Judul asli: Buku Panduan Matematika Terapan
Penulis:
Triskaidekaman
Editor:
Sasa
ISBN:
9786020383026
Halaman:
359
Cetakan: Pertama-2018
Cetakan: Pertama-2018
Penerbit:
PT Gramedia Pustaka
Harga: Rp
Rating: 3.5/5
Bagaimana
jika kamu ternyata sudah hidup dan mati berulang-ulang, namun memori terakhirmu
belum terhapus sehingga ayahmu datang dan berusaha memperingatkanmu untuk mati
saja
~halaman 281~
Hingga
penghujung tahun 2018, bisa dikatakan ini merupakan buku
paling "liat" yang saya baca. Bagi saya yang kurang paham
mengenai matematika, buku ini terasa agak berat karena banyak
mengusung perihal matematika. Lihat saja catatan kakinya, pasti dikaitkan
dengan matematika.
Misalnya yang tercetak di halaman 52, tentang kemungkinan seseorang bertemu
dengan orang yang memiliki tanggal lahir sama. Paradoxes ulang tahun
(Birthday Paradox). Di antara 23 orang, peluang ada dua orang yang
berulang tahun di hari yang sama adalah 50%. Peluang naik menjadi 99,9% saat
jumlah orang ditambah menjadi 75. Lebih lanjut dapat dibaca di https://betterexplained.com/articles/understanding-the-birthday-paradox. Dalam kisah ini, sang tokoh
utama berhasil menemukan jawaban mengenai kesamaan ulang tahunnya dengan salah seorang anggota panti pada Buku Matematika Terapan untuk
Pemula yang kedelapan.
Butuh konsentrasi penuh membaca buku ini. Saya tidak bisa seenaknya membaca di
kereta api atau ketika di perjalanan. Konsentrasi yang terganggu secara
mendadak, bisa membuat saya melupakan bagian yang dibaca. Jelas
ini bukan buku yang bisa diselingkuhi, alias dibaca bersama dengan buku lain.
Maka untuk lebih bisa "menyatu" dengan kisah, khusus untuk buku ini, saya selalu membaca satu halaman sebelumnya ketika akan melanjutkan membaca. Jika tidak memungkinkan minimal dua paragraf sebelumnya. Karena itu, rasanya wajar jika saya membutuhkan lebih banyak waktu untuk menuntaskan buku ini. Baru pada Akhir Oktober 2018 buku ini tunas saya baca. Sukses!
Tapi, begitu saya sudah mulai "menyatu" dengan kisah dalam buku ini, saya bisa mengikuti kisahnya dengan nikmat. Meski judulnya mengusung kata matematika (dan banyak catatan kali terkait matematikan seperti saya uraikan sebelumnya), namun isinya tidak melulu tentang matematika. Menurut saya, justru kisahnya sangat sederhana mengenai persahabatan, dan cinta kasih. Ide yang brillian penulislah yang menghubungkan semua hal dalam kehidupan ini dengan matematika.
Ada dua tokoh utama dalam kisah ini, Prima, anak tunarungu yang menurut saya
punya IQ diatas rata-rata, serta Mantisa yang tak pernah kehilangan akal.
Gadis manis ceria ini memiliki banyak pertanyaan yang mungkin tak pernah Anda
bayangkan akan ditanyakan oleh seseorang. Apalagi anak kecil! Konon, Mantisa
mampu menghitung berapa banyak tetes hujan yang turun. Seiring kisah, keduanya
terhubung dengan sosok lain, Tarsa. Dan salah satu hal yang paling sering
dibicarkan dalam dunia matematika, hayuh tebak apa?
Ketika dua orang penggemar matematika bersama, terbayang keseruan apa yang mereka lakukan. Berapa banyak lembar buku catatan yang habis mereka isi, berapa banyak pertanyaan yang terjawab, dan berapa banyak lagi yang tak ditemukan jawabannya. Dalam dera napas keduanya, matematika merupakan faktor utama!
Bagian yang menyebutkan mengenai perpustakaan cukup seru. Semula perpustakaan
tersebut merupakan perpustakaan terlengkap di provinsi, mungkin bahkan
seantero negeri. Sayangnya tidak banyak orang yang datang mencari rujukan
ilmiah. Jumlah pengunjung turun dratis dari jumlah pengunjung yang semula
memang tidak banyak. Sungguh nelangsa nasib perpustakaan tersebut. Hanya salah satu tokoh kita yang begitu menyukai hari-hari berada dalam perpustakaan.
Apalagi ada bagian yang menyebutkan mengenai buku-buku yang katanya terlarang.
Terlalu banyak hitungannya, ribet, dan sulit dipahami, Termasuk dalam buku
kategori ini adalah buku-buku primbon, Alamak, penanggalan kuno, dan fengshui.
Buku yang paling penting dalam koleksi terlarang perpustakaan tersebut adalah
Interpretasi Heksagram I Ching: buku tentang dinamika dan 64 jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan semesta.
Ada juga bagian yang menguraikan mengenai kegagalan percintaan di halaman
175. Misalnya bagaimana Konsep jodoh seorang kakek dengan tujuh istri. Lalu
perihal mereka yang sibuk mencari jodoh, sementara yang lain sibuk meratapi
jodoh yang terputus.
Buku ini menarik untuk dibaca, tentunya bagi mereka yang siap membaca untuk dinikmati secara perlahan. Bukan sekedar menggenapi target baca semata. Selain ilmu tentang matematika (pastinya), pembaca juga akan menemukan banyak pesan moral dalam kehidupan. Ada yang didasari akan hal baik, ada juga beberapa dampak dari hal buruk. Bukan tak mungkin, bahkan kita juag pernah lakukan keburukan tersebut. Disengaja atau tidak.
Selain urusan kover berwarna biru yang jelas mampu membatalkan diet membeli
buku saya, juga judul yang menggoda, tulisan di bagian kanan yang menyatakan
bahwa ini merupakan pemenang sebuah kontes menulis membuat saya ingin lebih
tahu mengenai buku ini.
Sang penulis, Henny Triskaidekaman merupakan Juara 1 UNNES. Ternyata
UNNES adalah sebuah kompetisi penulisan novel tingkat internasional yang
diselenggarakan oleh Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang
(UNNES) beberapa saat yang lalu. Dewan juri dalam kompetisi ini juga bukan
orang sembarangan. Ada sastrawan Seno Gumira Ajidarma, peneliti sastra
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof Dr Suminto A Sayuti, dan Dekan Fakultas
Bahasa dan Seni (FBS) Unnes Prof Dr Agus Nuryatin. Dengan mengusung
tema Eksplorasi Nilai-nilai lokal untuk Kontruksi Solidaritas
Kemanusiaan, sebanyak 229 naskah dari berbagai negara masuk ke panitia.
Dan, kejutan bagi saya ada di halaman 352-356. Sudah lama Saya tidak melihat
heksagram i ching. Tambahan ilmu lagi bagi pembaca. Seharusnya saya ingat makna-makna tanda yang ada ditiap awal bagian. Beberapa bagian memang tidak mencantumkan judul, melainkan memakain heksagram i ching.
Unik!
Sumber gambar:Buku Panduan Matematika Terapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar