Ilustrator: Iqbal Asaputro
ISBN: 9786020660691
ISBN: 9786020660691
Halaman: 46
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 55.000
Rating: 3,5/5
Rating: 3,5/5
... dan terakhir yang kuingat, sebelum akhirnya terlelap oleh lelah dan buai bualannya, dia janjikan kepadaku sebuah bungalo yang lebih besar dan megah daripada yang kami tempati sekarang ini, akan dia hiasi dengan bunga-bunga, buku-buku, anggur, dan burung-burung yang pandai berkicau setiap hari.
-Karavansara, hal 22-
Begitu mengetahui buku ini masuk dalam nominasi buku sastra pilihan Tempo, langsung berburu. Sempat curiga melihat harganya, ternyata karena ini adalah novella dengan ketebalan hanya 46 halaman sehingga bisa dijual dengan harga lebih murah. Padahal, jika huruf lebih dperbesar sedikit sehingga lebih nyaman untuk mata (duh selalu itu alasan saya), halamannya bisa bertambah beberapa lembar.
Shirin 16 tahun dan Surin 14 tahun adalah sepasang kakak beradik yatim piatu di Shiraz. Suatu hari mereka tak sengaja bertemu dengan seorang saudagar kaya bernama Tuan Babak. Mengetahui kondisi keduanya yang mengenaskan, Tuan Babak mengajak mereka untuk ikut bersamanya, mereka bahkan dijanjikan akan diurus dengan baik. Sebagai ganti, keduanya bisa membantu pekerjaan Tuan Babak.
Ternyata, perjalanan menuju rumah baru mereka membawa pengaruh dalam kehidupan Surin. Ia melihat sisi lain dari Tuan Babak serta Shazad-tangan kanan Tuan Babak. Dari perjalanan singkat itu, dia mengetahui bahwa sesuatu tidaklah selalu hitam dan putih.
Penasaran mendengar suara-suara dari tenda Tuan Babak ketika berjaga, membuatnya nekat mengintip. Surin terkejut! Sebelum tidur ia mendengar sendiri bagaimana Tuan Babak menolak keinginan Shirin tidur di tendanya dengan alasan ia adalah seorang pria beristri. Tapi ia melihat adegan yang terjadi antara Tuan Babak dan Shazad, ia menjadi bingung. Tak perlu dijabarkan adegan apakah itu ^_^.
https://www.goodreads.com/ book/show/45483428-caravanserai |
Berbagai hal ditanyakan, seperti mengapa ia tak tinggal di harem sebagaimana perempuan lain serta menunggu cinta dan sayang dari pria yang dihormati. Baik Tuan Babak, Shazad, serta Surin tidak menanggapi, hingga Shirin menyinggung usianya yang nyaris 17 tahun.
"Dan kau mau memukar kebebasan langka yang kuberikan padamu untuk sebuah kehidupan harem, anakku?" tanya Tuan Babak."Setidaknya aku setuju tentang cinta dan belas kasih," Shirin berkata lirih.
Sering waktu, aneka peristiwa terjadi atas diri keempat tokoh dalam kisah ini. Shirin yang semula begitu menggebu-gebu mencari cinta sejati, mendadak berubah setelah pernikahannya. Dipikir-pikir, bukan tak mungkin pernikahannya sekedar kedok untuk membuat Surin tak pergi jauh. Sementara Surin sendiri..., begitulah. Baca dalam buku ini saja.
Meski demikian, saya dibuat penasaran bagaimana nasib tokoh, karena pada akhir kisah penulis seakan membuat kisah ini belum tuntas. Bisa saja terjadi sesuatu pada diri Shirin dan Surin, bahkan pada Shazad.
Pembaca seakan dibiarkan berimajinasi, memiliki khayalan masing-masing tentang pada tokoh. Misal, Shirin bertemu dengan kekasih hatinya yang ternyata meninggalkan keluarga dan mencarinya. Atau bisa saja ia menemukan kebahagian baru dari seorang pemuda biasa-biasa saja. Sementara Surin meninggalkan Shirin dan keluarganya, untuk menghabiskan waktu guna berdagang.
Begitulah, karena tidak puas membaca, maka saya hanya memberikan bintang 3,5 bukan 4. Pembaca yang merasakan kenikmatan membaca terganggu alias belum puas membaca secara maksimal, beberapa memberikan rating nanggung (pengalaman curhat beberapa sahabat). Tapi silakan berikan rating sesuka Anda.
Sejak halaman pertama, sudah terasa bahwa ini Kisah 1001 Malam versi Rio, sebuah hikayat yang dikisahkan ulang dengan mengusung sudut pandang kisah yang berbeda. Jika pembaca cermat, pada pojok kanan bawah di sampul belakang, tulisan 21+ bisa menjadi bocoran mengenai kisah ini.
Sekedar mengingatkan, Kisah 1001 malam, merupakan karya sastra dari Timur Tengah yang lahir pada Abad Pertengahan. Dikisahkan seorang ratu bernama Syahrazad dari Wangsa Sasan yang setiap malam mengisahkan berbagai kisah selama 1001 malam kepada suaminya, Raja Syahriar sehingga hukuman mati atas dirinya tertentu.
Kisah yang disampaikan beragam. Tiap malam, Syahrazad mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan, hingga sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati supaya dapat mendengar kelanjutan kisah yang diceritakan Syahrazad.
Hem..., kenapa banyak sekali nama dengan huruf "S" yang terlibat dalam buku ini? Sepasang kakak-adik Shirin dan Surin, kota Shiraz asal keduanya, Shazad sang tangan kanan Tuan Babak, lalu ada Ratu Syahrazad dari Wangsa Sasan dan Raja Syahriar yang kejam dari Kisah 1001 Malam.
Membaca judul buku ini membuat teringat lagu berjudul Caravan dari Richard Page.
Hasil berselancar di dunia maya, saya menemukan tentang Karavanserai atau Karavansari, yaitu penginapan di tepi jalur perdagangan tempat para musafir (biasanya kafilah dagang) dapat beristirahat dan memulihkan tenaga dari perjalanan panjang yang telah mereka tempuh.
Di sana juga disediakan makanan dan minuman untuk pengunjung beserta hewan-hewan mereka. Tentunya juga tersedia tempat untuk mencuci dan ritual penyucian seperti wudhu. Beberapa juga menyediakan pemandian dan terdapat toko yang menyediakan barang dari kafilah dagang yang datang.
Seperti buku Rio yang terakhir saya baca, untuk urusan ilustrasi yang ada dalam buku ini, sangat layak dapat jempol. Aneka detail membuat ilustrasi semakin menarik. Benar-benar memanjakan mata. Andai dicetak berwarna, tentu lebih indah lagi. Sang ilustrator, ternyata juga ikut meramaikan buku Rio yang lainnya, Ibu Susu.
Di situs Goodreads, tertera versi lain dari buku ini. Menarik!
Sumber klip:
https://www.youtube.com
https://www.youtube.com
Sumber gambar:
https://www.goodreads.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar