Penulis: Djokolelono
Perancang & Ilustrasi kulit: Dedy Suardi dan Gerdi W.K
Ilustrasi dalam: Gerdi W.K
No Kode Penerbit: RD. 137.01.86
Halaman: 61
Cetakan: Pertama-1986
Penerbit: CV ROSDA
Rating: 3/5
Jika menyebut tentang serial ACI, maka yang saya ingat adalah kepanjangan lain dari ACI, nama ketiga tokohnya Amir, Cici dan Ito. Serta Garem Koki alias (kalau tidak salah) Gabungan Remaja Kota Kita.
Alasan pertama lebih pada sosok unik para tokoh. Amir dengan jiwa kepemimpinan, Cici yang cerdas, pandai bergaul namun kadang galak nan judes. Serta Ito dengan kaca mata minus yang rajin dan memiliki prestasi lumayan banyak. Sementara Garem Koki melibatkan salah satu tokoh wanita lain sekolah yang pernah disatroni Cici di sekolahnya. Ketika kedua gadis yang suka bicara blak-balakan itu saling berhadapan dan bicara dengan lantang namun tenang sepertinya membuat saya terpesona. Ada was-was juga, semoga keduanya tidak berkelahi he he he.
Ingatan saya lebih pada film seri televisi dari pada buku, Maklum saya masih berkutat dengan serial karya eyang Enid Blyton saat itu ^_^ Jadi terbayangkan betapa terpesonanya saya ketika suatu saat menemukan buku ini disebuah lapak buku bekas. Lebih baik telat dari pada tidak tahu.
Kisahnya mengenai seorang anak yang bernama Maman. Dibandingkan dengan anak lain, Maman cenderung menutup diri dan sangat pendiam. Tidak hanya itu, Maman sama sekali tidak pernah mengikuti kegiatan piknik yang diadakan oleh sekolah. Maklum kebutuhan keluarganya masih banyak sementara pendapatan sang ayah hanya sekedar untuk menafkahi keluarga, kadang bahkan kurang.
Dengan alasan yang sama, Maman juga tak pernah membawa kue saat ulang tahunnya. Bahkan ia kadang tidak ingat kapan ulang tahunnya. Kedua hal itu yang sering membuatnya menjadi bahan ejekan di sekolah. Maman tetap tegar, baginya sekolah adalah hal utama.
Suatu hari, Maman membawa kue banyak ke sekolah. Saat ia kembali ke rumah untuk mengambil buku matematika, teman-temannya sibuk membagikan dan menikmati kue itu. Bahkan ibu guru juga mendapatkan bagian. Semuanya merasa bahagia menikmati kue yang dikira adalah kue ulang tahun Maman.
Ternyata mereka salah!
Maman tidak berulang tahun hari itu, artinya itu bukan kue untuk merayakan ulang tahun Maman.
Membaca buku ini, memori saya seakan ditarik kemasa lalu. Entah SD atau SMP ya saya menonton kisah ini. Ketika itu belum ada televisi swasta sehingga hiburan seperti film serial seperti ini sangat digandrungi. Meski kadang jika diingat, kadang kisahnya biasa saja.
Justru dari kisah yang biasa, pesan moral tersampaikan pada pembaca, serta penonton dengan baik. Mereka tidak merasa digurui. Sikap remaja yang berani, disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, setia kawan serta menjunjung tinggi sifat sportif digabungkan dengan kehidupan remaja yang penuh dengan suasana ceria menjadikan penonton yang sebagian besar remaja bisa mengambil hikmah dari sebuah peristiwa. Hiburan sekaligus mengusung tema pendidikan.
Kekurangan kisah ini adalah penyelesaian masalah yang terlalu mudah. Memang dalam sebuah kisah apa saja bisa terjadi, namun ada baiknya jika para pembaca atau penonton sedikit diberikan bekal kehidupan, bahkan tak semua masalah bisa diselesaikan dengan mudah. Kadang butuh pengorbanan lebih. Tanpa mengurangi unsur hiburan tentunya.
Ilustrasi yang ada dalam buku, benar-benar mengingatkan saya pada masa sekolah saat itu. Masih mempergunakan celana pendek sekitar 5-10 cm di atas lutut dan baru bisa mempergunakan celana panjang saat SMU, dasi dan sepatu sekolah, bahkan kebun buah yang ada dalam kisah ini. Jadi bernostalgia nih.
Saya sempat terkejut membaca nama percetakan dan penerbit yang ada di buku ini. Suatu hari, saya pernah diminta menjadi responden sebuah penerbit. Saya merasa tidak mengenalnya. Belakangan saya baru tahu bahwa penerbit itu sudah lama meramaikan dunia buku. Dan buku ini salah satu contoh karya mereka. Bukan karena beda genre hingga saya merasa asing dengan nama Penerbit Rosda.
Serial di televisi ditayangkan sekitar tahun 1985-an. Sementara buku ini dicetak tahun 1986. Mungkin beberapa buku terbit terlebih dahulu, atau sebaliknya. Buku ini pernah difilmkan eh apa film yang dijadikan buku ya ^_^. Tapi saat menjadi film, judul kisah ini adalah Salah Terka dengan ide cerita dari Maman Mansyur, Cilandak.
Semoga kelak akan ada buku dan film seperti ini lagi.
Perancang & Ilustrasi kulit: Dedy Suardi dan Gerdi W.K
Ilustrasi dalam: Gerdi W.K
No Kode Penerbit: RD. 137.01.86
Halaman: 61
Cetakan: Pertama-1986
Penerbit: CV ROSDA
Rating: 3/5
Jika menyebut tentang serial ACI, maka yang saya ingat adalah kepanjangan lain dari ACI, nama ketiga tokohnya Amir, Cici dan Ito. Serta Garem Koki alias (kalau tidak salah) Gabungan Remaja Kota Kita.
Alasan pertama lebih pada sosok unik para tokoh. Amir dengan jiwa kepemimpinan, Cici yang cerdas, pandai bergaul namun kadang galak nan judes. Serta Ito dengan kaca mata minus yang rajin dan memiliki prestasi lumayan banyak. Sementara Garem Koki melibatkan salah satu tokoh wanita lain sekolah yang pernah disatroni Cici di sekolahnya. Ketika kedua gadis yang suka bicara blak-balakan itu saling berhadapan dan bicara dengan lantang namun tenang sepertinya membuat saya terpesona. Ada was-was juga, semoga keduanya tidak berkelahi he he he.
Ingatan saya lebih pada film seri televisi dari pada buku, Maklum saya masih berkutat dengan serial karya eyang Enid Blyton saat itu ^_^ Jadi terbayangkan betapa terpesonanya saya ketika suatu saat menemukan buku ini disebuah lapak buku bekas. Lebih baik telat dari pada tidak tahu.
Kisahnya mengenai seorang anak yang bernama Maman. Dibandingkan dengan anak lain, Maman cenderung menutup diri dan sangat pendiam. Tidak hanya itu, Maman sama sekali tidak pernah mengikuti kegiatan piknik yang diadakan oleh sekolah. Maklum kebutuhan keluarganya masih banyak sementara pendapatan sang ayah hanya sekedar untuk menafkahi keluarga, kadang bahkan kurang.
Dengan alasan yang sama, Maman juga tak pernah membawa kue saat ulang tahunnya. Bahkan ia kadang tidak ingat kapan ulang tahunnya. Kedua hal itu yang sering membuatnya menjadi bahan ejekan di sekolah. Maman tetap tegar, baginya sekolah adalah hal utama.
Suatu hari, Maman membawa kue banyak ke sekolah. Saat ia kembali ke rumah untuk mengambil buku matematika, teman-temannya sibuk membagikan dan menikmati kue itu. Bahkan ibu guru juga mendapatkan bagian. Semuanya merasa bahagia menikmati kue yang dikira adalah kue ulang tahun Maman.
Ternyata mereka salah!
Maman tidak berulang tahun hari itu, artinya itu bukan kue untuk merayakan ulang tahun Maman.
Membaca buku ini, memori saya seakan ditarik kemasa lalu. Entah SD atau SMP ya saya menonton kisah ini. Ketika itu belum ada televisi swasta sehingga hiburan seperti film serial seperti ini sangat digandrungi. Meski kadang jika diingat, kadang kisahnya biasa saja.
Justru dari kisah yang biasa, pesan moral tersampaikan pada pembaca, serta penonton dengan baik. Mereka tidak merasa digurui. Sikap remaja yang berani, disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, setia kawan serta menjunjung tinggi sifat sportif digabungkan dengan kehidupan remaja yang penuh dengan suasana ceria menjadikan penonton yang sebagian besar remaja bisa mengambil hikmah dari sebuah peristiwa. Hiburan sekaligus mengusung tema pendidikan.
Kekurangan kisah ini adalah penyelesaian masalah yang terlalu mudah. Memang dalam sebuah kisah apa saja bisa terjadi, namun ada baiknya jika para pembaca atau penonton sedikit diberikan bekal kehidupan, bahkan tak semua masalah bisa diselesaikan dengan mudah. Kadang butuh pengorbanan lebih. Tanpa mengurangi unsur hiburan tentunya.
Ilustrasi yang ada dalam buku, benar-benar mengingatkan saya pada masa sekolah saat itu. Masih mempergunakan celana pendek sekitar 5-10 cm di atas lutut dan baru bisa mempergunakan celana panjang saat SMU, dasi dan sepatu sekolah, bahkan kebun buah yang ada dalam kisah ini. Jadi bernostalgia nih.
Saya sempat terkejut membaca nama percetakan dan penerbit yang ada di buku ini. Suatu hari, saya pernah diminta menjadi responden sebuah penerbit. Saya merasa tidak mengenalnya. Belakangan saya baru tahu bahwa penerbit itu sudah lama meramaikan dunia buku. Dan buku ini salah satu contoh karya mereka. Bukan karena beda genre hingga saya merasa asing dengan nama Penerbit Rosda.
Serial di televisi ditayangkan sekitar tahun 1985-an. Sementara buku ini dicetak tahun 1986. Mungkin beberapa buku terbit terlebih dahulu, atau sebaliknya. Buku ini pernah difilmkan eh apa film yang dijadikan buku ya ^_^. Tapi saat menjadi film, judul kisah ini adalah Salah Terka dengan ide cerita dari Maman Mansyur, Cilandak.
Semoga kelak akan ada buku dan film seperti ini lagi.
kunjungi web kami www.rajaplastikindonesia.com
BalasHapusCP 021 2287 7764 / 0838 9838 6891 (wa) / 0852 8774 4779 pin bbm 5CFD83E7