak-pihak yang ingin merebut haknya sebagai ahli waris tahta. Ironi, keris itu malah menjadi maut bagi dirinya dan putra ahli warisnya.
Seperti yang juga tertera dalam buku Tosan Aji karangan Prasida Wibawa pada halaman63-64 mengenai keris Setan Kober. Tercantum, "Keris Setan Kober adalah keris pusaka milik Adipati Arya Penangsang dari kadipaten Jipang. Dengan ambisi yang besar Arya Penangsang ingin mengalahkan Sultan Adiwijaya dari Pajang, maka disuruhnya empat pencuri sakti yang bernama Singaparna, Wanengpati, Jagasatru dan Kartawijaya untuk membunuh Sultan Pajang dengan dibekali keris Kyai Setan Kober. Apabila berhasil, masing-masing akan diangkat sebagi bupati...."
Selanjutnya juga disebutkan," Karena kesaktiannya, Arya Penangsang tidak mati, bahkan makin beringas. Banyak tentara Pajang yang dibunuhnya. Ususnya yang keluar sangat merepotkan, maka dililitkannya ke keris Kyai Setan Kober. Tanpa sengaka saat mencabut keris Kyai Setan Kober ususnya terpotong, maka tewaslah Arya Penangsang."
Sang empu pembuat keris selama tiga belas hari tiga belas malam menempa Ndaru Kalabendu dengan magma Gunung Kelud menjadi sebuah keris ber-luk (berlekuk) tiga belas. Dapur-nya (rupa) mengerikan menyerupai setan. Pamor-nya(corak) serupa kulit ular weling. Seluruh bilahnya memancarkan aura api yang menyilaukan. Wajar jika keris itu dinamakan Kyai Setan Kober, setan yang menyala-nyala.
Bagian ini mengingatkan saya pada Kitab Halkeris yang sudah di melajoeken oleh R. Soedjonoredjo pada tahun 1937 (salah satu koleksi perpustakaan kantor yang pernah saya baca). Pada halaman 41 tertera, "Setengah pengetahoean hal baik boesoeknja besi menoeroet dari pendapat Empoe Andjani, seperti dibawah ini:
Djikalau ada besi jang tjahajanja hidjau be'oel (hidjau toea) itoelah besi jang bersemangat baik.
Djikalau ada besi jang tjahajanja merah, kebiroe-biroean, ialah besi yang berpengaruh panas...."
Menilik uraian penulis, keris ini merupakan keris luk. Dalam buku Sejarah Keris oleh Arief Syaifuddin Huda disebutkan bahwa secara umum, keris terbagi dalam dua bentuk bilah utama, keris lurus atau keris leres dan satunya, keris dengan bentuk bilah berkelok-kelok, atau keris luk.
Dikatakan juga bahwa secara teknis keris luk juga kurang menguntungkan bila digunakan berperang untuk menghadapi lawan yang berperisai karena tenaga tusukan menyebar di pinggir bilah, bukan mengumpul di ujung bilah, sehingga kurang kuat jika digunakan menembus perisai. Meski demikian, keris luk mampu menimpulkan luka yang lebih lebar bila digunakan menusuk tubuh manusia. Luar biasa memang keris Setan Kober tersebut. Dari bentuk, proses hingga sejarah yang melekat.
Sebanyak empat ratus halaman lebih memang tidak semua berkutat mengenai perebutan keris. Ada bagian yang mengisahkan tentang perjalanan hidup beberapa tokoh. Dugaan sok tahu saya, kelak mereka akan mengambil peranan pada buku-buku selanjutnya. Kok tahu bersambung? Ya, iyalah, akhirnya saja dibuat dengan isyarat silakan tunggu kelanjutannya ^_^. Sebuah adegan yang belum tuntas mempertegas buku ini berseri.
Perihal penyiaran agama Islam tentunya juga mendapat porsi dalam buku ini. Terutama sekali peran para wali. Sultan Fattah yang berniat mensyiarkan mazhab Sunni mengalami penolakan sengit dari pihak yang disasarnya. Mereka menolak tunduk pada Demak dan enggan memeluk agama Islam. Peperangan bisa terjadi kapan saja. Keadaan tersebut membuat prihatin Sunan Kalijaga. Beliau memberikan pandangan bahwa perang bukanlah jalan yang harus ditempuh dalam syiar Islam. Hal tersebut serupa dengan yang dilakukan oleh Sunan Bonang.
Pesan moral, dengan cara yang unik berada dalam buku ini. Bagian yang mengisahkan bagaimana sebagai seorang bawahan harus bersikap patuh tanpa bertanya pada atasanya. Karena ia merasa itu yang terbaik untuk semua pihak. Sementara si atasan tentunya sudah harus mengambil keputusan dengan sangat bijak.
Tokoh Sidawini memberikan contoh pada kita bahwa jika ingin memperoleh sesuatu sebaiknya dipertimbangkan dulu dengan matang. Keinginannya untuk bertemu dengan seseorang membuatnya harus bersedia mengikuti tujuh perintah Pangeran Loring Pasar tanpa bertanya. Apakah keinginannya itu wajar? Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi ada baiknya kita tidak melawan apa yang sudah digariskan.
Dan seperti biasa, urusan kekuasaan pasti terkait dengan intrik politik. Begitulah adanya. Tidak hanya butuh ilmu kanuragan tinggi untuk menjadi penguasa, namun juga kekayaan bathin. Membuat dua sisi menjadi seimbangan ternyata bukan hal yang mudah. Dalam buku ini dikisahkan bagaimana kekuasaan bisa membutakan seseorang. Walau ada yang menyadari kemampuan diri dan memilih menyingkir demi kedamaian umat.
Untuk urusan muatan lokal, jelas buku ini banyak mengusung muatan lokal budaya Jawa. Sangat perlu dibaca oleh kaum muda selain sebagai hiburan, juga mendapat tambahan ilmu tentunya. Diharapkan pula mereka yang membaca buku ini bisa lebih mencintai kebudayaan kita.
Sebagai contoh perihal muatan lokal adalah pencantuman mantra mengandung pembawa niskala dalam bahasa Jawa. Dengan membacanya, minimal ada penambahan perbendaharaan bahasa Jawa yang diketahui oleh pembaca. Mantra tersebut sebagai berikut:
Dhuwang lan sarungira/dhuwung manjing warangka/
warangka manjing curiga/tan arah enggon ika/mantep warangka nggonipun/dene wus dadi setunggal/nenggih ingkang curiga/manjing warangkaneki/ekokipun warangka manjing curiga/sukma manjing badaneki/badan manjing sukma/papan lan wektu tan bisa hamegat.
antara keris dan sarungnya/ keris memasuki sarungnya/ sarung memasuki kerisnya/ tempat dan letaknya sama/ tiada dapat dibedakan lagi/ karena telah menyatu/ yaitu meleburnya raga dan sukma/ sukma berada di dalam raga/raga tak terpisahkan dengan sukma/ruang dan waktu tak bisa memisahnya
Bagi saya pribadi, buku ini memberikan pencerahan tersendiri. Banyak hal yang selama ini saya lakukan lebih atas dasar kepatuhan dan kebiasaan, dalam buku ini menjadi lebih jelas maknanya bagi saya. Perihal roncean bunga Melati pada keris sebagai contoh. rasa penasaran saya harus terpuaskan dengan jawaban, "Supaya kelihatan gagah seperti kesatria. Sudah jangan banyak tanya, ikuti saja." Sekarang, saya bisa lebih paham latar belakangnya, tidak sekedar ikuti saja.
Demikian juga dengan petuah untuk tidak tidur terlalu lelap. Atau mencoba-coba hal-hal yang diluar kemampuan tanpa didampingi. Betapa mengerikannya jika raga saya mendadak dimasuki oleh yang lain. Jika yang masuk sama-sama perempuan mungkin tidak terlalu menakutkan bagi lingkungan sekitar. Tapi jika seorang pria yang masuk lalu dengan semangat membara mendekati seorang gadis. Celaka saya, bisa-bisa saat saya kembali saya sudah dituduh menjalankan praktik penyuka sesama jenis. Seramnya.
Eh, nganu, urusan elbegete yang ramai dihebohkan ternyata juga ada dalam buku ini. Namanya urusan arus bawah pinggang memang tidak mengenal waktu. Hanya dahulu masih banyak yang enggan untuk mengungkapkan perihal tersebut. Sekarang malah jadi topik yang heboh dibicarakan. Seandainya mereka rajin membaca, tentukan akan tahu hal tersebut sudah sering ada dalam tulisan pujangga kita.
Saya membutuhkan lebih banyak waktu untuk menikmati buku ini. Banyak hal seputar sejarah yang seakan-akan dipaksa masuk dalam otak saya dalam waktu bersamaan. Butuh waktu untuk menelaah informasi yang saya dapatkan. Mungkin bagi mereka yang menyukai kisah sejarah, buku ini akan langsung dilahap dalam waktu singkat. Meski begitu, saya menikmati dengan cara saya sendiri. Tak harus sama kan.
Untungnya, penulis mempergunakan kata-kata yang tepat sehingga mampu menciptakan kalimat yang sangat efektif. Tepat sasaran, tapi juga tidak mengurangi aura yang ingin diciptakan. Kemampuan bercerita yang sudah jarang kita temui. Jika tidak, tentu baru satu bab saya akan menaruh buku ini dalam boks untuk swap, bukannya bertahan membaca dengan cara saya sendiri.
Satu lagi yang sangat membantu, bagan silsilah. Jika saya mulai merasa bingung membaca uraian mengenai hubungan kekerabatan, maka saya cukup melihat bagan yang ada. Maka semua menjadi lebih jelas. Maklum, kadang ada suatu hal, seperti membaca bagan silsilah, lebih mudah untuk dipahami dari pada membaca uraian panjang lebar.
Seperti yang juga tertera dalam buku Tosan Aji karangan Prasida Wibawa pada halaman63-64 mengenai keris Setan Kober. Tercantum, "Keris Setan Kober adalah keris pusaka milik Adipati Arya Penangsang dari kadipaten Jipang. Dengan ambisi yang besar Arya Penangsang ingin mengalahkan Sultan Adiwijaya dari Pajang, maka disuruhnya empat pencuri sakti yang bernama Singaparna, Wanengpati, Jagasatru dan Kartawijaya untuk membunuh Sultan Pajang dengan dibekali keris Kyai Setan Kober. Apabila berhasil, masing-masing akan diangkat sebagi bupati...."
Selanjutnya juga disebutkan," Karena kesaktiannya, Arya Penangsang tidak mati, bahkan makin beringas. Banyak tentara Pajang yang dibunuhnya. Ususnya yang keluar sangat merepotkan, maka dililitkannya ke keris Kyai Setan Kober. Tanpa sengaka saat mencabut keris Kyai Setan Kober ususnya terpotong, maka tewaslah Arya Penangsang."
Sang empu pembuat keris selama tiga belas hari tiga belas malam menempa Ndaru Kalabendu dengan magma Gunung Kelud menjadi sebuah keris ber-luk (berlekuk) tiga belas. Dapur-nya (rupa) mengerikan menyerupai setan. Pamor-nya(corak) serupa kulit ular weling. Seluruh bilahnya memancarkan aura api yang menyilaukan. Wajar jika keris itu dinamakan Kyai Setan Kober, setan yang menyala-nyala.
Bagian ini mengingatkan saya pada Kitab Halkeris yang sudah di melajoeken oleh R. Soedjonoredjo pada tahun 1937 (salah satu koleksi perpustakaan kantor yang pernah saya baca). Pada halaman 41 tertera, "Setengah pengetahoean hal baik boesoeknja besi menoeroet dari pendapat Empoe Andjani, seperti dibawah ini:
Djikalau ada besi jang tjahajanja hidjau be'oel (hidjau toea) itoelah besi jang bersemangat baik.
Djikalau ada besi jang tjahajanja merah, kebiroe-biroean, ialah besi yang berpengaruh panas...."
Menilik uraian penulis, keris ini merupakan keris luk. Dalam buku Sejarah Keris oleh Arief Syaifuddin Huda disebutkan bahwa secara umum, keris terbagi dalam dua bentuk bilah utama, keris lurus atau keris leres dan satunya, keris dengan bentuk bilah berkelok-kelok, atau keris luk.
Dikatakan juga bahwa secara teknis keris luk juga kurang menguntungkan bila digunakan berperang untuk menghadapi lawan yang berperisai karena tenaga tusukan menyebar di pinggir bilah, bukan mengumpul di ujung bilah, sehingga kurang kuat jika digunakan menembus perisai. Meski demikian, keris luk mampu menimpulkan luka yang lebih lebar bila digunakan menusuk tubuh manusia. Luar biasa memang keris Setan Kober tersebut. Dari bentuk, proses hingga sejarah yang melekat.
Sebanyak empat ratus halaman lebih memang tidak semua berkutat mengenai perebutan keris. Ada bagian yang mengisahkan tentang perjalanan hidup beberapa tokoh. Dugaan sok tahu saya, kelak mereka akan mengambil peranan pada buku-buku selanjutnya. Kok tahu bersambung? Ya, iyalah, akhirnya saja dibuat dengan isyarat silakan tunggu kelanjutannya ^_^. Sebuah adegan yang belum tuntas mempertegas buku ini berseri.
Perihal penyiaran agama Islam tentunya juga mendapat porsi dalam buku ini. Terutama sekali peran para wali. Sultan Fattah yang berniat mensyiarkan mazhab Sunni mengalami penolakan sengit dari pihak yang disasarnya. Mereka menolak tunduk pada Demak dan enggan memeluk agama Islam. Peperangan bisa terjadi kapan saja. Keadaan tersebut membuat prihatin Sunan Kalijaga. Beliau memberikan pandangan bahwa perang bukanlah jalan yang harus ditempuh dalam syiar Islam. Hal tersebut serupa dengan yang dilakukan oleh Sunan Bonang.
Pesan moral, dengan cara yang unik berada dalam buku ini. Bagian yang mengisahkan bagaimana sebagai seorang bawahan harus bersikap patuh tanpa bertanya pada atasanya. Karena ia merasa itu yang terbaik untuk semua pihak. Sementara si atasan tentunya sudah harus mengambil keputusan dengan sangat bijak.
Tokoh Sidawini memberikan contoh pada kita bahwa jika ingin memperoleh sesuatu sebaiknya dipertimbangkan dulu dengan matang. Keinginannya untuk bertemu dengan seseorang membuatnya harus bersedia mengikuti tujuh perintah Pangeran Loring Pasar tanpa bertanya. Apakah keinginannya itu wajar? Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi ada baiknya kita tidak melawan apa yang sudah digariskan.
Dan seperti biasa, urusan kekuasaan pasti terkait dengan intrik politik. Begitulah adanya. Tidak hanya butuh ilmu kanuragan tinggi untuk menjadi penguasa, namun juga kekayaan bathin. Membuat dua sisi menjadi seimbangan ternyata bukan hal yang mudah. Dalam buku ini dikisahkan bagaimana kekuasaan bisa membutakan seseorang. Walau ada yang menyadari kemampuan diri dan memilih menyingkir demi kedamaian umat.
Untuk urusan muatan lokal, jelas buku ini banyak mengusung muatan lokal budaya Jawa. Sangat perlu dibaca oleh kaum muda selain sebagai hiburan, juga mendapat tambahan ilmu tentunya. Diharapkan pula mereka yang membaca buku ini bisa lebih mencintai kebudayaan kita.
Sebagai contoh perihal muatan lokal adalah pencantuman mantra mengandung pembawa niskala dalam bahasa Jawa. Dengan membacanya, minimal ada penambahan perbendaharaan bahasa Jawa yang diketahui oleh pembaca. Mantra tersebut sebagai berikut:
Dhuwang lan sarungira/dhuwung manjing warangka/
warangka manjing curiga/tan arah enggon ika/mantep warangka nggonipun/dene wus dadi setunggal/nenggih ingkang curiga/manjing warangkaneki/ekokipun warangka manjing curiga/sukma manjing badaneki/badan manjing sukma/papan lan wektu tan bisa hamegat.
antara keris dan sarungnya/ keris memasuki sarungnya/ sarung memasuki kerisnya/ tempat dan letaknya sama/ tiada dapat dibedakan lagi/ karena telah menyatu/ yaitu meleburnya raga dan sukma/ sukma berada di dalam raga/raga tak terpisahkan dengan sukma/ruang dan waktu tak bisa memisahnya
Bagi saya pribadi, buku ini memberikan pencerahan tersendiri. Banyak hal yang selama ini saya lakukan lebih atas dasar kepatuhan dan kebiasaan, dalam buku ini menjadi lebih jelas maknanya bagi saya. Perihal roncean bunga Melati pada keris sebagai contoh. rasa penasaran saya harus terpuaskan dengan jawaban, "Supaya kelihatan gagah seperti kesatria. Sudah jangan banyak tanya, ikuti saja." Sekarang, saya bisa lebih paham latar belakangnya, tidak sekedar ikuti saja.
Demikian juga dengan petuah untuk tidak tidur terlalu lelap. Atau mencoba-coba hal-hal yang diluar kemampuan tanpa didampingi. Betapa mengerikannya jika raga saya mendadak dimasuki oleh yang lain. Jika yang masuk sama-sama perempuan mungkin tidak terlalu menakutkan bagi lingkungan sekitar. Tapi jika seorang pria yang masuk lalu dengan semangat membara mendekati seorang gadis. Celaka saya, bisa-bisa saat saya kembali saya sudah dituduh menjalankan praktik penyuka sesama jenis. Seramnya.
Eh, nganu, urusan elbegete yang ramai dihebohkan ternyata juga ada dalam buku ini. Namanya urusan arus bawah pinggang memang tidak mengenal waktu. Hanya dahulu masih banyak yang enggan untuk mengungkapkan perihal tersebut. Sekarang malah jadi topik yang heboh dibicarakan. Seandainya mereka rajin membaca, tentukan akan tahu hal tersebut sudah sering ada dalam tulisan pujangga kita.
Saya membutuhkan lebih banyak waktu untuk menikmati buku ini. Banyak hal seputar sejarah yang seakan-akan dipaksa masuk dalam otak saya dalam waktu bersamaan. Butuh waktu untuk menelaah informasi yang saya dapatkan. Mungkin bagi mereka yang menyukai kisah sejarah, buku ini akan langsung dilahap dalam waktu singkat. Meski begitu, saya menikmati dengan cara saya sendiri. Tak harus sama kan.
Untungnya, penulis mempergunakan kata-kata yang tepat sehingga mampu menciptakan kalimat yang sangat efektif. Tepat sasaran, tapi juga tidak mengurangi aura yang ingin diciptakan. Kemampuan bercerita yang sudah jarang kita temui. Jika tidak, tentu baru satu bab saya akan menaruh buku ini dalam boks untuk swap, bukannya bertahan membaca dengan cara saya sendiri.
Satu lagi yang sangat membantu, bagan silsilah. Jika saya mulai merasa bingung membaca uraian mengenai hubungan kekerabatan, maka saya cukup melihat bagan yang ada. Maka semua menjadi lebih jelas. Maklum, kadang ada suatu hal, seperti membaca bagan silsilah, lebih mudah untuk dipahami dari pada membaca uraian panjang lebar.
Kolosal, informatif, spektakuler
Buku Keris Setan Kober
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
BalasHapussedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau