Rutinitas ke Solo kali ini terasa beda buat saya. Tidak hanya urusan nyekar, dan soan sana-sini tapi kali in juga ada agenda ketemuan Mas Yudhi dan teman-teman dari KPJ di Jogya sana. Sayang sis Tiwik malah ke Jakarta,. Berhubung waktu sangat sempit, terpaksa batal menjenguk Mbak Sanie, untung Mas Yudhi bersedia jadi kurir titipan.
Sebuah pesan singkat masuk ke HP saya, " Sebentar yah Mbak sedang siaran di sebelah" Ternyata dari mas Yudhi. Jiaaaaa tiwas udah jalan ngebut dari hotel, nunggu sekian menit eh ternyata lakonnya masih sibuk. Ya sudah....Guna membunuh waktu luang terpaksa saya melanggar janji mengintip arena diskon di toko buku lokasi tempat pertemuan kita.
Ternyata......! kembali janji dilanggar, beberapa buku yang dulu tidak sempat mendarat via Ordo Buntelan dan tidak jua dibeli mengingat tumpukan PR dan harga, sekarang tergeletak manis menggoda dengan harga yang menawan! Beberapa segera masuk tas belanja. Tak sengaja mata saya melihat beberapa buku remaja dengan nama pengarang yang sepertinya sangat saya kenal. Segera dicomot dan diteliti dengan seksama. benar khan.......... karangan di masa awal. Buku-buku tersebut merupakan buku-buku dari awal kiprah seorang Yudhi Herwibowo. Segera ikutan masuk tas belanja. Duhhhh kian lama disini kian berat bawaan saya kembal ke jakarta. Untung Mas Yudhi segera mengirim pesan yang memberitahu beliau sudah bisa ditemui (ehem)
Sambil ngerumpi ngalor-ngidul, saya sodorkan buku yang tadi saya beli, "Mas ada yang mau minta tanda tangan nih" Loh saya memang jujur, ada yang mau minta tanda tangan hanya saya tidak menyebutkan nama ^_^ . Spontan Mas Yudhi tertawa lepas, "Duh buku jaman culun kok nemu aja sih" Kalau saja beliau tahu buku ini baru beberapa saat yang lalu saya temukan. Dengan semangat digoreskan tanada tangan di buku-buku yang saya sodorkan. " Buat siapa Mbak?" nah... bingung nih jawabanya. Segera ilmu ngeles keluar "Ngak usah buat siapa-siapa katanya mas" Nyandang duko yah mas he hehe he
Seiring waktu berjalan, tumpukan PR serta buntelan dari sahabatnya saya dari penerbit membuat buku-buku tersebut berada di urutan bawah. Untung kemarin malam saya iseng menelaah ulang urutan PR yang harus diselesaikan, jadi melihat tiga buah buku tipis ini. Biarpun tipis dari sisi halaman, saya sangat yakin seperti buku Mas Yudhi yang lain isinya pasti sarat akan makna . Bahkan walau buku ini menurut pengakuan beliau dibuat pada masa awal malang melintang di dunia perbukuan.
Tak butuh lama menuntaskan buku-buku ini. Seperti yang saya duga, dari awal ciri seorang Yudhi sudah terasa walau memang belum sespektakuler yang sekarang he he he. Layak kok di koleksi.
Judul : Ekspedisi Buki Kaja
Editor : Theresia Arie Prabawati
Setting: Alek
Cover : Bowo
ISBN : 978-979-29-0272-3
Halaman: 122
Penerbit: Sheila (inprint Penerbit Andi)
Deng atia! Son ja kamari!
Semula, beberapa sahabat sesama anggota pencinta alam berniat melakukan sebuah ritual perpisahan. Setelah semua anggota lulus, mereka berniat mengadakan acara pendakian sebagai perpisahan. Tak tanggung-tanggung, yang dipiliih adalah Buki Kaja yang konon terkenal menyeramkan. Pihak Pemda selalu melarang siapapun untuk mendaki bukit tersebut. Beberapa yang nekat dinyatakan hilang, malah ada yang ditemukan meninggal!
Buki Kaja berada diantara Gunung Mutis dan Gunung Kanneno. Dari Kupang butuh 2-2,5 jam perjalanan ke Soe , ke utara lagi menuju kapan butuh sekitar 1 jam dengan medan yang berkelok-kelok dan mulai menanjak. dari sana bisa dilihat puncak Gunung Mutis, Gunung Molo serta Gunung Timau. Bukit tersebut selalu diliputi kabut berwarna hitam., sehingga penduduk menyebutnya Buki Kaja.
Awalnya kisah ini mengajak pembaca untuk mengikuti sebuah perjalanan mendaki yang dibayang-bayangi oleh sebuah misteri dari tempat tujuan mereka. Namun kian belakang, kisahnya tak sesederhana itu. Ada kisah cinta yang ikut menjadi bumbu, kisah kelam dimasa lalu yang memicu bahaya hingga sebuah fakta bahwa memang ada sesuatu di Buki Kaja itu sendirti. Sesuatu rahasia yang sudah turun temurun dijaga.
Selanjutnya kisah misterius ala Conan dan Kindaichi mulai mengalir. jangan terpaku pada fakta yang ada karena kadang fakta bsia menipu kita. Seru dan menegangkan. Apalagi hingga sampai ada pembunuhan akibat kisah masa lalu!
Dari sisi kover, buku ini menggunakan disain yang tidak biasa. Kesan misterius dan suram segera didapati seketika saat melihat kover ini. Halaman belakang yang dicetak miring juga membuat pembaca kian tergoda. Apalagi uraian kata-kata yang ada kian menggugah rasa ingin tahu mereka yang memiliki jiwa petualang!
Merupakan buku dengan nomor urut 15 dalam list buku besutan Mas Yudhi.
Editor: Dhewiberta Hardjono
Kover : Srimulanta
ISBN: 978-979-29-0134-4
Halaman:78
Penerbit: Sheila (inprint Penerbit Andi)
Ora Bataona dibunuh!
Sebuah pesan singkat yang diikatkan batu dilempar sosok misterius. Keluarga Bataona baru saja berduka, sang ayah yang kebetulan seorang lama fa gugur dalam menjalankan misinya. Khabar beredar beliau meninggal terkena hempasan buruannya. Sosok terbesar yang pernah mereka lihat!
Lama fa adalah sebutan bagi juru tikam koteklama. Sementara koteklama/keraru adalah sebutan bagi ikan paus. Secara harafiah, bisa kita artikan sebagai pemburu ikan paus. Pada awalnya saya sedikit kesulitan menangkap arti kata-kata yang ada dalam buku ini. Terutama sekali arti kata itu tidak berada sebagai catatan kakimelainkan sebagai catatan yang berada di halaman belakang. Butuh beberapa kali melirik catatan baru saya bsai memahami kisah ini.
Kisahnya mengenai sebuah keluarga lama fa. Status seorang lama fa memang digariskan berdasarkan keturunan. Keturunan Bataona seorang perempauan bernama Linda. Walau sejak kecil ia sudah diasuh dan didik untuk memahami tugas seorang lama fa, namun masih banyak yang meragukan kemampuannya. Apalagi mengingat dirinya adalah seorang perempuan dan sudah setahun meninggalkan kampung halamannya.
Saat Linda masih harus bertarung dengan hati nuraninya, muncul dugaan sang ayah memang sengaja dibunuh! Linda dibantu Marten berusaha mencari tahu bagaimana sesungguhnya kejadian yang menimpa ayahnya. Ternyata tidak mudah, melibatkan intrik serta pertarungan perebutan jabatan.
Sosok Linda yang ditampilkan sebagai perempuan perkasa, ternyata diakhir cerita ditonjolkan sisi kewanitaannya. Penulis seakan mengisyarakat seberapa kuat dan pandainya seorang perempuan, ia tetap harus mengikuti kodratnya.
Kisah ini konon merupakan Juara 3 sayembara novelet Femina 2005. Jika tidak ada juara 1 dan 2 bisa dianggap kisah ini merupakan yang paling layak. Dan merupakan buku dengan nomer urut 14 yang ditulis Mas Yudhi.
Editor: Benedhicta Rini W
Kover: Erwin Dwi Susanto
ISBN:978-979-29-0650-9
Halaman:200
Penerbit: Sheila (inprint Penerbit Andi)
Buku dengan nomor urut 20 ini merupakan penennag sayembara Novel Inspirasi Penerbit.
Buat yang satu ini....
saya tak bisa berkata-kata
silahkan baca sendiri saja
Sangat setuju dengan ungkapan Mbak Sanie, " kisah yang tidak hanya mengantar kita menuju cahaya, melainkan juga pada pengembaraan yang menakjubkan..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar