Setiap orang memilik cara
tersendiri untuk menghabiskan waktu, termasuk menunggu kantuk datang.
Bagi saya, caranya dengan membaca buku. Itulah sebabnya selalu ada buku di
sebelah tempat tidur saya.
Demikian juga untuk beberapa malam lalu. Gara-gara belum mengantuk juga, mulai ambil buku terdekat dan mulai membaca. Dari satu buku, berlanjut buku selanjutnya. Lumayan jadi babat timbunan kalau begini.
Entah kebetulan, kedua buku
yang saya baca sambil menunggu kantuk ternyata tentang biografi sosok
penyair yang terkenal di tanah air. Rasanya belum lama informasi perihal sosok
Sapardi Djoko Damono-SDD berpulang meramaikan jagat sosial media tanah
air.
Aneka kutipan karyanya
bertebaran dengan berbagai kreasi tambahan penggemarnya. Berbagai kegiatan
secara daring sebagai penghormatan juga banyak digelar. Mereka yang
semula kurang mengenal sosoknya, mulai tertarik untuk lebih tahu. Kepergiannya
merupakan sebuah kehilangan besar bagi bangsa kita.
Dr. Willibrordus Surendra
Broto Rendra, S.S., M.A alias Rendra, tak perlu diragukan
lagi kiprahnya di tanah air. Pendiri Bengkel
Teater pada tahun 1967 di Yogyakarta, sebelum akhirnya
memindahkannya ke Depok pada tahun 1985, telah banyak menghasilkan karya.
Bahkan seorang pakar sastra dari Australia, Profesor Harry Aveling,
telah menerjemahkan beberapa bagian puisi Rendra dalam tulisannya yang berjudul
“A Thematic History of Indonesian Poetry: 1920 to 1974”.
Selain itu, Profesor Rainer
dari Jerman menjadikan karya Rendra sebagai disertasi
yang berjudul Rendras Gedichtsammlungen (1957—1972): Ein Beitrag Zur Kenntnis
der Zeitgenossichen Indonesischen Literatur. Verlag von Dietrich Reimer in
Berlin: Hamburg 1977.
Sekedar
mengingatkan kata biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang
berarti hidup dan graphien yang berarti tulis.
Istilah biografi merupakan gabungan kedua kata tersebut, yang berarti
tulisan mengenai kehidupan seseorang.
Kita dapat menemukan
hubungan, sebuah mistri yang melingkupi hidup seseorang, dan penjelasan
mengenai tindakan atau perilaku dalam hidupnya
(https://umar-danny.blogspot.com/. Maka sangat tepat jika penerbit
memasukkan kedua buku ini dalam genre biography (begitu yang tertera di bagian
belakang).
Judul: Sapardi Djoko Damono:
Karya dan Dunianya
Penulis: Bakti Soemanto
Penulis: Bakti Soemanto
ISBN: 9786024524555
Hal: 255
Cetakan: Pertama -2017
Penerbit: Grasindo
Rp 72.000
Rating: 3/5
Menilik judulnya, sudah pasti isi buku ini berkisah tentang sosok Sapardi Djoko Damono-SDD. Dengan membaca buku ini, diharapkan pembaca akan mendapat tambahan informasi mengenai sosok SDD. Termasuk karya beliau dan bagaimana menikmati karya-karya tersebut.
Buku ini terdiri dari 5 bab, dimana tiap bab terdiri dari beberapa bagian. Bab pertama berisikan uraian tentang siapakah sosok SDD, termasuk dari mana ilham diperoleh. Terkait hal ini, pada bagian awal penulis sudah memberikan informasi perihal perbedaan antara puisi dan sajak dengan puisi (kata puisi yang ditukis dengan garis miring).
Puisi atau sajak merupakan genre yang wujud isualnya jelas. Sementara puisi semacam roh, inti rahasia yang tersimpan dalam karya seni. Plato menyebutnya mousike, sementara SDD sepertinya tidak memberikan perbedaan yang jelas antara puisi dan prosa.
Bab kedua perihal puisi dan cerita menurut SDD. Selanjutnya bab ketiga mengenai puisi-puisi awal, duka-Mu abadi, dan akuarium. Bab keempat berisi empat kumpulan puisi, serta beberapa cerita pendek. Bagian terakhir, bab kelima agak unik karena berisi rangkuman. Tak biasa saja menurut saya ada buku yang memuat rangkuman.
Membaca buku ini membuat orang makin mengenal sosok SDD. Termasuk kekuatan kepenyairan beliau yang ternyata berasal dari kepiawian memainkan kata dan makna sehingga menjadi suatu ungkapan yang otentik khas seorang SDD.
Sekedar informasi di
Goodreads Indonesia, bintang buku ini adalah 3.60. Buat yang penasaran bisa dicek di sini.
Jusul asli: Rendra:
Karya dan Dunianya
Penulis: Bakdi Soemanto
ISBN: 9786024524548
Hal: 274
Cetakan: Pertama-2017
Penerbit: Grasindo
Harga: Rp 65.000
Rating: 3/5
Siapa yang tak pernah mendengar nama Rendra, Sang Burung Merak. Sejak lama sosok Rendra dipandang sebagai seniman yang kontroversial. Terutama karena puisi-puisinya yang bertema sosial mengandung komentar sosial dan lakon-lakon bernada sindiran.
Sebagian besar buku ini mengisahkan tentang perubahan diri serta proses kreatif Rendra sejak kembali dari Amerika Serikat. Menurut penulis, kunci memahami semua karya Rendra setelah kembali dari Amerika Serikat adalah kesigapannya untuk selalu berada dalam konteks.
Dalam 273 halaman, yang terdiri dari lima bab, pembaca akan diajak untuk lebih mengenali sosok Rendra. Bagaimana latar kehidupannya, awal mula berkarier, kumpulan sajak serta aneka cerita pendek, serta kiprahnya dalam masyarakat.
Misalnya tentang Rendra yang menciptakan sandiwara atau drama radio berjudul Dataran Lembah Neraka. Aneka efek suara unik yang muncul dari karya tangan dinginnya membuat drama tersebut menjadi banyak digandrungi masyarakat.
Penulis menyebutkan tentang kesulitan melakukan penelitian karena sulitnya mendapatkan cetakan karya Rendra. Saya jadi ingat, dulu ketika berbelanja buku untuk kepentingan kantor, justru kumpulan puisi karya Renda (maaf saya agak lupa hanya puisi atau karya lengkap) yang kami beli ternyata merupakan terbitan dari penerbit tetangga. Ironi bukan! Tapi begitulah adanya.
Untuk buku perihal Rendra
ini, di situs Goodreads ratingnya adalah 3.50. Bisa dilihat di sini.
Secara keseluruhan kedua
buku di atas perlu dibaca oleh mereka yang menyukai dunia puisi dan sastra.
Para pekerja teks komersial-meminjam istilah sahabat, tentunya juga perlu
membaca kedua buku di atas agar memiliki tambahan wawasan dalam menjalankan
tugasnya.
Hanya, sepertinya penulis
lebih perlu memasukkan hal-hal yang lebih spesifik lagi mengenai kedua penulis
dalam masing-masing buku biografi. Sehingga pembaca tidak hanya membaca ulang
informasi yang sudah umum dalam format beda. Namun juga mendapat informasi baru,
syukur yang sifatnya eksklusif.
Lumayanlah buat menemani
menunggu kantuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar