Judul
asli: Si Jlitheng: Dongeng Bocah Abasa Jawa
Penulis:Impian
Nopitasari
Ilustrasi
: Nai Rinaket
ISBN:
9786237721215
Halaman:
52
Cetakan:
Pertama-2020
Penerbit:
Babon
Harga: Rp
75.000
Rating:4/5
"Dhuh
Gusti, nelangsa temen awak mami. Becik kulo pejah kemawon Gusti, tinimbang urip
nggih mboten semangat, dados sanggane liyan,"
~ Si
Jlitheng, halaman 42 ~
Sebuah buku anak dengan mempergunakan bahasa
Jawa, Menarik! Menurut saya, salah satu cara melestarikan bahasa lokal adalah
mengajarkan bahasa tersebut pada generasi muda (iya... saya sudah mulai agak
menua wkwkwk). Tentunya diperlukan cara mengenalkan dan media pembelajaran yang
sesuai dengan minat generasi muda saat ini.
Buku karya Jeng Impian, merupakan salah satu
cara unik yang bisa ditiru. Dalam buku setebal 52 halaman ini, pembaca akan
diajak menikmati 4 kisah fabel dalam bahasa Jawa. Ada kisah Dongenge Pitik karo
Bebek; Kodhok lan Bekicot; Ndara Anyar;
dan Si Jlitheng.
Kisah yang ada merupakan kisah fabel. Sebuah kisah yang menampilkan tokoh binatang
sebagai tokoh utama. Binatang tersebut memiliki karakter seperti manusia. Ada
yang mendapat peran antagonis serta prontagonis. Meski demikian tidak ada
penjelasan terperinci mengenai sifat para tokoh dalam kisah fabel.
Tujuan penulisan fabel biasanya untuk menggambarkan situasi sosial di masyarakat.
Kisah dibuat untuk memberikan pesan moral kepada pembaca mengenai bagaimana
sebaiknya bersikap dalam kehidupan, terutama dalam hubungan sosial dalam masyarakat.
Kisah ini
menjadi cerminkan kehidupan masyarakat yang sering merasa iri dengan orang
lain. Tidak puas dengan kondisinya. Ada
orang yang merasa iri dengan tetangga yang bisa berbelanja aneka daging. Nyaris
tiap hari tetangga mereka makan daging. Ia lupa jika kondisi keluarganya yang sering makan sayuran bergantian dengan
daging membuat tubuh mereka lebih bugar.
Kisah Ndara Anyar, mengajarkan kita untuk
selalu bisa beradaptasi dengan lingkungan di manapun kita berada. Mimi dititipkan majikannya kepada sebuah keluarga terpercaya
untuk beberapa hari. Kesalahan utama si pemilik (menurut saya) karena ia hanya
menitipkan Mini saja, ia lupa membawakan makanan yang biasa dimakan Mimi sejak kecil.
Bagian ini mengajarkan kita untuk bisa
memandang segala peristiwa dari banyak sisi, tidak hanya dari satu sisi
saja.Yang dipikirkannya adalah siapa yang harus menjaga Mimi, tak terpikirkan
bagaimana Mimi makan.
Terbiasa makan dengan makanan kucing kemasan
membuat Mimi tak terbiasa diberikan makanan rumah. Perlahan ia memang bisa
beradaptasi hingga akhirnya malah merasa sedih ketika pemiliknya menjemput.
Sang pemilik rumah
yang dititipi Mimi juga mengajarkan kita bahwa menyayangi sesama makhluk hidup
adalah hal yang mulia. Mereka rela ikan lauk makannya disantap Mimi yang sudah
sekian lama tidak mau makan. Walau untuk itu mereka hanya bisa makan dengan
sayur dan sambal saja. Mengharukan.
Selain menikmati kisah
yang walau sederhana namun penuh dengan karifaan, pembaca juga diajak menikmati
ilustrasi yang menawan dalam buku ini. Gambar yang ada seakan hidup. Anak-anak
pasti menyukai ilustrasi yang ada, bahkan orang dewasa mustahil tidak
meliriknya.
Sayangnya, buku ini
hanya memberikan tulisan dalam bahasa Jawa, tidak ada huruf Jawa-nya. padahal
kalau sekalian kan seru! Usul bolehkan, siapa tahu bakalan cetak ulang. Untuk
selanjutnya dibuat dengan mempergunakan aksara Jawa, kemudian di bawahnya ada
tulisan dalam bahasa Jawa. Terdapat juga tulisan dalam bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris.
Tujuannya agak mereka
yang bukan berasal dari suku Jawa tetap bisa menikmati kisah karena tersedia bacaan dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya
bahas Inggris tentunya buku ini bisa dijadikan semacam tanda kasih bagi
tamu-tamu asing. Plus memperkenalkan budaya Jawa ke
seluruh penjuru dunia.
Bangga rasanya jika
menemukan buku ini berada dalam katalog salah satu perpustakaan yang ada di luar
negeri. Ditambah ketika melihat banyak yang meminjamnya. Buku ini menjadi representatif kebudayaan kita di luar negeri.
Duh ya, saya kan jadi menghayal.
Pembeli adalah raja.
Tentunya sudah sering kali kita mendengar kalimat seperti itu. Bagi penjual,
pesan yang terkandung adalah untuk bersabar jika menghadapi pembeli. Secerewet
apapun tetaplah bersabar mendengarkannya, selalu tersenyum. Layanan dia
layaknya seorang raja.
Dari sisi pembeli,
kalimat tersebut sering disalah artikan menjadi kebebasan untuk bertindak
semena-mena pada pejual. Mereka raja, wajib dilayani. Sering kali ada yang
bertindak diluar kewajaran, misalnya dengan minta ditunjukan aneka warna
dan motif di toko kain, namun batal membeli dengan alasan tidak ada yang cocok.
Karena saya pembeli
buku ini, maka saya adalah raja. Dengan begitu, saya bisa meminta Jeng Impian
selaku penulis untuk menorehkan cap bibir dan jempol di halaman depan. Kenapa
tidak tanda-tangan? Sudah biasa itu, sudah satu lemari penuh saya memiliki buku
dengan tanda tangan penulis. Cap bibir dan jempol lebih otentik bagi saya.
Jahil? Sedikit sih.
Tapi untuk buku seperti ini, layak kok dibeli untuk dikoleksi dan dibagikan sebagai tanda kasih.
Tapi untuk buku seperti ini, layak kok dibeli untuk dikoleksi dan dibagikan sebagai tanda kasih.
test
BalasHapusAJO_QQ poker
BalasHapuskami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66
-perang baccarat (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856