Khusus berisi ulasan seputar buku, tak lain dari yang berkaitan dengan buku, didedikasikan untuk para pekerja dunia buku. Sebagai ucapan terima kasih kepada para Peri Buku dan bukti eksistensi diri sebagai anggota Ordo Buntelan
Sabtu, 27 Agustus 2011
Meraba Indonesia: Ekspedisi "Gila" Keliling Nusantara
Penulis : Ahmad Yunus
Penyunting : Muhammad Husnil
Fotografer: Farid Gaban dan Ahmad Yunus
ISBN : 978-979-024-275-2
Halaman :70
Penerbit : Serambi
Dengan menggendarai dua buah motor trail yang dimodifikasi, dua orang "gila dan nekat" mengelilingi Nusantara tercinta selama setahun. Hasilnya: 10.000 frame foto, 70 jam materi video, dan setumpuk catatan perjalanan. Penulisan ulang catatan perjalanan yang bisa diintip di www.zamrud-khatulistiwa.or.id menjadi sebuah buku yang menawan. Saya denfan sukarela memberikan seluruh jempol yang ada! Sungguh luar biasa petualangan mereka.
Perjalanan mereka sudah pasti beraneka warna. Dari kisah yang menyenangkan hingga kisah yang mengharukan. Dari suasana gembira , mencekam hingga terharu. Semuanya tumpah ruah dalam buku ini. Bagi saya pribadi, buku ini membuka mata dan hati bahwa masih banyak sisi dari negeri ini yang belum saya jajaki. masih banyak hal yang belum saya ketahui.
Kisah mengenai Kototinggi membuat saya terharu. Di Kototinggi terdapat sebuah tugu yang menandakan bahwa kota tersebut pernah menjadi jantung Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Tugu tersebut terletak di belakang pasar, dikelilingi rumput dand alam kondisi yang menyedihkan. Ibu kota negara tercinta kita pada Desember 1948 hingga 13 Juli 1949 kini seakan hanay sebuah monumen tanpa makna. Kantor pusatnya pun terkesan layaknya pos penjagaan kereta api, kecil dan sumpek. Sungguh menyedihkan! Bagaimana kita bisa menjadi sebuah bangsa yang besar jika sejarah saja tidak bisa kita hormati.
Ada juga kisah kunjungan mereka ke Pulau Penyengat yang terletak di seberang kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Disana mereka masih bisa melihat naskah-naskah kuno Melayu, Al-Quran berusia 200 tahun, mesjid unik hingga makam Raja Ali Haji yang terkenal dengan gurindam 12.
Saya terpana melihat begitu rapuhnya situasi di perbatasan. Warga bisa lalu-lalang tanpa penjagaan ketat. Mereka hanya perlu memperlihatkan semacam kartu ijin melintas. Kesejahteraan warga serta fasilitas umum juga sangat minim. Tak heran sempat ada berita salah seorang warga kita akan mengibarkan bendera tetangga karena merasa tidak diperhatikan.
Ada juga kisah mengenai wanita-wanita perkasa yang mengaruhi hidup dengan berani. mereka mau mengubah hidupnya serta mengangkat harkat dan martabat keluarga dari jurang kemiskinan. Kisah mengenai para wanita yang harus hidup sendiri karena ditinggal suaminya akibat pengaman kerja yang minim membuat saya terharu.
Melihat jalur perjalanan mereka melalui DVD yang terdapat dalam buku ini membuat saay sedikit penasaran. Kenapa mereka memilih jalur memutar, bukannya jika melewati jalur ini lebih efisien. Namanya juga komentator he he he he walau saya yakin setiap keputusan yang mereka buat apstilah sudah diatur dengans eksama.
Perjalanan ini memang dilakukan bedua, namun sepertinay mereka sudah memiliki pembagian tugas. Ahamd Yunus bertugas menulis kisah-kisah perjalanan mereka, semacam catatan perjalanan. Sementara Farid Gaban memiliki tugas utama sebagai tukang ambil gambar alias fotografer, walau Ahmad Yunus juga membantu di bagian ini.
Sebenarnya kisah-kisah yang ada dalam buku ini terlalu banyak dan menarik untuk dibuat repiu. Sulit memilih mana yang harus ditonjolkan. Sebaiknya dibeli dan dibaca saja sendiri. Minimal, jika kita ingin menghabiskan waktu untuk berlibur, kita bisa mendapat gambaran kemana sebaiknya kita pergi. masih banyak sisi lain dari negri ini yang menawan.
Sungguh buku yang menggugah rasa nasionalisme dalam diri!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
setuju Pak, negeri ini terlalu luas untuk di jelajahi apalagi diraba, menarik untuk disimak.
BalasHapus