Penulis: Poppy D. Chusfani
Editor: Vania Adinda
ISBN: 9786020669434
Halaman: 168
Editor: Vania Adinda
ISBN: 9786020669434
Halaman: 168
Cetakan: Pertama- April 2023
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 69.000
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 69.000
Rating: 3.5/5
Dari arah pantai, kabut putih bergulung-gulung merambah bukit, memecah kegelapan malam, dan kini sudah mencapai separuh perjalanan ke vila. Namun, kali ini dari setiap gumpalan kabut mencuat lengan-lengan asap putih yang merayap pada tanah lembab seraya menggerapai menjijikkan. Jemari mereka menggelepar dan menerjang mencari-cari mangsa. Tangan-tangan gaib tersebut mengelus dan melilit setiap ranting pohon yang dilaluinya,
-Kondensasi, hal 98-
Aislin, tokoh dalam kisah ini, bukan gadis biasa. Ia bisa merasakan emosi yang timbul dari orang lain. Untung menjaga kewarasan dirinya, Aislin harus menjaga jarak dengan orang lain. Tak sedikit orang yang menganggapnya sombong karena jarang mau bergaul atau hadir dalam suatu acara. Bukannya ia sombong. Andai mereka tahu yang sesungguhnya.
Pekerjaan yang ia pilih juga membuatnya tak perlu berinteraksi dengan banyak orang. Terbayang betapa kesalnya ia ketika mendadak harus mengerjakan tugas menulis naskah untuk rumah produksi yang mengontraknya di sebuah pulau, bersama empat orang lain. Rekannya dan asisten, asisten Aislin, serta seorang aktor yang dianggap manja.
Artinya selama sekian hari penuh ia akan berinteraksi dengan orang lain. Sungguh melelahkan, ditambah dengan kewajiban harus menyelesaikan naskah. Aislin harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kewarasannya.
Semua suasana bisa-biasa saja, hingga suatu saat muncul aneka kejadian aneh menimpa mereka. Mulai dari suara derit nyaring, badai yang mengamuk, daratan yang seakan hilang, warna sekitar yang kian memudar setiap saat, kabut yang tak biasa, jaringan komunikasi yang mendadak terputus. Mereka benar-benar sendiri, terisolir di pulau itu.
Di dalam vila bukan berarti aman. Berbagai kejadian tak lazim juga terjadi, wajahnya yang berubah di cermin, hingga cermin yang mendadak pecah. Bagi beberapa orang, hal itu dianggap sebagai suatu pertanda akan ada kejadian buruk menimpa mereka semua.
"Musibah, musibah, musibah," guman Latika dengan tubuh gemetar.
Mereka yang berada di sana bukan hanya diam saja. Berbagai upaya dilakukan untuk bisa mengirim kabar ke dunia luar. Termasuk menyelidiki apa yang terjadi di sekitar pulau. Semuanya tak berhasil, malah mereka terancam bahaya lebih besar jika berada di luar.
Perlahan, tiap orang tanpa sengaja membuka rahasia kelam yang selama ini ditutupi. Ada yang ternyata adalah simpanan bos yang mengontrak mereka, karyawan yang ingin membalas dendam pada mantan pacar sepupunya yang dianggap telah membuat sepupunya gila, celakanya si mantan pacar juga ada di pulau dan selalu dihinggapi rasa bersalah. Bahkan Airin pun ternyata menutupi kepedihan hatinya selama sekian tahun.
Agar bisa mengatasi ketakutannya, selama berada di sana, Airin selalu ingat pesan papa kandungnya untuk selalu melawan rasa takut yang ia rasakan. Jika tidak, maka segala hal akan menjadi lebih rumit lagi.
"..., kalau kita nggak mampu menguasai ketakutan kita, maka ketakutan itu bakal terwujud."
Jadi, berhasilkah mereka keluar dari pulau itu? Bagaimana bisa telepon genggam mereka tidak bisa berfungsi tapi mesin fax bisa menerima pesan dari papa tiri Airin? Rahasia kelam apa yang disembunyikan Airin hingga membuat ibu dan ayah tirinya merasa selalu was-was? Dibaca saja ya he he he. Dijamin seru.
Ada dua eh tiga alasan utama membeli buku yang semula tidak berada dalam daftar belanjaan saya. Pertama apalagi jika kovernya yang berwarna biru, langsung membuat langkah di antara rak berhenti dan mengamati buku yang dipajang lebih lanjut.
Kedua, nama sang penulis. Sejak lama mengenal Mbak Poppy sebagai penerjemah kisah-kisah fantasi yang luar biasa. Karya J.R.R. Tolkien, Jonathan Stroud, Christopher Paolini, Roald Dahl, dan masih banyak lagi pengarang, membuat terjemahan bermutu meramaikan dunia buku. Dan tentunya karya-karya sendiri yang tak kalah seru!
Ketiga, judul buku yang tak biasa. Kondensasi adalah kata yang jarang saya dengar, apalagi menjadi judul buku. Jadi penasaran dengan Maafkan pengetahuan saya yang kurang banyak. Jadi menambah ilmu dari buku ini ^_^.
Pada sebuah laman, disebutkan bahwa kondensasi adalah proses perubahan wujud dari gas ke cair. Proses alamiah ini terjadi karena dua hal, yaitu uap air melewati permukaan yang lebih dingin dan ketika uap air mengalami penekanan atau kompresi. Jadi apa hubungannya kondensasi dengan isi buku ini? Bacalah dan temukan dalam buku ini ^_^.
Selain menambah ilmu, pembaca juga bisa mendapatkan inspirasi bagaimana Aislin selalu menguatkan dirinya untuk selalu bisa menghadapi ketakutan dan kondisi yang kurang nyaman baginya. Ia selalu teringat pesan ayahnya untuk fight, not flight.
Bagaimana para tokoh yang ada dalam kisah ini berusaha untuk berkompromi dengan masa lalunya juga bisa diambil hikmah. Bahwa pada akhirnya, menjadikan masa lalu dan rasa sakit sebagai kekuatan lebih bermanfaat dibandingkan terus berada dalam kenangan yang menyakitkan tanpa berusaha untuk bangkit.
Siapa yang bisa mengira bahwa keanehan dan hal-hal yang menakutkan yang muncul di pulau itu diakibatkan oleh rasa ketakutan dan kepedihan yang dipendam oleh para tokoh. Terutama oleh Aislin. Alam bawah sadar mereka begitu kuat memendam segala rasa. Begitu pemicu yang tepat muncul, mereka semua bagaikan kotak Pandora yang terbuka.
Inspiratif.
Setidaknya saya jadi merasa sudah waktunya saya menghadapi segala ketakutan yang ada dan berkompromi dengan keadaan yang munkin tidak sesuai dengan harapan. Begitulah hidup.
Sumber gambar:
https://www.facebook.com/pdchusfani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar