Penulis: Norman Erikson Pasaribu
Editor: Mirna Yulistianti
ISBN13: 9786020336053
ISBN13: 9786020336053
ISBN10: 6020336050)
Halaman: 188
Cetakan: Kedua-2016
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Rating:4/5
Kamu harus berada di sini, Cintaku, agar aku bisa bertahan hidup
- Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu, halaman 65-
Dua puluh cerita pendek menjadi isi dari buku ini. Tidak hanya dari judul kisah yang unik seperti judul buku, namun juga dari tokoh, serta seting kisah. Kisah yang ada antara lain Tentang Mengganti Seprai dan sarung Bantal; Hal-hal Penting yang Terjadi Selama Kau Tak ada; Garpu; Guru Ramuan; Fatamorgana di Meja Makan; Tulang Rusuk yang Hilang; Buku Puisi di Kamar Mandi; Aku Rasa Aku Akan Pergi ke Suatu Tempat untuk Waktu yang Teramat Lama; serta Pengantar Tidurmu yang Panjang.
Pembaca akan bertemu dengan kisah Tentang Mengganti Seprai dan Sarung Bantal, pada bagian awal. Sebuah judul cerpen yang lumayan panjang dan unik, layak jadikan judul buku. Meski sepertinya judul ini memberikan informasi tentang kegiatan yang sederhana, tapi percayalah isi cerpen tersebut tidaklah sesederhana itu.
Setelah membaca kisah tersebut, sebagai penggila buku wajar jika kisah pertama yang kubaca setelahnya adalah Novelis Terkutuk di halaman 123. Mengisahkan tentang seorang penulis bernama Ruhut Manihuruk. Bermula dari keinginannya untuk beres-beres kamar dengan kapur barus agar tak ada lagi kecoa dan kroninya, berujung hal tak terduga.
Hem..., apakah penulis terinspirasi dari karya Kafka yang mengubah tokoh utama menjadi kecoa? Setelah Gregor Samsa dalam Metamorfosis berubah menjadi kecoa (walau dalam versi asli disebutkan sebagai Dung-Beetle atau kumbang kotoran), sekarang giliran Ruhut.
Ah! Nama serupa tersebut muncul Dalam Tulang Rusuk yang Hilang di halaman 143, yang mengisahkan tentang kehidupan Ruhut Manuhuruk-penulis cinta. Mungkin penulis sengaja bermain dengan nama tokoh yang serupa. Jika pembaca tidak teliti, bisa tertukar nama.
...buku itu adalah sebuah kota yang bisa kamu jelajahi dengan sepedamu. Dan kota ini sepenuhnya adalah milikmu sehingga kamu boleh memulai perjalananmu dari gang mana pun, menyusuri sendiri rute yang kamu akan tempuh, memutuskan untuk melintasi aku, melewati aku, berhenti padaku, berhenti tidak padaku.”
-halaman 5-
Satu kisah lagi terkait penulis adalah Buku Puisi di Kamar Mandi. Meski mengusung tema terkait penulis puisi, namun sudut pandang yang diambil penulis adalah sisi keluarga penulis, istri dan anak. Bagaimana sang istri harus memutar otak untuk mengatur keuangan yang seberapa.
Hatinya tersayat ketika mengetahui kenyataan bahwa orang yang diharapkan membeli buku puisi suaminya hanya sekedar bercanda! Pedih! Entah siapa yang lebih merasa pedih. Suami yang terpaksa menjual buku karyanya dalam bentuk kertas kiloan, atau seorang istri yang harus hidup kekurangan dan melihat anaknya sakit.
Pernah jatuh cinta dengan orang tak dikenal? Rasanya beragam, begitulah yang disampaikan oleh tokoh dalam kisah Pria Murakami. Jika ada yang menyebutkan tentang cinta pada pandangan pertama, maka itulah yang dirasakan sang tokoh. Sayangnya, kisah cinta itu harus berhenti sebelum sempat dimulai.
Seperti disebutkan di atas, buku yang menjadi Finalis Kusala Sastra Khatulistiwa Tahun 2014 ini mengusung aneka tema. Kesepian, jatuh cinta, menunggu, dan pastinya kesedihan. Meski kita bisa menemukan tema L***T dalam beberapa kisah, namun disampaikan dengan gaya yang santun.
Bantal biru itu ibarat laut biru ke mana semua rasa sedih dan jenuhmu selama ini bermuara, dan ia telah berkata kepada mereka: "Tempat kalian bukanlah di mimpinya."
-halaman 3-
Saya memang selalu kalah dengan warna biru. Ketika buku dengan kover yang mengusung nuansa biru berada ditumpukan buku sumbangan, langsung menukarnya dengan buku lain. Mau bagaimana lagi, biru adalah kelemahanku he he he. Kebetulan lagi, buku ini pernah menjadi incaran beberapa tahun lalu, sayang kondisi keuangan (alasan klise) membuatnya harus mengalah dengan buku lain.
https://www.goodreads.com/ book/show/21882146-hanya-kamu-yang-tahu- berapa-lama-lagi-aku-harus-menunggu? ac=1&from_search= true&qid=ovEjo9FBJS&rank=1 |
Baiklah, selain warna biru, tulisan panjang di kover juga merupakan daya tarik tersendiri bagi saya. Sejauh ini, sangat jarang atau bahkan sepertinya baru buku ini yang meletakkan begitu banyak kalimat di kover. Karena tak tahu bahwa ini ada adalah cetakan kedua, sempat bingung mana judulnya. Namun jika dicermati dengan seksama, ternyata dua baris bawah dengan warna yang berbeda adalah judul.
Sayangnya, kesibukan membuat buku ini tidak bisa langsung dibaca tuntas, sehingga sering dibawa ke kantor, ke kasur, untungnya tidak ke kamar mandi. Kover yang semula mulus bak wajah para artis, berubah menjadi ada tekukan, warna biru mulai memudar. Biarlah, yang penting isi aman.
Bagi mereka yang sedang membutuhkan bacaan saat me time, buku ini bisa dijadikan pilihan. Tapi, berdasarkan pengalaman, tidak cocok untuk dibaca dalam suasana hati yang kurang baik. Bisa ikutan melow dan sedih berkepanjangan. Tapi itu saya, mungkin berbeda dengan Anda.
Jadi penasaran, ada buku bersampul biru apa lagi di timbunan saya.
Sumber gambar:
https://www.goodreads.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar