Penulis: JO Joo_Hee
Pemerjemah: Mayang Ratu Negara
Penata Aksara: Nurul Miftahul Jannah
Desain sampul: Kim Hee-gyong (Design Plus)
ISBN 10: 6021306511
ISBN 13: 9786021306512
Halaman: 175
Cetakan: Pertama- Feberuari 2015
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 59.000
Secangkir kopi hitam yang pahit mengajarkan kita soal hidup yang tak selalu manis. Barbeque vegetarian yang penuh warna seolah bercerita tentang keceriaan hidup. Kue kenari yang mungil dan manis bisa jadi saksi cinta pertama. Dan, makanan tradisional yang mewah mengenalkan kita pada akar budaya tanah air.
Apa cerita makanan favoritmu? Nikmati kelezatan kisah hidup penuh rasa di seri kedua Kitchen ini.
Hemmmm
Cerita makanan favorit saya adalah sayur asem, balado ikan tongkol dan oncom plus loncak. Eh tapi tidak ada kisah tentang itu ya dalam buku ini. Biarlah sebagai bocoran semata.
Dulu saya tidak menyukai sayur asam, dengarnya saja sudah tidak suka. Maklum kesan yang didapat sebagai seorang anak singkong pasti sayur ini rasanya asam sekali. Suatu saat, sehabis ada acara di rumah saya baru sadar bahwa saya belum makan sama sekali. Saat perut mulai berontak, yang ada hanya sayur yang saya tidak tahu namanya. Hangat, harum menggoda. Dicampur sambal rasanya pas buat membuat perut berontak menjadi tenang. Ternyata itu sayur asam. Sejak saat itu mulailah saya mencintai sayur asam.
Stop!
Sudah urusan makanan kesukaan saya, kembali ke buku. Dalam buku ini ada sepuluh kisah yang disampaikan oleh penulis. Ada Makanan Penambah Umur, Bibimbap (Nasi Kampur) Kami, Anak Bangsawan, Pertemuan yang Tidak disangka-sangka, Gadis Penjual Kopi, Seperti Tteokpokki, Barbeque Vegetarian, Penghormatan Pertama setelah Menikah, Pertemuan Tripartit, Natal Kuil di Gunung, serta bonus kisah Temukan Rasa Terbaik.
Setiap kisah mengandung pesan moral yang disampaikan dengan manis melalui kisah yang berkaitan dengan masakan. Ada kisah yang disampaikan dengan jenaka, tapi ada juga yang dibuat serius. Namun bagaimana cara penyampaiannya tidak mengurangi keindahan gambar dan kisah.
Episode 17 dengan judul Makanan Penambah Umur, berkisah tentang pernikahan antar bangsa. Paul diajak berkunjung ke rumah keluarga tunangannya saat tahun baru. Sepanjang perjalanan, sang tunangan menceritakan tentang makanan yang biasa mereka makan saat tahun baru. Salah satunya Sup Kue Beras. Dengan memakan semangkuk sup sampai habis maka umur mereka akan bertambah satu tahun. Menolak makan artinya bersikap tidak sopan.
Paul ternyata menikmati sup tersebut. Ia juga menikmati suasana kekeluargaan di rumah tunangannya. Baginya ada sensasi tersendiri saat menikmati sup dikelilingi oleh samak-saudara yang dipanggil tidak dengan nama melainkan dengan sapaan. Paul menemukan filosopi suasana akrab keluarga tersebut dalam semangkuk sup. Ia merasa diterima dengan terbuka.
Saya agak bingung, sebenarnya itu tunangan atau istri Paul ya? Pada halaman 7 tertulis, "Korea adalah tanah kelahiran calon istriku." Lalu pada halaman 9 tertulis, "Sambil mendengarkan cerita tunanganku ...." Baiklah calon istri bisa saja tunangan atau pacar yang akan dilamar. Tapi pada halaman 13 tertulis, " Selamat atas pernikahan kalian." Demikian juga pada halaman 17, "Ini adalah putriku dan suaminya, Paul, mereka sudah menikah selama 4 bulan." Jadi bingung saya akan status si Paul dan pasangannya.
Kisah Gadis Penjual Kopi membuat saya tertawa lepas, meski sesudah itu meringis sedih. Kisahnya tentang tiga orang anak perempuan yang memanggil penjaja kopi keliling. Ketiga memesan kopi ketika para orang tua tidak ada di rumah.
Ketiga anak tersebut sangat penasaran akan rasa kopi yang sering diminum oleh ayah, paman serta kakek mereka. Ketiganya sudah mengumpulkan uang sesuai dengan harga tiga cangkir kopi, masing-masing mendapat satu cangkir kopi.
Karena terlanjur datang, maka gadis penjual kopi terpaksa melayani mereka dengan persyaratan agar minum dengan cepat. Ternyata melayani mereka tidaklah mudah. Ketiganya sibuk mengkhayal menjadi orang dewasa dan pergi ke Seoul.
Entah kenapa, mungkin karena mendengar celoteh polos ketiga anak tersebut, penjual kopi naik pitam dan merasa menyesal menjual kopi pada mereka bertiga. Ia menasehati ketiganya agar jangan berkhayal untuk pergi ke Seoul naik kereta api, mereka harusnya belajar rajin hingga menjadi dewasa dengan sendirinya.
"Kalian pikir rasa kopi itu manis kan? Itu karena gula dan krim! Kehidupan itu sebenarnya pahit seperti rasa asli kopi itu!" Nasehat yang disampaikan dengan emosi tersebut sangat dalam maknanya. Meski disampaikan dengan gambar yang lucu tapi pesan yang disampaikan penulis sangat menyentuh perasaan.
Masakan yang ada dalam buku ini memang merupakan masakan Korea, tapi kita bisa mengerti apa artinya melalui terjemahan yang ada di bagian bawah halaman. Beberapa mungkin sudah bisa kita temui di restoran Korea di tanah air.
Bibimbap ternyata berarti nasi campur. Kisah favorit saya pada halaman 25. Kisahnya tentang seorang gadis, Yeong Ok, yang ibunya melarikan diri dengan pria lain. Karena mereka tinggal di sebuah desa kecil, tak butuh lama untuk membuat seluruh desa mengetahui kisah keluarganya.
Suatu ketika, ketika istirahat makan siang, sahabat-sahabat Yeong Ok membuat nasi campur dengan mempergunakan bahan dari bekal bersama. Sekejab bekalnya sudah bercampur dengan bekal teman-temannya. Bekalnya sudah tidak terlihat sebagai bekal lauk anak tanpa ibu. Kebersamaan dan upaya para sahabatnya untuk menghibur dan mendukungnya patut diacungi jempol. Menyentuh.
Kekuatan kisah dalam buku ini adalah kedekatan peristiwa dengan pembaca. Seperti yang penulis sebutkan dalam pengantar bahwa semua kisah terinspirasi dari pengalamannya sendiri atau mendengar dari kisah orang lain.
Buku serius-santai ini sangat berguna bagi bathin pembaca. Dengan gambar lucu yang membuat tertawa pembaca, hati-hati membacanya jangan sampai dilirik orang.
Hayuh coba Bibimbap Tuna Pedas Alacin dari situs https://dapurmasak.com dan rasakan nuansa persahabatan seperti Yeong Ok dan sahabatnya.
Bahan:
Nasi putih panas atau nasi merah secukupnya
Tuna kaleng pedas 1 kaleng
Wortel (iris korek api) secukupnya
Bayam secukupnya
Ketimun (iris korek api) secukupnya
Cara membuat:
1. Rebus sebentar secara bergantian wortel, bayam, tauge. Tiriskan. Tata di satu piring bersama dengan ketimun dan telur mata sapi.
2. Aduk rata tuna, blackpepper, cabai rawit, dan saus sambal di tempat terpisah.
3. Masukkan nasi panas ke dalam mangkuk. Ratakan.
4. Tata topping sayur dan tuna di atas nasi kemudian tambahkan telur mata sapi. Sajikan
Mirip nasi goreng ya...
Duh jadi lapar
------------------>
Thx untuk kirimannya Noura Books.
Semula ingin membaca dan mereview buku pertama namun teledor tertinggal di kantor. Jadilah dibaca buku kedua dulu. Sepertinya tidak masalah karena kisah dalam buku ini tidak bersambung. Kita bisa mulai membaca kisah secara acak, tidak berurutan.
Pemerjemah: Mayang Ratu Negara
Penata Aksara: Nurul Miftahul Jannah
Desain sampul: Kim Hee-gyong (Design Plus)
ISBN 10: 6021306511
ISBN 13: 9786021306512
Halaman: 175
Cetakan: Pertama- Feberuari 2015
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 59.000
Secangkir kopi hitam yang pahit mengajarkan kita soal hidup yang tak selalu manis. Barbeque vegetarian yang penuh warna seolah bercerita tentang keceriaan hidup. Kue kenari yang mungil dan manis bisa jadi saksi cinta pertama. Dan, makanan tradisional yang mewah mengenalkan kita pada akar budaya tanah air.
Apa cerita makanan favoritmu? Nikmati kelezatan kisah hidup penuh rasa di seri kedua Kitchen ini.
Hemmmm
Cerita makanan favorit saya adalah sayur asem, balado ikan tongkol dan oncom plus loncak. Eh tapi tidak ada kisah tentang itu ya dalam buku ini. Biarlah sebagai bocoran semata.
Dulu saya tidak menyukai sayur asam, dengarnya saja sudah tidak suka. Maklum kesan yang didapat sebagai seorang anak singkong pasti sayur ini rasanya asam sekali. Suatu saat, sehabis ada acara di rumah saya baru sadar bahwa saya belum makan sama sekali. Saat perut mulai berontak, yang ada hanya sayur yang saya tidak tahu namanya. Hangat, harum menggoda. Dicampur sambal rasanya pas buat membuat perut berontak menjadi tenang. Ternyata itu sayur asam. Sejak saat itu mulailah saya mencintai sayur asam.
Stop!
Sudah urusan makanan kesukaan saya, kembali ke buku. Dalam buku ini ada sepuluh kisah yang disampaikan oleh penulis. Ada Makanan Penambah Umur, Bibimbap (Nasi Kampur) Kami, Anak Bangsawan, Pertemuan yang Tidak disangka-sangka, Gadis Penjual Kopi, Seperti Tteokpokki, Barbeque Vegetarian, Penghormatan Pertama setelah Menikah, Pertemuan Tripartit, Natal Kuil di Gunung, serta bonus kisah Temukan Rasa Terbaik.
Setiap kisah mengandung pesan moral yang disampaikan dengan manis melalui kisah yang berkaitan dengan masakan. Ada kisah yang disampaikan dengan jenaka, tapi ada juga yang dibuat serius. Namun bagaimana cara penyampaiannya tidak mengurangi keindahan gambar dan kisah.
Episode 17 dengan judul Makanan Penambah Umur, berkisah tentang pernikahan antar bangsa. Paul diajak berkunjung ke rumah keluarga tunangannya saat tahun baru. Sepanjang perjalanan, sang tunangan menceritakan tentang makanan yang biasa mereka makan saat tahun baru. Salah satunya Sup Kue Beras. Dengan memakan semangkuk sup sampai habis maka umur mereka akan bertambah satu tahun. Menolak makan artinya bersikap tidak sopan.
Paul ternyata menikmati sup tersebut. Ia juga menikmati suasana kekeluargaan di rumah tunangannya. Baginya ada sensasi tersendiri saat menikmati sup dikelilingi oleh samak-saudara yang dipanggil tidak dengan nama melainkan dengan sapaan. Paul menemukan filosopi suasana akrab keluarga tersebut dalam semangkuk sup. Ia merasa diterima dengan terbuka.
Saya agak bingung, sebenarnya itu tunangan atau istri Paul ya? Pada halaman 7 tertulis, "Korea adalah tanah kelahiran calon istriku." Lalu pada halaman 9 tertulis, "Sambil mendengarkan cerita tunanganku ...." Baiklah calon istri bisa saja tunangan atau pacar yang akan dilamar. Tapi pada halaman 13 tertulis, " Selamat atas pernikahan kalian." Demikian juga pada halaman 17, "Ini adalah putriku dan suaminya, Paul, mereka sudah menikah selama 4 bulan." Jadi bingung saya akan status si Paul dan pasangannya.
Kisah Gadis Penjual Kopi membuat saya tertawa lepas, meski sesudah itu meringis sedih. Kisahnya tentang tiga orang anak perempuan yang memanggil penjaja kopi keliling. Ketiga memesan kopi ketika para orang tua tidak ada di rumah.
Ketiga anak tersebut sangat penasaran akan rasa kopi yang sering diminum oleh ayah, paman serta kakek mereka. Ketiganya sudah mengumpulkan uang sesuai dengan harga tiga cangkir kopi, masing-masing mendapat satu cangkir kopi.
Karena terlanjur datang, maka gadis penjual kopi terpaksa melayani mereka dengan persyaratan agar minum dengan cepat. Ternyata melayani mereka tidaklah mudah. Ketiganya sibuk mengkhayal menjadi orang dewasa dan pergi ke Seoul.
Entah kenapa, mungkin karena mendengar celoteh polos ketiga anak tersebut, penjual kopi naik pitam dan merasa menyesal menjual kopi pada mereka bertiga. Ia menasehati ketiganya agar jangan berkhayal untuk pergi ke Seoul naik kereta api, mereka harusnya belajar rajin hingga menjadi dewasa dengan sendirinya.
"Kalian pikir rasa kopi itu manis kan? Itu karena gula dan krim! Kehidupan itu sebenarnya pahit seperti rasa asli kopi itu!" Nasehat yang disampaikan dengan emosi tersebut sangat dalam maknanya. Meski disampaikan dengan gambar yang lucu tapi pesan yang disampaikan penulis sangat menyentuh perasaan.
Masakan yang ada dalam buku ini memang merupakan masakan Korea, tapi kita bisa mengerti apa artinya melalui terjemahan yang ada di bagian bawah halaman. Beberapa mungkin sudah bisa kita temui di restoran Korea di tanah air.
Bibimbap ternyata berarti nasi campur. Kisah favorit saya pada halaman 25. Kisahnya tentang seorang gadis, Yeong Ok, yang ibunya melarikan diri dengan pria lain. Karena mereka tinggal di sebuah desa kecil, tak butuh lama untuk membuat seluruh desa mengetahui kisah keluarganya.
Suatu ketika, ketika istirahat makan siang, sahabat-sahabat Yeong Ok membuat nasi campur dengan mempergunakan bahan dari bekal bersama. Sekejab bekalnya sudah bercampur dengan bekal teman-temannya. Bekalnya sudah tidak terlihat sebagai bekal lauk anak tanpa ibu. Kebersamaan dan upaya para sahabatnya untuk menghibur dan mendukungnya patut diacungi jempol. Menyentuh.
Kekuatan kisah dalam buku ini adalah kedekatan peristiwa dengan pembaca. Seperti yang penulis sebutkan dalam pengantar bahwa semua kisah terinspirasi dari pengalamannya sendiri atau mendengar dari kisah orang lain.
Buku serius-santai ini sangat berguna bagi bathin pembaca. Dengan gambar lucu yang membuat tertawa pembaca, hati-hati membacanya jangan sampai dilirik orang.
Hayuh coba Bibimbap Tuna Pedas Alacin dari situs https://dapurmasak.com dan rasakan nuansa persahabatan seperti Yeong Ok dan sahabatnya.
Bahan:
Nasi putih panas atau nasi merah secukupnya
Tuna kaleng pedas 1 kaleng
Wortel (iris korek api) secukupnya
Bayam secukupnya
Ketimun (iris korek api) secukupnya
Tauge (cuci bersih, tiriskan) | secukupnya |
Telur (goreng mata sapi) | 1 buah |
Saus sambal botolan | 2- 3 sdm |
Blackpepper | 1 - 2 sdt |
Cabe rawit | 4 - 5 biji |
Cara membuat:
1. Rebus sebentar secara bergantian wortel, bayam, tauge. Tiriskan. Tata di satu piring bersama dengan ketimun dan telur mata sapi.
2. Aduk rata tuna, blackpepper, cabai rawit, dan saus sambal di tempat terpisah.
3. Masukkan nasi panas ke dalam mangkuk. Ratakan.
4. Tata topping sayur dan tuna di atas nasi kemudian tambahkan telur mata sapi. Sajikan
Mirip nasi goreng ya...
Duh jadi lapar
------------------>
Thx untuk kirimannya Noura Books.
Semula ingin membaca dan mereview buku pertama namun teledor tertinggal di kantor. Jadilah dibaca buku kedua dulu. Sepertinya tidak masalah karena kisah dalam buku ini tidak bersambung. Kita bisa mulai membaca kisah secara acak, tidak berurutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar