Penulis: Frederick Forsyth
Penerjemah: Ranina B. Kunto
Penyunting: Adi Toha
Pemeriksa aksara: Dian Pranasari
Pewajah Isi: Dinar Ramdhani Nugraha
ISBN: 978-979-024-372-9
Tebal: 507 hlm.
Penerbit : Serambi
Aku tidak memedam kebencian kepada rakyat Jerman, karena mereka bangsa yang baik. Suatu bangsa sebenarnya tidaklah jahat, hanyalah pribadi-pribadi, individu-individulah yang jahat.
Tidak ada dosa kolektif, tidak ada dosa bersama.
Mendengar atau membaca perihal NAZI (NazionaliSozionalisme), sebuah partai besar dan tunggal yang berkuasa di Jerman antara tahun 1933 sampai 1945 (semasa perang dunia II), tak lengkap tanpa menyinggung perihal Adolf Hitler sosok yang dianggap paling bertanggung jawab akan pembantaian Bangsa Yahudi yang dikenal dengan istilah Holocaust. Holocaust sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang berarti berkorban dengan api.
Catatan harian tersebut memuat kekejaman yang dilakukan oleh Roschmann selama berada di Ghetto Riga dan bagaimana Tauber berupaya bertahan hidup sesuai janjinya kepada seorang wanita tua agar bisa menceritakan kenistaan yang mereka alami pada dunia.
“Kau harus tetap hidup. Bersumpahlah padaku bahwa kau akan tetap hidup. Berjanjilah kepadaku kau akan keluar dari tempat ini hidup-hidup. Kau harus tetap hidup agar dapat bercerita kepada mereka yang ada di dunia luar, apa yang telah menimpa rakyat kita di sini. Berjanjilah demi Sefer Torah.” (halaman 74)
Odessa bukanlah nama tempat namun akronim dari Organisation Der Ehemaligen SS-Angehörigen, Organisasi mantan Anggota SS. Menyadari akan kekalahan yang sudah di depan mata, para pimpinan SS berusaha menghilangkan jejak serta menjalani hidup baru.
Guna mempermudah pelarian maka organisasi Odessa dibentuk. Sementara itu SS merupakan kependekan dari Schutz-Staffel dikomandani oleh Heinrich Himmler dengan tugas khusus membersihkan Jerman dan Eropa dari semua yang dianggap tak berharga bagi kehidupan dan membinasakan setiap orang Yahudi.
Pada awalnya saya mengira kisah dalam buku ini penuh tentang upaya Miller berupaya menyeret Roschmann. ke penjara karena perlakuannya dimasa lalu serta membongkar jaringan Odessa Tapi ternyata belakangan terungkap alasan lain mengapa Miller berupaya menemukan Roschmann.
Dalam buku ini disebutkan beberapa misi yang diemban oleh Odessa, misalnya untuk membayar pengacara terbaik untuk memberikan bantuan hukum bagi para pembunuh SS yang diajukan ke pengadilan, penyusupan kembali mantan SS ke dalam setiap lini kehidupan di Jerman, serta terpenting adalah menggiatkan propaganada bahwa tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh SS adalah tindakan yang dilakukan oleh prajurit patriotik. Keberdaan Odessa sendiri bak bayang-bayang.
Saya sudah mulai membayangkan aneka kisah yang mencekam. Apalagi dalam kisah ini diceritakan keterlibatan dua wanita dalam kehidupan Miller, ibu dan kekasihnya. Sayangnya dugaan saya salah! Serunya buku ini justru mulai dari halaman 348. Sebuah kesalahan kecil yang diakibatkan terlalu bersemangatnya Miller membuat jiwanya berada dalam bahaya.
Swastika (卍) diyakini sebagai salah satu simbol tertua di dunia, berdasarkan temuan pada makam di Aladja-hoyuk, serta ditemukannya berbagai variasi Swastika pada peninggalan arkeologis. Swastika sendiri terdiri dari kata Su yang berarti baik, serta Asti yang berarti adalah dan akhiran Ka yang membentuk kata sifat menjadi kata benda. Sehingga lambang Swastika merupakan bentuk simbol atau gambar dari terapan kata Swastyastu , terjemahan harafiahnya adalah semoga dalam keadaan baik
http://www.qualityinformationpublishers.com/historicalpictures/nazi%20concentration%20camp10.gif http://mt1.google.com/vt/lyrs=m@167000000&hl=id&x=599&y=361&z=10&s=Galile
Membaca kekejaman yang terjadi sungguh membuat saya merinding. Uraian terinci di halaman 105 sungguh membuat saya mengutuk mereka! Saya tidak akan menguraikan apa saja kekejaman yang mereka lakukan sebaiknya dibaca sendiri saja yah..
Satu adegan yang paling membuat mata saya (sedikit) mengeluarkan air mata adalah saat Tauber yang berupaya bertahan hidup dengan segala cara termasuk menjadi musuh bagi kaumnya sendiri demi janjinya pada seorang wanita tua, suatu hari harus mengantarkan isterinya, belahan jiwanya menuju gerbong tempat eksekusi.
Selama dua puluh tahun ia mencoba mengartikan arti tatapan mata terakhir Esther istrinya. Apakah cinta, kebencian, penghinaan atau rasa kasihan, kebingungan, bahkan mungkin pengertian? Saat itu tanggal 29 Agustus 1942. Hari itu jiwa di dalam tubuhnya telah mati.
Foto-foto dari:
Nicely written~
BalasHapus