Judul asli: Gita Cinta dari SMA
Penulis: Eddy D. Iskandar
Halaman: -
Penerbit Gaya Populer Press
Dua Sejoli Menjalin Cinta
Cinta Bersemi Dari Sma
Galih Dan Ratna Mengikat Janji
Janji Setia Setia Abadi
Reff;
Oh Galih... Oh Ratna...
Cintamu Abadi
Wahai Galih... Duhai Ratna...
Tiada Petaka Merenggut Kasihmu
Ciptaan Guruh Soekarnoputra dan dipopulerkan oleh Chrisye dalam album Puspa Indah Taman Hati
http://www.lirikdanlagu.com/song12_123_564.html
Buku tipis ini tergeletak diantara buku-buku koleksi saya. Nyaris terlupakan jika kemarin selama liburan saya tidak sibuk membereskan rak buku yang cukup tinggi dan melebar ke samping. Kondisinya masih lumayan sekitar 90% terawat, meski bagian punggung buku sudah rusak pada beberapa bagian. Maklumlah buku ini merupakan cetakan keempat tahun 1980, sudah banyak tangan yang memegangnya.
Mungkin saya menemukannya di kios buku bekas saat berburu buku. Nama pengarang dan judulnya yang tidak asing jelas menggoda mata. Jumlah halaman yang kurang tidak membuat saya menyisihkan buku ini. Biarlah buku ini berada diantara buku-buku lainnya.
Gita Cinta dari SMA berkisah tentang perjalanan cinta antara sepasang remaja. Sang gadis bernama Ratna merupakan murid baru di kelas dua sos satu. Sejak awal masuk sekolah, sudah sering ia dengar bisik-bisik kekaguman dari murid pria. Kecuali dari satu orang yang duduk di paling belakang, Galih Rakasiwi. Ia bahkan seakan tidak mau tahu.
Setiap pulang sekolah Nana, panggilan akrab Ratna menjadi rebutan murid-murid pria yang ingin mengantarnya pulang. Beberapa diterima karena rasa kasihan sudah berulang kali mengajak pulang bersama. Sebenarnya ada satu yang diharapkan mengajukan diri mengantarnya pulang, Galih. Tapi Galih seakan jual mahal, pulang sendiri dengan mengayuh sepedanya, acuh terhadap Nana.
Nana yang selama ini dipuja merasa tertantang untuk bisa memenangkan hati Galih. Begitulah hidup. Nana yang bisa mendapatkan pacar tampan dan berkantong tebal serta siap mengantarnya pulang sekolah dengan kendaraan bermotor justru jatuh hati pada sosok rendah diri Galih yang setia dengan sepeda genjotnya atau berjalan kaki.
Selanjutnya bisa ditebak, Galih dan Nana memang saling suka. Keduanya menjadi pasangan terfavorit dari kelas dua sos satu, yang sekarang menjadi kelas tiga sos satu. Kisah perjalanan percintaan mereka tidaklah semulus jalan tol, ada saja gangguan dari murid pria lain yang merasa kesal karena justru Nana menaruh hatinya pada Galih.
Namun halangan terbesar justru datang dari ayah Nana. Baginya sosok Galih jauh dari kriteria yang layak memacari putrinya. Galih hanya sosok bersahaja biasa, berbeda dengan calon yang diajukan oleh sang ayah, mahasiswa Gajah Mada.
Keduanya tetap menjalan kasih secara sembunyi-sembunyi degan bantuan dari mereka yang bersimpati pada nasib percintaan keduanya sambil berharap suatu saat hubungan mereka direstui.
Apa mau dikata, pada akhirnya mereka harus berpisah karena Nana akan melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. Saat itu komunikasi belum semudah sekarang. Hubungan jarak jauh merupakan hal yang tak terbayangkan. Berpisah merupakan hal terbaik bagi keduanya saat itu. Salah satu kisah dimana akhirnya tidak bahagia, sepertinya.
Kisah percintaan keduanya begitu sederhana, tidak neko-neko namun disanalah kekuatan kisah ini. Upaya Nana untuk mengambil hati Galih begitu apa adanya. Sementara Galih yang terus meredam rasa begitu piawai menyembunyikan perasaan sehingga tak ada yang tahu. Mereka yang semula bersaing memenangkan hati Nana, menerima kekalahan dengan lapang dada, sementara yang tidak mau tak mau harus ikut menerima jika tidak ingin berurusan dengan teman-temannya sendiri.
Seperti Christian yang mengirim utusan untuk menghajar Galih sepulangnya mengantar Nana dari menghadiri acara perpisahan kelas tiga. Untungnya Galih selamat bahkan berhasil menahan salah satu pemukulnya yang mengakui bahwa perbuatannya dilakukan atas suruhan Christian. Teman-teman sekelas Galih yang kebetulan bertemu sudah membulatkan tekat untuk memaksa Christian meminta maaf esok jika tidak ingin berurusan dengan yang lain serta bagian keamanan. Persaingan yang tidk sehat menurut mereka.
Adegan Nana mengelap keringat Galih yang bercucuran karena membetulkan rantai sepedanya yang lepas terkesan romantis bagi pembaca. Meski saya sedikit bertanya-tanya sungguh luar biasa sosok Nana. Disuatu saat ia digambarkan sebagai anak penurut tidak membantah sama sekali terhadap orang tuanya, dilain waktu digambarkan kenekatannya menarik perhatian Galih.
Nana dengan santainya menunjukan rasa penasarannya akan sikap acuh Galih. Mulai dari meminjam buku untuk mencatat Daftar Pelajaran, memaksa meminjamkan sapungan untuk mengelap peluh, hingga membersihkan keringat dengan sapu tangannya. Belum lagi kenekatan minta digonceng sepeda, menolak ajakan dansa dan hanya mau berdansa dengan Galih saat pesta kelas serta keinginannya memegang lengan Galih saat diantar pulang. Sepertinya untuk ukuran seorang gadis pada tahun 1980 hal tersebut bisa dikategorikan nekat. Atau apakah saya saja yang terlalu kolot yaa.
Galih sebenarnya anak yang pandai, terbukti kesuksesannya menjadi bintang pelajar. Hanya saja latar belakang keluarganya yang kurang mampu membuatnya sedikit rendah diri. Apa lagi melihat saingan yang mendekati Nana bukanlah orang sembarangan membuatnya makin berkecil hati.
Urusan strata sosial masih cukup ketara dalam kisah ini. Maklumlah saat itu kondisi belum seperti sekarang. Perbedaan dalam hal pendidikan, kemapanan bahkan suku menjadi hal yang dipertimbangkan dalam urusan cinta, melebihi bagaimana hati kedua insan yang bercinta itu sendiri.
Samar saya masih ingat menonton tayangan film ini di TVRI. Setelah sukses di bioskop, film ini di putar di TVRI. Pada tahun 1979 f ilm ini merupakan film terlaris III di Jakarta dengan jumlah penonton 162.050 orang, (menurut data Perfin).
Dalam Wikipedia disebutkan bahwa film ini bercerita tentang kisah cinta dua pelajar SMA yaitu Galih (Rano Karno) dan Ratna (Yessi Gusman). Keduanya adalah bintang kelas, baik dalam pelajaran, olah raga maupun sopan santun. Bisa dibilang keduanya adalah pelajar teladan. Sayang cinta mereka tidak kesampaian karena ayah Ratna yang beretnis Jawa tidak menyetujui hubungan anaknya dengan Galih yang berasal dari Sunda. Ia telah menjodohkan Ratna dengan seorang mahasiswa yang sedang berkuliah di Universitas Gajah Mada. Dengan segala macam paksaan, cinta mereka diputuskan. Akan tetapi berkat bantuan kakak Ratna dan teman-teman sekelasnya, mereka secara diam-diam selalu bertemu. Pada malam perpisahan, pihak sekolah mengumumkan bahwa Galih dan Ratna menjadi siswa-siswi terbaik. Cinta mereka harus berpisah karena Ratna melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. (http://id.wikipedia.org/wiki/Gita_Cinta_dari_SMA)
Pada akhirnya kisahnya memang berakhir bahagia.
Bagaimana Galih menghabiskan waktunya saat kuliah, bagaimana kelanjutan rumah tangga Nana dan bagaimana kasih keduanya dilanjutkan dalam film Puspa Indah Taman Hati.
Mengekor kesuksesan film, Karno`s Film membuat versi senetron sebanyak 13 episode dengan G.R.M Paundrakarna Sukmaputra Jiwanegara, dikenal dengan nama Paundra sebagai Galih dan Ratna Galih Primakusuma sebagai Ratna. Kesamaan nama yang membuat ia dipilih selain kemampuan aktingnya tentunya. Keunikan nama itu ternyata merupakan wujud kesukaan kedua orangnya pada film Gita Cinta dari SMA versi Rano Karno dan Yessi Gusman. Paundra terpilih karena berwajah sangat Indonesia. Rano Karno juga ikut berperan menjadi ayah Galih. Pada prinsipnya versi sinetron tidak berbeda jauh dengan versi layar lebar dan buku. Hanya latar belakangnya mengambil suasana Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar.
Cinta memang unik.
Sumber Gambar:
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gita_Cinta_dari_SMA.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar