Judul asli: Rijsttafel: Jelajah Budaya Kuliner Di Tanah Air Masa Kolonial 1870-1942
Penulis: Fadly Rahman
Editor: Cici Hardjono & Wikan Retna
Tata letak isi: Mulyono
Desain sampul: Suprianto
ISBN: 9786020336039
Halaman: 151
Ceatakan Pertama-2016
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga:Rp 50.000
Rating: 3.5/5
Toen wij repatrieerden
uit de gordel van smaragd
Dat Nederland zo koud
was hadden wij toch nooit gedacht
Maar ‘t ergste was ‘t
eten. Nog erger dan op reis
Aardapp’len, vlees en
groenten en suiker op de rijst
(Chorus)
Geef mij maar nasi
goreng met een gebakken e
Wat sambal en wat
kroepoek en een goed glas bier erbij
Geef mij maar nasi
goreng met een gebakken ei
Wat sambal en wat
kroepoek en een goed glas bier erbij
Geen lontong, sate
babi, en niets smaakt hier pedis
Geen trassi,
sroendeng, bandeng en geen tahoe petis
Kwee lapis, onde-onde,
geen ketella of ba-pao
Geen ketan, geen
goela-djawa, daarom ja, ik zeg nou
(Chorus)
Ik ben nou wel gewend,
ja aan die boerenkool met worst
Aan hutspot, pake
klapperstuk, aan mellek voor de dorst
Aan stamppot met
andijwie, aan spruitjes, erwtensoep
Maar ‘t lekkerst toch
is rijst, ja en daarom steeds ik roep
(Geef Mij Maar Nasi
Goreng -Tante Lien)
Urusan perut sudah
menjadi kebutuhan dasar setiap manusia.
Bahkan karena urusan perut tak jarang terjadi keributan dan hal-hal
buruk lainnya. Namun, melalui urusan perut jugalah kerukunan bisa dibina, rasa
kebersamaan dipupuk.
Beruntungnya kita berada di negara dimana aneka bahan-bahan bisa ditemukan dengan mudah
sehingga beragam variasi kuliner bisa
diciptakan. Maka merupakan hal wajar
jika Rendang menjadi masakan terenak di dunia.
Nasi Padang sampai dibuatkan lagu belum lama ini, karena ada yang begitu
kepincut dengan rasanya.
Wieteke van Dort
lebih dikenal dengan panggilan
Tante Lien, seorang Belanda yang lahir dan besar di Surabaya hingga
berusia 14 tahun, membuat lagu dengan judul Geef
Mij Maar Nasi Goreng untuk mengungkapkan betapa lezatnya kuliner di tanah
air. Lagu tersebut mengisahkan tentang orang Belanda yang terbiasa menikmati
kuliner dengan beragam bumbu lalu harus kembali ke Belanda dan tidak bisa
menikmatinya seperti di tanah air. Selain nasi goreng juga disebutkan masakan
lainnya.
Salah satu cara unik terkait urusan perut adalah dengan
mengetahui aneka hal terkait dengan budaya kuliner. Bagaimana asal mula
masakan, bagaimana konsep prasmanan
zaman dahulu, makan mempergunakan tangan sering dilakukan lalu bagaimana
penerapan sendok-garpu di tanah air, merupakan beberapa hal yang menarik untuk
ditelusuri. Salah satu sumber informasi yang tersedia adalah melalui buku Rijsttafel.
Buku ini hanya terdiri dari tiga bab, namun sarat akan
pengetahuan tentang kuliner. Seperti
umumnya buku, dimulai dengan pendahuluan
yang mengisahkan tentang terbentunya sebuah budaya makan. Bagian pertama berisi
uraian mengenai kehidupan sosial budaya di paruh pertama abad ke-19. Termasuk
mengenai hubungan budaya Eropa dan pribumi, kebudayaan Indis serta gambaran
tentang budaya makan. Bagian kedua bisa dikatakan berisi sejarah rijsttafel, menguraikan mengenai
asal-usul serta proses pengenalan. Bagian ketiga, menguraikan mengenai rijsttafel, berupa penyajian, penggunaan
alat makan dan komposisi hidangan Serta bagaimana rijsttafel pada masa kekuasaan kolonial.
Modifikasi dan perpaduan bahan makanan serta etiket makan
antara budaya kuliner pribumi dan Eropa, khususnya Belanda, sejak paruh kedua
abad ke-19 dikenal dengan sebutan rijsttafel.
Secara harafiah, rijst berarti nasi
sementara tafel berarti meja, kiasan
untuk hidangan. Jika dipadukan maka bermakna hidangan nasi. Orang-orang Belanda
menggunakan istilah tersebut untuk menyebut jamuan hidangan Indonesia yang ditata lengkap di
atas meja makan. Bisa juga dikatakan sajian nasi yang dihidangkan secara
spesial. Spesial dalam arti perpaduan budaya makan antara pribumi dan Belanda.
Dengan demikian rijsttafel merupakan cermin adanya keharmonisan budaya dalam
kuliner kita.
Rijsttafel bisa
dikategorikan dalam kemewahan. Bagaimana tidak, untuk menyajikannya saja
dibutuhkan banyak pelayan dikarenakan begutu banyak ragam menu yang disajikan. Belum lagi pemilihan bahan untuk
dimasak, pemanfaatan beraneka ragam
bumbu dalam masakan lokal, sementara
bagi orang Belanda masakan umumnya minim bumbu. Konon butuh beberapa jam untuk
menikmati semua hidangan yang ada. Bukan main!
Penulis beberapa kali mengulang menerangkan apa yang
dimaksud dengan rijsttafel. Misalnya ada di halaman 2, 4, 37. Mungkin
untuk mengingatkan pada pembaca mengenai maknanya. Seharusnya hal tersebut
tidak dilakukan karena menyebabkan pengulang yang tidak perlu.
Saya sibuk mencari perpaduan kuliner apa yang tergolong
dalam rijsttafel. Maksudnya, saya
mengharapkan ada daftar nama panganan yang sudah mengalami rijsttafel. Buku lebih memuat tentang kebudayaan kuliner
bukan kulinernya sendiri. Ada memang
namun tak terlalu banyak. Misalnya Sup (Soep) yang di kalangan orang Belanda
akan disajikan panas sebagai masakan pembuka untuk menghangatkan badan, di
tanah air justru disajikan sebagai sajian sayur. Di daerah Jawa Timur dan Jawa
Tengah mulai dikenal sup kimlo
Tahu Frikadel?
Betul! Ini merupajan jenis makanan yang dibuat dari bahan dasar kentang,
dihalus dan ditambah isi daging giling. Lidah kita yang susah melafalkannya
mengubah menjadi perkedel. Sementara di Jawa Timir dan Jawa Barat menjadi
bergedel. Masakan bercitarasa manis khas Belanda yang mempergunakan bahan
daging ayam atau sapi, Semur (smoor)
diadaptasi sehingga dikenal Smoor Djawa
yang mempergunakan ikan sebagai bahan utama.
Begitu juga dengan bistik (biefstuk)
yang dijadikan sebagai makanan pendamping nasi. Di kalangan orang Belanda
justru dimakan dengan kentang, kacang polong dan wortel. Sepertinya Salat Solo
juga terinspirasi dari masakan ini.
Meski banyak masakan kita yang cocok dengan lidah orang
Belanda, ada masakan favorit orang-orang Belanda yang ternyata cukup mudah membuatnya. Yaitu pisang goreng,
serundeng, kacang goreng dan telur mata sapi. Bahkan mereka memakannya bersama
nasi. Unik juga ternyata.
Pada Catatan Akhir yang berisikan penjelasan mengenai
beberapa hal yang dirasa perlu dijelaskan lebh lanjut, saya menemukan banyak
informasi tidak saja seputar kuliner namun juga hal lain. Misalnya mengenai etimologi kata jongos, kebiasaan makan di luar rumah
yang memunculkan rumah makan atau restoran, arti kata restoran sesungguhnya,
penerapan pemakaian sepatu bagi pelajar di STOVIA dan masih banyak lagi. Saya
merasa banyak hal yang belum saya ketahui, sungguh mengejutkan. Setelah membaca
buku ini pengetahuan saya lumayan bertambah.
Sementara pada Lampiran, saya menemukan bahan-bahan memasak,
jenis makanan dan buah yang diterjemahkan dari istilah Melayu ke bahasa
Belanda. Terdapat pula contoh ragam komposisi hidangan serta menu yang bisa
dipilih untuk disajikan di rumah maupun restoran. Terakhir sejenis resep
membuat sambal dengan memadukan antara bahan tradisional dengan bahan instan.
Seiring waktu, banyak nyonya Belanda yang ikut suami ke
perkebunan. Karena banyak nyonya Belanda yang belum bisa memanfaatkan
bahan-bahan lokal maka sebuah perusahaan jeli melihat peluang bisnis dengan
membuat semacam bumbu dasar. Selanjutnya tinngal menambah racikan sesuai dengan
masakannya yang akan dibuat. Ternyata bumbu instan sudah ada sejak dahulu. Bagi
saya yang kurang (baiklah, tidak bisa masak) tentunya sangat memanfaatkan bumbu
instan ini. Biasanya tersedia dalam beberapa jenis dasar bumbu.
Penulis menyebutkan bahwa isi buku ini semula adalah skripsi
untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Sejarah di Univeristas
Padjajaran. Patut diberikan acungan jempol. Memilih topik yang menurut saya
unik, merupakan tantangan tersendiri
dalam membuat skripsi. Selain untuk memperoleh gelar sarjana, buku ini jelas
membantu pembaca untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kehidupan sosial pada
abad sembilan belas, terutama mengenai urusan kuliner.
Untuk urusan kover, sungguh cocok dengan pembahasan. Gambar
aktivitas di meja makan sangat mencerminkan urusan kuliner. Ditambah dengan
sosok yang duduk menikmati hidangan di meja serta beberapa pelayan yang sibuk
melayani. Warna serta desain membuat saya jadi teringat pada buku-buku buluk milik keluarga dan
kantor yang sering saya lihat. Pas.
Sayangnya sisi kover yang ditekuk ke dalam hanya
dimanfaatkan sebagai pembatas buku semata. padahal bisa dijadikan tempat untuk
memberikan tambahan informasi terkait buku. Atau untuk memperkenalkan sosok
penulis.
Topik sejarah seperti ini sepertinya cocok dengan saya.
Jadi tertarik membaca buku selanjutnya.
Sementara itu, hayuh nyanyi dulu....
POKERPAIR88.ME : Situs Judi Poker Online Terbaik & Terpercaya di Indonesia yang menawarkan 6 permainan di dalam 1 ID game : Poker Online, Live Poker, Domino Qiu-Qiu, Bandar Ceme, Ceme Keliling, Capsa Susun. Minimal Deposit dan Withdraw hanya 10 ribu. Proses Depo dan WD super cepat. Cara Daftar : Kunjungi Situs Pokerpair88.me => Pilih Menu Daftar => Isi Data-Data yang diperlukan. Untuk Informasi lebih lanjut silahkan hubungi CS melalui Live Chat atau via BBM : 7B1D03C3 , Line : pairbet
BalasHapusBOCA88.COM : Situs Judi Bola dan Casino Online Terpercaya di Indonesia yang menyediakan permainan seperti : Judi Bola (Sportsbook), Casino Online (Baccarat, Roulette, Sicbo & Rolling Ball), Keno, Sabung Ayam (Cock Fight) dan 3D Game. Minimal Deposit dan Withdraw 10 ribu. Proses Depo dan WD super cepat. Cara Daftar : Kunjungi Situs www.boca88.com => Pilih Menu Daftar => Isi Data-Data yang diperlukan. Untuk Informasi lebih lanjut silahkan hubungi CS melalui Live Chat atau BBM : D3CC11C5 , Line : Gaple28 , WA : 081267595721
PUTRITOTO.COM : Situs Judi togel online Terpercaya di Indonesia dengan 6 Pasaran Resmi : Togel Singapura , Hongkong , Thailand , Sidney , Szechuan , dan Jayapura . Dengan Minimal Deposit Rp 20.000,- dan Minimal Pasang Rp 1.000,- , Dapatkan potongan penuh 2d : 28% , 3d : 59% , 4d : 66% dan kemenangan maximal 2d : 70x , 3d : 400x , 4d : 3000x . Cara Daftar : Kunjungi Situs Putritoto.com => Pilih Menu Daftar => Isi Data-Data yang diperlukan. Untuk Informasi lebih lanjut silahkan hubungi CS melalui Live Chat atau BBM : 7B7A74A7 , Line : putritoto , WA : +855962184158