Penulis: Yu Hua
Penerjemah:
Agustinus Wibowo
ISBN:
9786020339191
Halaman: 288
Cetakan:
Pertama-April 2017
Penerbit: PT
Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 78.000
Rating: 3.25/5
Kalau kamu naik ke
ranjang buat tidur, atau kalau kamu mengangkat nasi satu mangkuk buat dimakan,
atau kalau kamu pergi dari rumahku ke rumah Genlong hanya beberapa puluh
langkah, kamu tidak perlu menghabiskan banyak tenaga. Tenaga ini keluarnya dari
otot. Tapi kalau kamu kerja di sawah, atau kamu bawa pikulan seratus kati
sampai ke kota, kamu mesti menguras semua tenaga. Tenaga ini keluarnya dari
darah.
Siapa yang tak
tergoda membaca judul buku ini. Kata Jual Darah jelas mampu membuat mata
melirik. Setidaknya bagi saya yang berpendapat menjual darah adalah hal tak bermoral!
Tapi tentunya
berbeda dengan kisah ini. Dalam Kisah Seorang Pedagang Darah, urusannya tidak
semata hanya melakukan transaksi jual-beli darah saja. Tapi ada banyak unsur
yang terkandung dalam kisah ini.
Dibuka dengan
kisah mengenai awal mula tokoh utama kisah ini Xu Sanguan mulai mengetahui tentang menjual
darah. Bersama dua orang saudaranya ia mulai petualangan pertama jual darah.
Berbagai tips ia peroleh agar bisa menjadi seorang penjual darah handal.
http://goodreads.com |
Selanjutnya, mulai
bab kedua hingga kesebelas, pembaca justru disuguhi kisah mengenai
kehidupan Xu Sanguan hingga menikah
dengan Xu Yulan dan memiliki tiga orang
anak laki-laki.
Dari ketiga anak
tersebut ada satu anak yang paling Xu
Sanguan sayang. Walau itu pada suatu bagian sudah disebutkan bahwa itu bukan
anak kandungnya, namun tetap saja membaca bagian tersebut memicu rasa haru.
Walau sudah berupaya untuk tidak menyukainya, ada saja hal yang membuat Xu Sanguan
tetap lebih mencintai anak tersebut.
Kisah yang
menceritakan bagai sosok sang istri diarak ramai-ramai karena dianggap
melakukan pelacuran tak kalah mengharukan. Xu Sanguan mengirim nasi dengan
aneka daging tersembunyi di bagian bawah agar tubuh sang istri kuat menghadapi berbagai siksaan fisik.
Ia juga memohon
agar perselingkuhan yang ia lakukan karena kesal pada sang istri tidak
dilaporkan. Karena jika ia juga tertangkap maka tak ada lagi yang mau mengurus
sang istri yang sedang disiksa masyarakat. Bahkan ketiga anaknya juga menjauh
karena malu dicap sebagai anak seorang pelacur.
Begitulah kasih
sayang yang diajarkan dalam kisah ini, melewati perihal kaitan darah. Mengharukan sekali bagian-bagian tersebut.
Versi Bahasa Italia |
Secara garis
besar, buku ini memberikan gambaran mengenai kehidupan sosial saat terjadi
Revolusi Budaya era Mao. Kehidupan
mereka tidak bisa dikatakan susah walau tidak juga mudah.
Ada suatu saat ketika Xu SAnguan terpaksa menjual darah dalam jarak waktu yang sangat dekat. Ia sudah tak memikirkan keselamatannya lagi, yang utama ia mendapat uang. Urusan lain biarlah belakangan diurus.
Membaca buku ini
membuat perasaan saya beragam ala permen tersohor itu. Ada bagian yang membuat
saya begitu terharu akan sikap Xu
Sanguan sebagai seorang ayah. Ia rela melakukan hal berbahaya demi nyawa
anak kesayangannya, padahal bukan dari benihnya.
Lain waktu, saya
mengeluarkan makian (dengan sopan tentunya) membaca bagaimana tengilnya seluruh
anggota keluarga ini. Sang ayah yang mulai tertarik perempuan lain hanya karena
ingin membalas dendam pada istrinya.
Anak yang merasa diabaikan, ayah kandung yang tak mengakui anaknya, hingga istri yang terpaksa menikah.
Pembaca akan
menemukan banyak kata yang berulang plus urusan air mata jatuh berderai.
Mungkin bagi yang tak sabar, akan menyebutkan bagian lebay.
Versi Bahasa Serbia |
Untuk urusan alih
bahasa, sepertinya buku ini cukup menyenangkan untuk dibaca. Tak ada kesan
kekakuan bahasa, termasuk bagian ketika Xu Yulan melakukan kebiasaannya
menangis sambil mengomel.
Menemukan
kata"anteng" dalam buku ini rasanya aneh. Kalimat di halaman 223
tertulis,"Setelah Xu Sanguan anteng di ranjang. Xu Yulan baru mulai
membersihkan meja." Jadi meluncur ke KBBI sekedar memastikan makna yang
pas dengan kalimat tersebut.
Kisah yang dimulai
dengan adegan perkenalan Xu Sanguan dengan menjual darah, diakhiri dengan kisah
Xu Yulan yang menemani Xu Sanguan menikmati hidangan yang dulu hanya bisa ia nikmati setelah menjual
darah.
Kisah yang aslinya
berjudul Xǔ Sānguān
Mài Xuè Jì telah
diterjemahkan dalam banyak bahasa. Penulisnya sendiri juga telah memenangkan
beberapa penghargaan, antara lain: Grinzang Cavour Prize (1998); James Joyce
Award (2002); James Joyce Award (2002),
Ordre des Arts et des Lettres of France (2004); Ordre des Arts et des Letters
of France (2004); Barnes & Noble Discovery Grat New Writers Award (2004);
Spesial Books Award of China (2004); Prix Courrier Internasional (2008).
Kisah yang menghibur juga mengharukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar