ISBN: 9786237543015
Halaman: 92
Cetakan: Pertama-2019
Penerbit: Penerbit Kakatua
Harga: Rp 50.000
Rating: 3.25/5
"Tuanku yang baik, ada satu hal yang harus saya sampaikan pada Anda. Yaitu bahwa karya lukisan saya tak bisa dilihat oleh mereka yang derajatnya rendah," kata Eulensoiegel.
-hal 24-
Buku setebal 92 halaman ini berisikan kisah tentang Till Eulenspiegel, tokoh jenaka yang berasal dari cerita rakyat menengah Jerman. Kumpulan kisahnya diterbitkan dalam bentuk Chapbook-buklet kecil yang dilapisi kertas, tahun 1515. Di Inggris ia dikenal dengan nama Owlglass.
Penampilan Eulenspiegel pada kover depan, menggunakan topi dengan lonceng pada ujungnya, menyerupai pelawak atau badut istana. Hal ini bisa kita anggap sebagai tanda bahwa ia adalah orang yang tak bisa serius dan memiliki banyak akal.
Terdapat lebih dari 20 kisah dalam buku ini. Mulai dari peristiwa kelahirannya, masa remaja hingga, petualangannya saat dewasa. Judul kisah yang ada juga tak kalah unik. Misalnya, seluruh judul mempergunakan awalan kata Bagaimana.
Ada judul Bagaimana Semua Penduduk Dusun, Pria Maupun wanita, Mengeluhkan Perilaku Si Kecil Eulenspiegel; Bagaimana Eulenspiegel Menjadi Dokter Gigi dan Dokter Umum; Bagaimana Eulenspiegel Menanam Benih Berandal; dan Bagaimana Eulenspiegel Menakuti Seorang Pemilik Losmen di Eulenspiegel. Serta yang kisah yang paling terkenal Bagaimana Eulenspiegel Mengajar Seekor Keledai untuk Membaca.
Kisah Bagaimana Eulenspiegel Melukis untuk Count Hessen dan Meyakinkan bahwa Lukisan itu Tidak Bisa dilihat oleh Orang Berderajat Rendah, membuat saya teringat akan kisah Pakaian Baru Raja dari Hans Christian Andersen.
Kedua kisah menyebutkan bahwa hanya orang-orang tertentu yang mampu melihat kasil karya mereka. Dalam kisah Eulenspiegel, karya yang dimaksud adalah lukisan asal-usul para bangsawan Hessen dan permusuhan mereka dengan para raja Hunggaria hingga pangeran saat ini di dinding grand saloon istana seorang bangsawan.
Hanya mereka yang memiliki derajat tinggi yang bisa melihat lukisan tersebut. Seorang bangsawan yang agak terbelakang, berkata dengan jujur bahwa ia tidak melihat apa-apa. Akibatnya ia dianggap memiliki derajat rendah.
Sedangkan pada kisah Pakaian Baru Raja, 2 orang tukang jahit yang menjajikan pakaian baru bagi raja, tapi hanya orang tertentu yang bisa melihat pakaian tersebut. Ketika raja memamerkan pakaian baru dengan pawai, seluruh penduduk negeri berbohong dengan memuji keindahan pakaian raja agar tidak dikira orang bodoh. Hanya seorang anak kecil yang menyebutkan bahwa ia tidak mempergunakan apa-apa.
Pada Bagaimana Eulenspiegel Membikin Petugas Jaga Kota Nurenberg Jatuh ke Sungai, bagian yang mengisahkan bagaimana petugas jaga kota jatuh ke sungai karena akal bulus Eulenspiegel, hanyalah sedikit. Yang banyak justru bagaimana Eulenspiegel bisa berada di kota tersebut.
Semula Eulenspiegel mengaku sebagai seorang pendeta yang sedang mengumpulkan sumbangan bagi pembangunan gereja utnuk menghormati St. Brandonis. Ia memanfaatkan upaya orang untuk menutupi perbuatan maksiat dengan menyumbang uang.
Eulenspiegel berkata, siapa yang gemar bermakisat tidak akan mendapat berkah. Mereka yang ingin terlihat tidak memiliki dosa, berlomba memberikan sumbangan. Kembali, pundi-pundi uang Eulenspiegel terisi penuh.
Satu hal yang pasti, jika menyampaikan sesuatu pada Eulenspiegel haruslah spesifik, jika tidak, ia akan mempergunakannya untuk berbuat hal konyol.
Contohnya, ketika ada yang berkata "Kau lihat kan, jendela-jendelanya yang rendah menghadap jalan? Masuklah sana, nanti aku menyusul!" maka Eulenspiegel masuk dengan cara menjebol kaca jendela. Padahal yang dimaksud adalah agar Eulenspiegel masuk ke rumah yang memiliki jendela rendah, bukan masuk melalui jendela.
Walau setiap kisah hanya terdiri dari sedikit halaman, secara keseluruhan cerita dalam buku ini membuat tertawa. Tapi, ada juga yang membuat kesal akibat membaca akal bulus Eulenspiegel. Begitulah.
Kalimat, "Tapi dalam petualangan berikut, yang akan sampaikan, ia tidak bisa disalahkan, karena korban tingkah usilnya tak lebih baik dibanding Eulenspiegel, dan sama sekali tak layak mendapatkan simpati kita," pada halaman 11 membuat saya merenung.
Apakah benar kita bisa bertindak usil pada orang yang juga suka usil, atau orang yang (dianggap) suka bertingkah tidak benar? Apakah melakukan hal tidak benar menjadi dibenarkan jika melihat siapa korbannya? Rasanya tidak pas saja, menurut saya.
Mungkin, tanpa kita sadari di sekitar kita saat ini juga ada orang-orang yang memiliki sifat seperti Eulenspiegel, maka kita perlu waspada. Tentunya tidak disarankan untuk berbuat hal yang seperti yang mereka lakukan, karena itu membuat kita menjadi tak berbeda dengan mereka.
Menghibur. Semoga yang membaca cukup bijaksana untuk menjadikan isi buku ini sekedar hiburan, dan tidak terinspirasi untuk melakukan kekonyolan yang sama.