Judul asli: Sumur Anjing Gila
Penulis: Yudhi Herwibowo
Penyunting: Fidyastria Saspida
ISBN: 9786230056888
Cetakan: Pertama-2024
Halaman: 153
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Harga: Rp 75.000
Rating: 4.25
"Yang bersemayan dalam kegelapan, tak kan abadi dalam cahaya, yang menghancurkan jiwa-jiwa manusia, akan dikembalikan kepada kegelapan, kegelapan yang paling sempurna...."
-hal 129-
Di dekat ujung desa-desa lain, berbatasan dengan hutan di wilayah tebing yang agak tinggi, terdapat sebuah desa dimana sedang berlangsung proyek pembangunan jalan, Desa Suka Maju namanya.
Pembangunan proyek tersebut ternyata tidak berjalan seperti yang direncanakan, banyak penduduk desa yang mendadak mengundurkan diri karena merasa enggan bekerja meratakan tanah di dekat sebuah sumur tua.
Konon, sumur tersebut merupakan tempat pembuangan mayat anjing-anjing yang dibantai ketika kasus anjing gila sedang marak. Lokasi sumur tua tersebut berada di dekat rimbunan bambu merah. Keberadaan tanaman bambu merah yang sering dianggap sebagai salah satu sarana guna mendatangkan energi positif, semakin memperkuat kesan angker sumur tersebut.
Sebenarnya sudah lama penduduk desa menjauh dari area dekat sumur tersebut, terutama karena kisah menyeramkan yang beredar, tentang terdengarnya gonggongan anjing tanpa wujud di sana.
Semula pihak kontraktor merasa ketakutan para pekerja tak beralasan, hingga suatu ketika mandor yang nekat memimpin mengalami serangan. Awalnya terdengar suara gonggongan nyaring, kemudian muncul asap hitam yang keluar dari sumur dan berubah menjadi anjing-anjing berbulu hitam yang menyerang mandor, Meski berhasil selamat, tapi mandor mengalami luka cabikan yang parah.
Belum selesai urusan mandor yang diserang, situasi berkembang menjadi upaya kepala desa yang ingin mengambil sesuatu dari dalam sumur tersebut. Suatu hal yang dianggap perbuatan tak masuk akal alias nekat oleh warga.
Kepala Desa Madajatra merupakan anak kepala desa terdahulu. Ia sangat membenci istri kakak dan keponakannya. Ketika mengetahui bahwa sang kakak menghilang dan mendapat informasi bahwa keponakannya yang membunuh kemudian membuang mayatnya ke dalam sumur, ia segera membayar orang untuk mengambil mayat sang kakak.
Begitulah, karena begitu mencintai sang kakak dan sangat membenci keponakan hingga ingin memberikan hukuman seberat mungkin, Kepala Desa Madajatra menjadi gelap mata. Ia tak peduli lagi dengan aneka kejadian serta kisah menakutkan tentang sumur tua itu.
Dengan harta yang ia miliki, bukan hal sulit mencari orang yang mau masuk ke dalam sumur tersebut. Gagal satu, masih banyak orang yang bisa ia bayar untuk masuk dalam sumur.
Semula, saya menduga kisah dalam buku ini akan berujung pada pemecahan misteri siapa sesungguhnya dalang dibalik kemunculan anjing-anjing dari dalam sumur serta kasus dugaan pembunuhan.
Ternyata urusannya tak sesederhana itu. Ada peristiwa kelam masa lalu yang terkuak, sejarah perubahan nama desa, asal mula sumur, hingga ditemukannya sepasang kerangka manusia dalam dasar sumur.
“Jika sebuah mata harus dibalas dengan sebuah mata, hanya akan membuat seluruh dunia ini buta”-Mahatma Gandhi-
Andai Sadarra-keponakan yang sangat dibenci kepala desa mengamini ajaran Gandhi, tentunya tak akan ia menjadi tersangka pembunuhan. Ia dan ibunya tak bisa membagikan tanah milik keluarga pada pelayanan yang setia, serta memulai hidup baru, bebas dari kekejaman keluarga kepala desa.
Mereka akan tetap menjadi samsak bagi keluarga kelapa desa. Ibu Sadarra tak akan pernah pulih dari kelinglungannya dan terbebas dari KDRT. Sadarra selalu dicela dan direndahkan. Kezaliman akan menang!
Dibandingkan dengan buku-buku Mas Yud yang lain, deskripsi mencekam dan kengerian dalam buku ini merupakan yang paling menakutkan. Tanpa sadar, saya menghembuskan napas panjang setelah selesai menamatkan buku ini. Seakan saya yang mengalami kejadian menyeramkan. Cerita yang mengalir deras menghanyutkan saya dalam banjir kengerian!
Bagaimana tidak, kondisi sumur yang digambarkan mencekam ternyata menyimpan misteri kelam. Asap hitam yang keluar dari sumur berubah menjadi penampakkan wujud seorang pria pada orang tertentu.
Jika teman-teman pernah membaca buku dari Abdullah Harahap, tentunya paham bahwa dalam tiap kisah ada unsur mistis yang ikut berperan kuat. Terutama untuk menciptakan kengerian. Bisa dalam bentuk benda atau kekuatan supranatural.
Dalam buku ini, memang ada unsur mistis, namun menurut saya lebih sebagai pelengkap semata, hanya untuk membangun kengerian. Sedangkan untuk misteri, ternyata bisa dipecahkan dengan sederhana.
Menjelang akhir kisah, saya merasa Mas Yud menyelesaikan dengan agak buru-buru. Kisah bisa diakhir dengan lebih klimaks, namun tentunya dengan tidak ala sinetron lokal he he he. Atau memang sengaja dibuat seperti itu karena akan ada lanjutannya, atau pengembangan kisah dari salah satu tokoh? Mari kita tunggu saja.
Oh ya, ada pesan moral yang perlu diingat. Sebaiknya, kita tidak sembarangan mengambil barang orang lain, karena bisa saja barang yang kita ambil berakhir dengan menjerumuskan kita dalam kesenggsaran. Tak sebanding dengan kenikmatan dan kemasyuran yang dijanjikan. Seperti salah satu tokoh dalam buku ini.
Buku yang menarik. Direkomendasikan bagi para penyuka kisah triller. Saya menyarankan agar dibaca saat hari gelap jika ingin merasakan sensasi mencekam. Ketika membaca, saya bahkan bisa membayangkan bagaimana kengerian Sadarra ketika mendekati sumur tua, bagaimana takutnya dia ketika disapa penjaga sumur tersebut yang tak pernah ia lihat. Seram!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar