Penulis: Intan Andaru
Penyunting: Dwi Ratih
ISBN: 9786020621951
ISBN Digital: 9786020621968
Halaman: 216
Penerbit: PT Gramedia Pustaka
Utama
Harga: Rp 70.000
Rating: 3/5
Podo nonton, pudak sempal ring lelurung
Ya, pendite pudak sempal, lambeyane para putra Para putra, kejalan ring kedung
Lewung Ya, jalang jala sutra, tampange tampang kencana
Kembang Menur, melik-melik ring
bebentur Ya, sun siram alum, sun petik nyirat ati Lare angon, gumuk iku
paculana Tandurana kacang lanjaran, sak unting ulih perawan
Kembang Gadung, sak bulung ditawa sewu
Nora murah nora larang, kang nowo wong adol kembang Wong adol kembang sun
barisno ring Temenggungan Sun iring Payung Agung, labeyane mebat manyun
Kembang Abang, selebrang tiba ring
kasur Mbah Teji balenana, sun enteni ning paseban Paseban Agung, kidemang
mangan nginum Sleregan wong ngunus keris, gendam gendis kurang abyur
~Lagu Podo Nonton~
Sumber: Kanal3.wordpress.com
Walau dikatakan berulang kali jangan
menilai buku dari kover, tetap saja kover merupakan hal pertama yang membuat
saya tergoda membaca buku ini. Selain gambar yang menawan perpaduan merah dan
biru, judul kisah ini membuat saya berimajinasi sebelum mulai membacanya. Tepatnya pada kata Sampur Merah.
Sari bukan sekedar anak perempuan
biasa. Bapak Sari merupakan dukun suwuk yang lumayan terkenal di
kampung. Ia juga sering diajak bapaknya mencari kodok guna menambah
penghasilan keluarga. Meski penghasilan mereka tak menentu, tapi
masih bisa dikategorikan lumayan.
Berulang kali ia melihat wajah
gembira tamu yang berhasil mendapatkan bantuan bapak, wajahnya ikut
ceria, karena bakal ada tambahan uang untuk jajan. Meski demikian tak
selalu warga yang mempergunakan jasa bapak meninggalkan amplop.
Kadang bapak juga menolak amplop yang diberikan. Sering pula ia
menemukan wajah kecewa warga yang gagal mendapat bantuan bapak, nyaris
sama dengan wajah kecewanya karena gagal mendapatkan tambahan uang
jajan.
Semula kehidupan mereka penuh warna
ceria. Namun kebahagian direnggut paksa. Berbagai isu tentang adanya dukun
santet mulai meresahkan warga. Belum lama, seorang dukun suwuk kenalan
bapak dihabisi secara brutal oleh warga. Istri paman Sari juga sudah
mengusulkan pada suaminya agar mau membujuk untuk bapak pindah demi
keselamatan dirinya dan keluarga.
"Suruhlah kakangmu pergi dari
kampung. Kemarin Pak Muhidin dibunuh. Kalau seorang dukun suwuk sepertinya
dianggap dukun santet, bisa jadi kakangmu kayak gitu juga," demikian
ucapnya. Sebuah ketakutan yang menjadi kenyataan menakutkan!
Warga membawa paksa bapak. Sari tak bisa melupakan tatapan terakhir bapak. Ia terus berontak dalam gendongan paman, ia hanya ingin menolong Bapak yang dibawa paksa warga. Bagian ini mampu membuat saya merasa pilu.
Seberapa ngilu? Simak kalimat ungkapan
rasa pedih anak yang melihat bapaknya disiksa warga berikut ini,"
Aku berteriak sekencang-kencangnya memanggil Bapak hingga kurasakan
tenggorokanku serak. Kulepas rengkuhan ibu. Kukejar Bapak sebisaku. Kutarik
pakaian orang-orang yang mengambilnya. Kupukuli kaki mereka."
Belum merasa pilu? Lanjutannya masih
ada, "Yang dapat kutangkap dari Bapak adalah tatapan mata
terakhirnya-seperti penuh ketakutan, penuh kesedihan, penuh ketidakberdayaan,
dan entah apa lagi arti tatapan matanya yang dapat membuat dadaku terasa
ngilu."
Meski sang bapak sudah tiada, dan
situasi mulai berangsur normal, Sari tetap penasaran siapa sosok yang
bertanggung jawab pada kematian bapak. Ia membuat daftar nama-nama yang ia
anggap berperan serta pada pengeroyokan bapak.
Daftar tersebut ia bagikan kepada kedua sahabatnya Rama dan Ahmad. Ahmad selalu bersedia membantu mencari informasi perihal nama-nama yang ada dalam daftar tersebut. Sementara Rama, seakan tidak peduli. Sari bahkan pernah menemukan sobekan daftar milik Rama di tempat sampah. Pedih hatinya ketika melihat sobekan itu.
Mengambil lokasi Banyuwangi serta tahun
peristiwa dari 1994-2012, pembaca akan diajak mengikuti perjalanan hidup Sari.
Dari seorang anak SD hingga menjadi seorang penari gandrung. Tentunya juga
mendapat gambaran mengenai bagaimana kehidupan masyarakat saat itu dengan
berbagai masalah sosial yang menggelitik rasa kemanusiaan.
Kisah persahabatan yang kemudian
menjadi kisah cinta, menjadi bumbu penyedap karya ini. Dari tiga anak
kecil berkembang menjadi dua pria dewasa dan satu wanita muda. Segala kecerian,
duka, amarah dan pengorbanan menjadi satu. Tak selamanya cinta masa kecil
berarti terus memiliki saat dewasa. Demikian juga sikap diam, bisa menjadi
cinta yang mengubah banyak hal.
Pembaca juga bisa mendapatkan informasi
mengenai seni gandrung yang berasal dari Banyuwangi. Pada hal 131
misalnya, pembaca diberikan pemahaman mengenai beda antara penari gandrung
dengan gandrung. Walau bisa dikatakan seorang gandrung pastilah penari gandrung
juga. Tapi penari gandrung belum tentu gandrung. Tak mudah menjadi seorang
gandrung. Ada ritual yang harus ditempuh. Untuk informasi lebih lanjut
mengenai seni gandrung, bisa dilihat di sini.
Jika menilik judul, seharusnya bagian
tentang sampur mendapat porsi lebih. Namun saya justru hanya menemukan bagian
yang bisa dikatakan relatif kecil. Sebagian besar kisah malah ditekankan pada
upaya Sari mencari informasi mengenai orang yang berada dalam daftar nama orang
yang terkait penganiayan bapak. Meski memang ada keterkaitan upaya tersebut
dengan sampur merah. Dalam upaya memecahkan misteri penyebab bapaknya
terbunuh, Sari mendapatkan sampur merah. Mungkin karena itu, penulis memberikan
judul "Perempuan Bersampur Merah."
Seperti yang saya sebut sebelumnya,
kata Sampur Merah menggelitik rasa ingin tahu saya. Sampur seingat saya
(sewaktu masih kena wajib menari ketika kecil), merupakan
selendang yang dililitkan di pinggang atau disampirkan di bahu dan
dipergunakan untuk menari. Sementara kata "merah" mungkin hanya
penyebutan warna semata.
Sepertinya imajinasi saya yang terlalu
liar, tapi membaca blurd serta judul, saya mengira akan ada unsur mistis yang
diangkat penulis. Dalam artian ada suatu ritual yang harus ditempuh Sari untuk
bisa mendapatkan sampur tersebut. Meski sempat dikatakan bahwa Sari
dianggap layak mewarisi sampur merah milik seorang gandrung senior karena
bakat terpendamnya.
Konon sampur itu yang memilih
pemiliknya, dan yang memilikinya dianggap akan menjadi gandrung yang mumpuni.
Namun dalam kisah, hanya sesekali disinggung mengenai kemampuan Sari
menari dengan mempergunakan sampur merah tersebut. Saya mengira bakalan
ada kejadian-kejadin tidak biasa yang muncul ketika ia mempergunakan sampur
tersebut. Meski buntutnya nanti sekedar kebetulan, tapi bisa membuat kisah
lebih menggigit. Penulis seharusnya bisa menambahkan
kesan dramatis dengan memberikan kesuksesan Sari sebagai penari gandrung.
Bagian ini bisa lebih diracik lagi.
Sampur merah tidak hanya diserahkan begitu saja, atau kebetulan
berada di lemari bajunya, juga tidak hanya dipergunakan untuk beberapa kali
menari saja mengingat asalnya yang spesial.
Seperti umumnya penulis, pasti memiliki rasa cinta pada buku.
Kecintaan penulis akan buku terlihat pada kalimat di halaman 179,"
Kudengar Ahmad sedang merantau demi mempelajari bisnis penyewaan buku. Ia
datang dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari ide. Karena di kota sana banyak
penyewaan buku yang kadang-kadang digabung dengan kafe atau warung kopi."
Sebuah upaya pengembangan usaha yang dirintas Ahmad.
Sari, Rama dan Ahmad, semula mereka
hanyalah tigga anak kecil yang mengisi hari dengan banyak canda dan tawa.
Justru para orang tua yang membuat kehidupan mereka berubah. Membuat tawa
menjadi tangis, membuat rasa iba menyaru dengan cinta, dan membuat hidup damai
menjadi kenangan.
Sebagai wacana tambahan, mari disimak
tari gandrung berikut ini.
Jadi pengen baca juga. Apalagi ada nilai lokal yang disisipkan. Tambah menarik saja
BalasHapusSepertinya kita perlu lebih banyak penulis yang mengolah konten lokal dalam karyanya
BalasHapuspermisi min numpang share ya :)
BalasHapusbosan tidak tahu mesti mengerjakan apa ^^
daripada begong saja, ayo segera bergabung dengan kami di
F*A*N*S*P*O*K*E*R cara bermainnya gampang kok hanya dengan minimal deposit 10.000
ayo tunggu apa lagi buruan daftar di agen kami ^^
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
BalasHapusPromo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^