Penulis: R.F Kuang
Alih bahasa: Poppy D. Chusfani
Editor: Dini Pandia
ISBN: 9786020672793
Hal: 336
Cetakan: Pertama-2023
Harga: Rp 119.000
Rating: 5/5
Tetapi, sekarang aku tahu bahwa usaha penulis sama sekali tidak berhubungan dengan keberhasilan buku. Buku-buku bestseller dipilih. Segala hal yang kita lakukan tidaklah berarti. Kita cuma perlu menikmati perjalanannya.
-Yellowface, hal 84-
Ide merupakan hal yang paling berharga, tak jarang ide muncul dari hal yang terduga. Beberapa penulis mengaku terinspirasi dari suatu kisah kemudian mengembangkannya menjadi kisah yang lain.
Misalnya Serial Aru Shah sering juga disebut Kuintet Pandawa yang merupakan proyek dari Rick Riordon. Seri tersebut bukan retelling kisah Mahabharata, hanya terinspirasi dari kisah para Pandawa, Kemudian kisah Tutur Dedes: Doa dan Kutukan dari Amalia Yunus yang terinspirasi dari Pararaton.
Masalahnya, jika seseorang mengubah ide cerita orang lain yang masih mentah menjadi sebuah kisah yang menarik lengkap dengan data hasil riset yang mumpuni, kemudian mengakui sebagai karyanya, apakah ia bisa dikatakan sebagai plagiator?
Athena Ling En Liu dan June Hayward merupakan dua teman sesama penulis. Sahabat, sepertinya bukan kata yang tepat. Mereka memang menghabiskan waktu bersama, namun tak pernah membahas masalah pribadi. Walau ada suatu masa ketika June menceritakan kegelisahannya akibat pesta liar pada Athena.
Suatu hari keduanya menghabiskan malam di bar hingga mabuk, dan memutuskan meneruskan minum-minum di apartemen Athena. Suasana riang pada esok paginya berubah menjadi menakutkan karena suatu peristiwa yang tak terduga. June menghubungi 911, sayangnya ambulans yang dikirim ke sana tak berguna. Athena sudah meninggal.
Dalam kondisi baru sadar dari semalaman mabuk dan ketakutan karena menyaksikan langsung kematian Athena, entah bagaimana June ternyata membawa manuskrip yang sempat diperlihatkan Athena pada malam naas itu. Menurut Athena, belum ada yang pernah melihat manuskrip tersebut.
Mulanya Jane sekedar iseng mengisi bagian-bagian yang bolong dari karya Athena, sekedar sebagai bahan latihan menulis. Belakangan ia menjadi terobsesi untuk menuntaskannya menjadi sebuah karya atas namanya.
Berbagai riset literatur dilakukan Jane hingga manuskrip yang diberi judul The Front menjadi sebuah karya utuh dan siap dikirim ke agennya. Ia bahkan sempat belajar bahasa China sekedar memastikan istilah yang digunakan oleh Athena sudah benar.
Bisa ditebak, kisah tersebut sukses, laris manis menjadi rebutan penerbit besar. June menjadi populer dan banyak mendapat undangan untuk memberikan pelatihan dan membahas bukunya. Ada kemungkinan bukunya akan diangkat ke layar lebar.
Kepopuleran ibarat mata pisau, ada yang memuja dan ada yang menghujat. Pembaca karya June banyak yang tak bisa menerima jika kisah tentang kontribusi dan pengalaman Korps Buruh China pada Perang Dunia I justru ditulis oleh seorang wanita kulit putih yang dianggap sama sekali tak tahu perihal kehidupan warga Asia-Amerika.Ternyata urusan rasis juga sampai ke rana literasi.
Membaca membuat kita berada dalam di posisi orang lain. Literatur membangun jembatan membuat dunia kita semakin luas, bukan mempersempitnya.
-hal 116-
Banyak pembaca yang mempertanyakan kedekatan June dan Athena, ada juga yang membandingkan karya keduanya, walau June sudah menyebutkan berulang kali Athena sebagai sumber inspirasinya guna menghindari berbagai pertanyaan lebih lanjut.
Segala upaya untuk lepas dari bayang-bayang Athena telah dilakukan oleh June. Athena selalu menampilkan ciri eksentrik, sulit ditangkap, dan terpelajar. Athena merupakan Asia-Amerika. Sedangkan Jane memilih gaya komersial dan memukau, namun tetap berupa karya sastra yang indah.
June berusaha mengabaikan semua kritik pedas, perundungan, bahkan ancaman yang ia terima. Hingga suatu saat, ia melihat ada seseorang yang memberikan bintang satu di Goodreads. Memang hak seseorang untuk memberikan bintang, hanya saja pemberi bintang kali ini ternyata terkait dengan penerbit buku June. Hal yang dianggap tidak profesional dalam oleh pihak penerbitan.
Terpenting, bagi June adalah menjaga agar tidak ada seorang pun yang tahu bahwa The Front semula adalah manuskrip awal karya Athena, ia mengolah dan melengkapinya hingga menjadi utuh.
Seiring waktu, June menemukan banyak hal yang mengejutkan tentang Athena. Ternyata ia tidak sepolos yang diduga orang. Karyanya ada yang bukan ide orisinil, melainkan kisah orang-orang yang ia kenal. Termasuk kisah June yang seharusnya dirahasiakan! |
https://www.goodreads.com/book/show 59357120-yellowface?ac=1&from_search=true& qid=5KaDj2mZiC&rank=1 |
Jadi, apakah rahasia June terungkap? Bagaimana ia bisa menjalani kehidupan dalam bayang-bayang Athena? Bagaimana tanggapan pembaca buku-bukunya terhadap tuduhan dia plagiator? Dibaca yaaa ^_^.
Semula saya mengira ini adalah buku yang bisa dibaca dengan santai, sambil tiduran dan menikmati segelas teh hangat. Tentang seorang penulis yang mencuri manuskrip penulis lain dan sibuk menjaga rahasia tersebut disamping menikmati ketenaran yang ada. Ketika buku ini tiba, sambil menunggu efek obat flu bekerja, atur posisi untuk membaca.
Astaga! Saya salah telak! Buku ini menawarkan kisah yang lebih dalam tentang dunia penulisan dan penerbitan. Bagaimana perlakuan dan hubungan penerbit pada penulis, upaya penulis untuk menerbitkan karya, dan pengaruh sosial media pada sebuah karya.
Ternyata, topik yang menjadi pilihan penulis juga ternyata sering dijadikan bahan untuk perundungan. Selama ini saya mengira yang menjadi bahan perundungan hanyalah cara menulis saja, bukan sampai topik tulisan yang dianggap hanya boleh ditulis oleh orang tertentu.
Pada bagian awal, pembaca akan disuguhi berbagai hal tentang kehidupan June. Mulai dari ia berusaha menerbitkan buku kedua hingga menerima berbagai keuntungan dari karya Athena yang ia kembangkan (saya menyebutkan begitu). Baru pada bab kesebelas aneka keriuhan berlangsung.
Dampak media sosial dijelaskan dengan terinci dalam buku ini. Bagaimana twitter bisa membuat seorang penulis menjadi terkenal dalam waktu singkat. Namun juga menjadi ajang perundungan tanpa ampun. Padahal seharusnya kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang bermanfaat.
Tak hanya June, bahkan Athena yang sudah lebih dulu terkenal merasakan dampak twitter yang luar biasa dalam kehidupan. Penulis senior menyarankan pada June untuk tidak mengambil pusing dan mengabaikan semua komentar. Bahkan jika perlu non aktifkan akun media sosial, dan konsentrasi pada proyek selanjutnya.
R. F. Kuang bahkan menyebutkan bahwa di sanalah dunia tempat sosial ekonomi perbukuan berada, dikarenakan industri tersebut tidak punya alternatif. Bahkan reputasi bisa dibangun dan dihancurkan secara terus-menerus dengan mudah.
Selama ini ternyata saya hanya tahu sedikit tentang dunia penerbitan. Buku ini memberikan tambahan ilmu. Misalnya saja tentang pembaca sensitif yang ada di halaman 72. Disebutkan bahwa pembaca sensitif adalah pembaca yang dibayar untuk menjadi konsultan kultural pada manuskrip. Entah apakah ada yang seperti ini di Indonesia.
Menemukan berbagai kata unik seperti "anjay", "girang parah", "ngiler" saya tak bisa membayangkan bagaimana Mbak Poppy memilih kata-kata tersebut untuk mengartikan kata aslinya.
Kata Yellowface yang menjadi judul buku ini menurut dictionary.cambridge adalah the practice of white actors changing their appearance with make-up in order to play East Asian characters in films, plays, etc.:
Sementara https://www.dictionary.com, mengartikan sebagai facial makeup used by a white, non-Asian actor or entertainer when portraying an East Asian.
Julukan ini diberikan kepada June yang dianggap mengubah citra dirinya menjadi Asia-Eropa demi kesuksesan bukunya. Apalagi ia sampai mengubah namanya menjadi Juniper Song agar terlihat memiliki kesesuaian dengan karyanya.
Pertama kali melihat kover buku ini, langsung teringat para putri berkulit tidak putih dalam poster Disney. Seperti Mulan, Jasmine dan Pocahontas. Bagian mata, membuat teringat pada Rin, tokoh utama dalam trilogi The Poppy War.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh mereka yang tertarik dengan dunia penerbitan, baik menjadi penulis atau pekerja di dunia penerbitan (editor, bagian marketing, humas, dan lainnya). Agar bisa mendapat gambaran mengenai bagaimana dunia penerbitan bekerja. Mungkin yang ada dalam buku ini berbeda dengan yang terjadi di Indonesia tapi setidaknya bisa menjadi tambahan informasi.
Demikian juga bagi mereka yang ingin menjadi penulis. Tidak cukup hanya mampu menghasilkan karya baik saja untuk menjadi penulis terkenal. Ada banyak invisible hand yang harus diperhatikan.
Saya jadi teringat seorang penulis muda yang karyanya luar biasa. Ia memilih rehat untuk sementara karena merasa tak mendapatkan apa yang ia harapkan dari dunia penerbit. Padahal karyanya telah memenangkan lomba bergengsi. Mungkin, dia tak sendiri.
Secara keseluruhan, buku ini sukses membuat saya memandang penerbitan dari perspektif yang berbeda. Itu juga yang membuat saya hanya melihat rating di Goodread dan tidak membaca reviu orang lain sebelum membeli sebuah buku.
Rating yang ada juga hanya sebagai bahan pertimbangan, bukan untuk keputusan final membeli buku. Karena banyak hal yang bisa membuat sebuah buku memiliki rating spesial. Sementara reviu, sifatnya subyektif dari sisi pembaca.
Meski tetap mampu membuat pembaca terpesona, dibandingkan dengan karya sebelumnya, buku ini memainkan emosi pembaca dengan cara yang berbeda. Saya nyaris merasa kasihan dengan beberapa tokoh dalam buku ini. Menjadi penulis tidaklah mudah.
Jadi, apakah yang dilakukan June merupakan tindakan plagiat? Saya jadi membandingkan dengan apa yang dilakukan oleh ghost writer. Beberapa yang saya kenal, membuat tulisan dengan mengikuti arahan dari pemilik ide. Umumnya untuk autobiografi.
Namanya tercantum sebagai editor atau penulis kedua. Tapi ada juga yang tidak. Apakah mereka seperti June? Hem... Bedanya June tidak mengakui bahwa karyanya merupakan ide awal Athena.
Kembali, semua tergantung pada persepsi pembaca masing-masing saja.
Sumber gambar:
https://www.goodreads.com
Buku Yellowface
Tidak ada komentar:
Posting Komentar