Judul asli: The Midnight Library-Perpustakaan Tengah Malam Penulis: Matt Haig
Alih Bahasa: Dharmawan
ISBN: 9786020649320
Halaman: 368
Cetakan: Kedua-Agustus 2021
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 105.000
Rating:4/5
Yang penting bukanlah apa yang kaupandang, melainkan apa yang kaulihat
~The Midnight Library-Perpustakaan Tengah Malam, hal 308~
Nora Seed merupakan seorang gadis yang tak siap menghadapi perubahan dalam hidup. Ia akan mengalami depresi terkait situasi baru. Ia takut menjadi pusat perhatian dan malu disebut memiliki dada kekar ketika karier renangnya bersinar.
Dengan tegas ia mengatakan pada ayahnya, ia tak mau berenang lagi, meski hal itu bisa membuat ayahnya kecewa. Sungguh sayang, ia bahkan berpeluang ikut olimpiade.
Bisa dikatakan Nora takut akan hal yang mungkin terjadi, ia takut pada masa depannya. Ketika bandnya mulai dilirik produser rekaman. Ia takut perubahan, maka ia memutuskan keluar yang berakibat kemarahan anggota yang lain.
Ia takut menikah dan memiliki anak sehingga memutuskan hubungan dengan kekasih lamanya. Karena ia takut akan semakin.depresi. Mengurus dirinya saja ia tak mampu, apa lagi mengurus anak!
Sejauh ini, hanya perpustakaan sekolah dan seorang pustakawati bernama Mrs Elm yang bisa membuatnya lebih tenang. Baginya perpustakaan adalah suaka kecil peradaban.
Mrs Elm juga yang mendampinginya ketika mendapat khabar ayahnya meninggal hingga ibunya menjemput bersama sang kakak, yang duduk terdiam di kursi belakang.
Kisah dimulai dengan aneka kesialan yang menimpa Nora hari itu. Akhirnya ia memutuskan sudah tak ada gunanya ia hidup! Mati merupakan jalan yang paling baik baginya.
Maka ia mempersiapkan diri untuk mati, bahkan ia sudah meninggalkan catatan bagi siapa saja yang mungkin menemukan tubuh tak bernyawanya. Ia berdiam diri, bersiap menyambut kematian.
Tengah malam, alih-alih kehilangan nyawa, ia mendapati dirinya berada dalam suatu tempat yang penuh dengan buku. Semuanya berwarna hijau dengan aneka gradasi. Tidak ada warna selain hijau.
Selain gradasi warna, ketebalan buku adalah hal yang berbeda. Tingginya sama semua. Oh, tidak ada judul buku dan nama pengarang di punggung buku. Aneh.
Ternyata ia berada di Perpusatakaan Tengah Malam. Dan ada Mrs Elm di sana! Setidaknya seseorang yang menurutnya adalah Mrs Elm. Meski bingung, Nora teringat perasaan amannya berada di perpustakaan sekolah bersama Mrs Elm dahulu.
Ia adalah sumber daya dari perpustakaan itu. Selama perpustakaan itu ada maka Nora akan dijauhkan dari kematian. Lupakan ide untuk bunuh diri. Ia harus memutuskan bagaimana ia ingin hidup.
Dan tiap buku yang ada mewakili masa depan yang mungkin akan ia miliki. Untuk itu ia harus memilih dengan bijak, masa depan seperti apa yang ingin ia jalani. Nora mulai memilih buku dan melihat seperti apa kehidupannya yang lain.
Setiap kehidupan yang ia lalui sepertinya selalu saja berakhir dengan hal yang tidak menyenangkan. Mungkinkah karena ia salah memilih buku seperti yang tertera di halaman 247? Atau ada faktor lain?
"Setiap kehidupan mengandung berjuta-juta keputusan. Beberapa besar, beberapa kecil. Tetapi setiap kali satu keputusan menumbangkan keputusan lainnya, hasil akhirnya akan berbeda. Variasi-variasi yang tak bisa diubah terjadi, yang pada gilirannya mengarah pada variasi-variasi lain lagi. Buku-buku ini merupakan portal ke semua kehidupan yang mungkin saja kaujalani."
~ The Midnight Library-Perpustakaan Tengah Malam, hal 48~
Memang tak ada kehidupan yang sempurna, namun pada salah satu buku, tentunya ada satu kehidupan yang sangat layak untuk ia jalani. Ia hanya harus menggali diri lebih dalam dan berkompromi pada rasa takutnya.
Aneka kehidupan yang dilalui Nora mengingatkan adegan film serial Star Trek perihal dunia paralel. Seseorang bisa jadi penjahat di dunia ini namun menjadi raja dermawan di dunia lain.
Juga pada buku Pilih Sendiri Petualanganmu: Lorong Waktu. Pada akhirnya setiap orang bertanggung jawab pada pilihannya. Apakah menuju masa depan, masa lampau, atau tetap berada di zamannya.Meski mengusung buku sebagai bagian dari kisah, tapi kisah ini sangat berbeda dengan kisah dalam serial Inkworld besutan Cornelia Funke.Tentunya juga berbeda dengan Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken karangan Jostein Gaarder, atau kisah Alcatraz Versus the Evil Librarians dari Brandon Sanderson
Meski seseorang telah memberikan bocoran kisah, tetap saja diri ini masih mengira kisahnya antara gabungan Inkworld dan Pilih Sendiri Petualanganmu: Lorong Waktu, plus beberapa adegan seru dari Alcatraz Versus the Evil Librarians. Sangat jauh ternyata.
Membaca buku ini seakan tidak membaca sebuah novel. Saya seakan membaca sebuah buku motivasi diri, semacam self help. Kenapa saya hidup? Untuk apa saya hidup? Bagaimana seharusnya saya menjalani kehidupan ini? Jawabannya ada dalam buku ini.
Pembaca juga bisa mendapat banyak hikmah dari kisah ini. Misalnya bagaimana Nora yang semula sudah merasa bahagia dalam sebuah kehidupan, ternyata tak bisa tinggal lebih lama di sana.
Dan ketika ia sudah kembali ke Perpustakaan Tengah Malam, maka ia tak bisa kembali pada kehidupan yang sudah ia pilih. Sekali kehidupan dilewati artinya ia harus mencari buku lain untuk dilihat. Marah dan kecewa tidak ada gunanya.
Ia sadar, kehidupan ini tergantung bagaimana ia bersikap dan memilih menjalaninya. Kehidupan yang ia sukai, bisa saja ia temukan dalam kehidupan nyata jika ia memilih untuk menjalani kehidupan seperti itu.
Apa yang dialami Nora selama ia melihat aneka kehidupan, membuat kita merenung bahwa pada dasarnya kita hidup untuk diri kita, dengan jalan yang kita pilih. Bukan hidup untuk mimpi dan harapan orang lain.
Seperti juga Nora, semoga mereka yang membaca kisah ini menjadi lebih menghargai kehidupan. Memandang kehidupan dari sisi yang lebih bermakna serta menjalaninya dengan lebih bahagia.
Para penggila buku, mereka yang merasa hidup seakan tak berpihak padanya, sangat dianjurkan membaca buku ini.
Meski berkesan serius, tak sengaja saya jadi tertawa ketika menemukan kata tahi angin. Tepatnya dalam kalimat di halaman 93094. "Nah, kau lihat? Kadang-kadang penyesalan sama sekali tidak sesuai fakta. Kadang-kadang penyesalan cuman..."Mrs Elm mencari-cari istilah yang tepat dan menemukannya. "Cuman tahi angin."
Judul per bagian juga tak kalah mengundang senyum. Misalnya ada Frustasi karena Tidak Menemukan Perpusatkaan Pada Saat Kau Betul-Betul Membutuhkannya, Buat Apa Menginginkan Semesta Lain kalau Yang Ini Ada Anjingnya? Sungguh menghibur.
Sang tukang alih bahasa perlu diberikan ajungan jempol. Mengalihkan kisah seperti ini, tentunya tidak mudah. memilih kata yang tepat sehingga membuat pembaca tidak bosen, namun tidak keluar dari pakem kisah, memerlukan keahlian tersendiri.
Untuk urusan kover, saya mengintip aneka versi buku ini di situs Goodredas. Buku yang sudah diterbitkan dalam 106 edisi ternyata menyajikan aneka kover yang menarik. Penggila buku seperti saya seakan dimanjakan dengan pemandangan indah.
Susah untuk memilih mana cover favorit saya. Akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada versi bahasa Italia, info lebih jelas di Goodreads ada di sini. Sementara laman resmi penerbit ada di sini. Siapa tahu ada yang iseng ingin mengumpulkan buku ini dalam aneka bahasa ^_^.
Pada tahun 2020, karya ini mendapat pernghargaan Goodreads Choice Award for Fiction. Informasi seputar sang penulis bisa dilihat di http://www.matthaig.com. Untuk IG @maarzhaig. Ternyata sudah lumayan banyak karyanya. Sejauh ini sudah diterjemahkan sebanyak 40 bahasa.
Hem.... kalau memasuki Perpustakaan Tengah Malam, ingin juga tahu bagaimana kehidupan saya jika memilih menjadi.... Saya memang bersyukur berada dalam kehidupan sekarang, tidak seperti Nora yang sampai ingin bunuh diri.
Tapi jika ada peluang untuk mengetahui apa yang terjadi jika saya melakukan pilihan yang berbeda, misalnya tidak pindah kerja di perpustakaan, tentunya akan sangat menggoda. Asal, jika ternyata hasilnya membuktikan pilihan saya salah, tak timbul penyesalan. Tapi sepertinya susah ya ^_^.
Jadi teringat kalimat yang ada di bagian awal buku, "Di antara kehidupan dan kematian terdapat sebuah perpustakaan yang jumlah bukunya tak terhingga. Tiap-tiap buku menyediakan satu kesempatan untuk mencoba kehidupan lain yang bisa dijalani sehingga kau bisa melihat apa yang terjadi kalau kau mengambil keputusan-keputusan berbeda... Akankah kau melakukan apa pun secara berbeda jika kau mendapat kesempatan untuk membatalkan penyesalan-penyesalanmu? Benarkah kehidupan lain akan jauh lebih baik?"
Bagaimana dengan kalian? Tergoda memasuki Perpustakaan Tengah Malam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar