Lanjut bagian kedua. Kisah Perempuan Tanpa Gunung dari Aldi A. menyuguhkan makna yang dalam tentang arti persahabatan dan cinta kasih dari tiga orang sahabat yang memiliki latar belakang keluarga berbeda.
Nuraga nekat meninggalkan Jakarta menuju Makasar untuk mencari sahabat almarhum ayahnya hanya dengan berbekal sebuah foto lawas milik ayahnya yang sudah mulai memudar. Sucipto-ayah Nuraga, Diah, dan Anming adalah sahabat baik. Mereka bersahabat tanpa membedakan latar belakang keluarga.
Sayangnya, peristiwa 98 membuat keberadaan mereka terpisah. Nuraga hanya mendapatkan informasi minim dari buku harian sang ayah. Tak ada informasi lebih lanjut tentang Diah, sementara Aming dibawa ayahnya mengungsi ke Makasar.
Buah kepergian Nuraga bukanlah menemukan sahabat-sahabat ayahnya, tapi terkuaknya rahasia yang selama ini dirahasiakan rapat oleh sang ayah. Termasuk siapa sebenarnya ibu kandungnya.
Salah satu bagian mengisahkan bahwa tanpa Nuraga sadari, ia telah bertemu dengan Aming. Suatu kebetulan yang sangat terjadi di dunia nyata, mengingat luasnya kota Makasar. Hanya saja, Aming dihadapannya adalah sosok yang berbeda,ia adalah Perempuan Tanpa Gunung.
Atas dasar kemanusia pula, bercermin dari apa yang dilakukan oleh Sucipto, Nuraga kembali ke Jakarta untuk menemui kekasihnya. Wanita yang sempat ia lupakan keberadaannya. Saat ini. hanya ia yang bisa membantu kekasihnya menjalani kehidupan sebagai korban kekerasan seksual.
Kenapa Aming tidak mengaku pada Nuraga dirinya adalah Aming? Apakah ia malu akan kondisinya? Apakah rasa malu mengalahkan keinginan untuk mengetahui kabar sahabatnya? Kenapa dalam catatannya Sucipto tidak pernah menyinggung tentang keluarga orang yang selama ini dianggap ibu oleh Nuraga? Setidaknya bisa membuat kisah berkembang.
Kisah terakhir dalam buku ini adalah Manusia Laron dari Dewanto Amin Sadono. Meski diletakkan pada bagian terakhir, namun kisah ini juga tak kalah unik.
Entah apa yang terjadi, namun Herman selalu merasa ada manusia laron yang akan datang dan menuntut balas pada dirinya. Maka, rumahnya dibuat bagaikan benteng tanpa celah. Gembok besar dipasang untuk melengkapi pertahanannya. Dengan demikian diharapkan tak ada manusia laron yang bisa masuk. Meski tingkahnya dianggap aneh, namun perbuatannya tidak merugikan orang lain.
Selanjutnya dikisahkan tentang bagaimana seseorang yang ditugaskan untuk melakulan pengintaian pada beberapa tempat, belakangan menjadi target penjarahan. Ia sengaja berputar di kota untuk memastikan target memang tepat sasaran,
Penulis memberikan latar belakang tentang beberapa tokoh. Meski agak terlalu panjang, namun hal ini perlu dilakukan agar pembaca bisa mengetahui bagaimana hubungan antara tokoh-tokoh yang ada,
Jika saya tidak salah tangkap, orang yang ditugasi melakulan penjarahan berapa di salah satu kota di Jawa. Kenapa kota itu? Bukankah ada banyak kota lain yang bisa dijadikan sasaran?
Pada bagian penutup, disebutkankan bahwa tokoh yang selama ini menjaga Herman, besok akan pergi berziarah pada korban kebakaran salah satu toserba di daerah K,Jakarta. Kenapa keterkaitannya dengan Peristiwa 98 tidak diracik lebih dalam sehingga membuat kisah semakin seru?
Dari 4 kisah dalam buku ini, sepertinya hanya karya Dewanto Amin yang tidak menampilkan sumber informasi dalam kisahnya. Shan Patricia menyelipkan koran dan foto sebagai sumber informasi karya wartawan senior yang juga merupakan salah satu tokoh dalam kisahnya. Aliurridha membuat tokohnya yang juga seorang penulis membaca surat elektronik yang dikirimkan oleh Lisa. Kisah dari Aldi A. memuat catatan harian Sucipto yang selama ini tersimpan rapi, kemudian ditemukan dan dibaca oleh Nuraga.
Selain itu, dari keempat kisah yang ada, hanya karya Shan Patricia yang mengambil beberapa korban Peristiwa 98 sebagai tokoh kisah. Sementara yang lain, mengetengahkan dampak peristiwa tersebut bagi satu tokoh saja.
Secara keseluruhan, ada beberapa buku dalam seri ini. Penulis-penulis ternama memberikan rekomendasi kisah mana yang kayak masuk dalam buku. Saya baru membaca rekomendasi Dee, belum buku lainnya.
Buku yang menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar