Judul asli: Sejarah Teh: Asal Usul dan Perkembangan Minuman Favorit Dunia
Penulis: Laura C. Martin
Alih bahasa: Novia Angelina
ISBN: 9786230013201
Halaman:226
Cetakan: Pertama- Januari 2020
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Harga: Rp 80.000
Rating: 3/5
Seperti yang diungkapkan oleh C.S Lewis,
Penulis: Laura C. Martin
Alih bahasa: Novia Angelina
ISBN: 9786230013201
Halaman:226
Cetakan: Pertama- Januari 2020
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Harga: Rp 80.000
Rating: 3/5
"Sambil menunggu, mari meminum
secangkir teh.
"Kilau sore hari membuat bambu
bercahaya,
air mancur bergelembung penuh
sukacita,
desiran pohon pinus terdengar dalam teko
kita.
Mari memimpikan kehilangan, dan
"tinggal dalam kebodohan indah
segala hal."
Kakuzo Okakura, The Book of Tea 1906
Menemukan buku ini secara tak sengaja. Sebenarnya Mas Teguh Affandi yang mewartakan buku ini, langsung ikutan pesan mumpung ada harga diskon he he he. Judul buku ini yang membuat beliau langsung ingat pada saya, penyuka minuman teh.
Buku ini memuat segala hal mengenai teh,
minuman yang bisa ditemui di seluruh penjuru dunia.
Keberadaan teh sungguh unik, selain mampu mempengaruhi budaya dan kehidupan
suatu bangsa, teh bisa mempengaruhi perekonomian sebuah
negara. Bahkan teh
juga menjadi pemicu konflik yang berakibat timbulnya perang.
Tanpa
kita sadari, teh ternyata memiliki pengaruh yang tak kecil dalam perkembangan
dunia selama ini, baik secara langsung maupun tidak. Dijadikan sebagai obat, nilai
tukar, sogokan, hingga menyebabkan konflik global. Ternyata meski kelihatan
sederhana, teh bisa diolah menjadi
minuman dan masakan yang berbeda.
Beberapa tempat
bisa saja menyebut teh dengan nama yang berbeda. Rasa juga bisa berbeda
tergantung pada banyak faktior seperti di
mana pohon ditanam, berapa usia daun teh, bagaimana penyimpanan, serta bagaimana teh tersebut
diolah. Namun pada dasarnya semua teh berasal dari satu tumbuhan yang bernama Carmellia Sinensis dari keluarga Theaceae
Bermula
didorong keinginan mengatasi perasaan tak nyaman yang dialami antara makan
siang dan malam, Anna Maria Stanhope, Duchess of Bedford (1783-1857)
meminum teh ditemani kudapan. Sesudah meminum teh, ia merasa lebih baik bahkan bahagia. Segera ia
mengundang teman-teman untuk ikut menikmati secanggir teh di sore hari,
tentunya juga kudapan.
Meski
demikian, baru pada tahun 1865 Ratu Viktoria memperkenalkan Resepsi teh di
istana Buckingham. Teh segera menjadi minuman favorit banyak orang di Inggris. Mulai bermunculan aturan
tak tertulis mengenai bagaimana seseorang memegang cangkir teh. Bagi kaum bangsawan,
cangkir harus dipegang dengan tiga jari, sementara jari kelingking harus
dikeluarkan. Sementara masyarakat umum mempergunakan 5 jari.
Bisa dikatakan Inggris berupaya mengadopsi segala hal
terkait teh dari Tiongkok. Mulai dari proses menanam, walau dilakukan di
India, hingga cara minum mempergunakan cangkir yang dimodifikasi
sesuai dengan cita rasa bangsa Inggris. Hanya cara minum teh dengan menyeruput mengeluarkan
suara keras yang tidak mereka adopsi.
Teh masuk ke Indonesia sejak tahun 1700-an, melalui
tanaman Tiongkok yang dibawa oleh Belanda. Meski awalnya kurang menjanjikan
dari sisi keuntungan, namun belakangan terbukti teh menjadi hal yang
menguntungkan, Terbukti dengan banyaknya perkebunan teh di tanah air. Produk
teh yang berkualitas paling baik dipetik pada musim kering, antara bulan
Agustus-September.
Minuman teh
juga mengandung kafein, urutannya adalah teh hitam, teh hijau, teh putih,
terakhir oolong. Untuk menentukan jumlah kafein yang dikandung agak
susah, namun secara umum teh hitam mengandung 50% kafein dibanding kopi. Maka
teh mulai dilirik banyak orang. Sehingga muncul aneka kedai teh dengan
beragam menu.
Seriring dengan perkembangan zaman, yang
berdampak pada perkembangan teknologi, teh juga bisa dinikmati dalam berbagai
variasi. Baik dari sisi rasa seperti teh leci, teh madu, serta dalam berbagai
bentuk praktis. Misalnya teh dalam kemasan kardus, cara penyajian yang kian
praktis.
Sejak
tahun 1980-an muncul minuman dari teh dengan nama Bubble tea atau teh mutiaradi
Taiwan. Mutiara yang dimaksud merupakan olahan dari akar ubi jakar dicampur
gula merah atau karamel lalu dibentuk seukuran kelereng kecil. Popularitasnya
terus merambah ke negara Amerika.
Sebenarnya agak kaget juga mengetahui buku ini termasuk dalam sejarah untuk usia pembaca 17+. Sementara buku lain seperti Cosmos dari Carl Saga justru masuk dalam usia pembaca 15+. Menurut saya tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan sehingga masuk dalam kategori tersebut. Atau mungkin karena ada beberapa gambar ada memperlihatkan tubuh manusia secara utuh.
Isinya sangat padat. Segala hal tentang teh yang selama ini tidak saya ketahui ada dalam uraian buku ini. Sayangnya, alih bahasa kurang begitu baik. Beberapa kali saya harus mengulang bacaan agar paham dengan kalimat yang dimaksud.
Selain itu, sepertinya urusan tata letak terkait gambar tidak dibuat dengan benar. Kekacauan mulai muncul di halaman 148. Awalnya keterangan gambar dibuat sesuai dengan halaman. Gambar di halaman 15 sebagai contoh, akan diberikan keterangan gambar halaman 15.
Gambar di halaman 148 justru tertulis gambar hal 132, lalu gambar yang ada di halaman 155 tertulis gambar halaman 139. Gambar halaman 170 tertulis gambar halaman 154, ketika saya cek halaman 154 berisi tentang Robert Fortune.
Ini mungkin dikarenakan ada beberapa tambahan gambar mulai halaman 129 yang tertulis gambar 1, gambar 2, berulang beberapa kali, lalu muncul gambar 1, gambar 2, gambar 3. Cukup lumayan membingungkan bagi para penikmat buku.
Buku yang layak dibaca oleh para pengamat kuliner dan foodblogger; penikmat kisah sejarah dan
sosiologi; pengusaha kuliner; serta mereka penikmat teh.
Laura C. Martin, lahir pada 12 Juni 1952, merupakan seorang sarjana botani yang menggemari teh. Kecintaan pada minuman teh mendorongnya membuat buku ini. Saat ini ia tinggal di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
Sejak tahun 1980, sudah sekitar 20 karya yang dihasilkannya. Antara lain; Tea: The Drink that Changed the World; The Japanese Tea Ceremony: Cha-no-Yu and the Zen Art of Mindfulness: Wildflower Folklore; dan lainnya. Untuk mengenal penulis ini lebih jauh, bisa berkunjung ke laman https://naturebasedblog.com
Laura C. Martin, lahir pada 12 Juni 1952, merupakan seorang sarjana botani yang menggemari teh. Kecintaan pada minuman teh mendorongnya membuat buku ini. Saat ini ia tinggal di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
Sejak tahun 1980, sudah sekitar 20 karya yang dihasilkannya. Antara lain; Tea: The Drink that Changed the World; The Japanese Tea Ceremony: Cha-no-Yu and the Zen Art of Mindfulness: Wildflower Folklore; dan lainnya. Untuk mengenal penulis ini lebih jauh, bisa berkunjung ke laman https://naturebasedblog.com
Seperti yang diungkapkan oleh C.S Lewis,
"Teh harus diminum dalam kesendirian".Saya mulai pagi ini dengan menikmati secangkir teh hangat, mumpung belum ramai kantor.
Waaah, koleksi tehnya banyak banget Mbak. Saya jadi pengen baca buku ini dan minum teh juga :)
BalasHapusWkwkwk iyah nih suka nyobain aneka teh terus sayang buang dusnya
BalasHapusIf you're trying to lose fat then you absolutely have to start following this totally brand new custom keto meal plan diet.
BalasHapusTo create this keto diet, certified nutritionists, personal trainers, and professional chefs united to develop keto meal plans that are useful, painless, price-efficient, and satisfying.
From their first launch in 2019, hundreds of people have already transformed their body and well-being with the benefits a smart keto meal plan diet can give.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-proven ones provided by the keto meal plan diet.