Penulis:Yudhi Herwibowo
Desain Sampul: Wulung Sunu
ISBN:9786239637293
Desain Sampul: Wulung Sunu
ISBN:9786239637293
Halaman:232
Cetakan: Pertama-November 2021
Penerbit:baNaNA
Harga: Rp 99.500
Penerbit:baNaNA
Harga: Rp 99.500
Rating:4.5/5
Menulis kitab suci, apa maksudnya?
Apakah ada seseorang yang merasa dirinya seorang nabi dan sedang menulis kitab suci, atau bagaimana?
Judul karangan Mas Yud yang satu ini langsung membuat kedua alis saya terangkat tinggi. Pertama kali membaca judul ini ketika beliau membagikan khabar gembira memenangkan lomba menulis. Sebagai hadiah, karyanya akan diterbitkan oleh penerbit yang selalu menampilkan karya bermutu. Tak sabar menunggu!
Ketika akhirnya bisa memegang dan melihat langsung, selain urusan judul, kover yang unik juga membuat mata terpesona. Aneka hal unik menghiasi kover. Jadi ingin tahu, apakah itu benda? Atau makhluk hidup? Atau sekedar simbol unik? Beragam pertanyaan muncul dalam benak saya.
Oh, ya saya makin penasaran karena ada tulisan Kitab Sinduratulla pada halaman pertama. Jadi siapakah Sinduratulla itu? Memang blurd menyebutkan sedikit mengenai dirinya, tapi samar. Sebaiknya kita baca saja langsung dari pada penasaran.
Alkisah, tangis dua orang bayi yang begitu saja ditinggalkan ibunya di perbatasan tanah tinggi dan daerah tanah rendah mengusik banyak orang. Meski demikian, mereka hanya bisa merapal doa berharap yang terbaik bagi keduanya.
Tak ada satu orang pun yang berbaik hati mendekati dan mengambil keduanya untuk diasuh. Minimal sekedar membantu memberikan sesuatu agar tangis keduanya berhenti. Semua hanya bisa memberikan rasa simpati, bukan aksi.
Begitulah, kadang jika memang sudah diatur oleh NYA, tak ada yang tak mungkin. Menjelang senja, seorang penulis-orang yang mendapat tugas untuk menuliskan berbagai peristiwa yang terjadi, bernama Arangkasadra mendekati dan membawa kedua bayi tersebut ke rumahnya. Dua jiwa terselamatkan.
Sinduratulla dan Kantarapajja, demikian keduanya dipanggil. Seiring waktu, meski kembar, mereka ternyata memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Sinduratulla suka berkeliaran dan menulis. Sedangkan Kantarapajja gemar membaca dengan sentuhan jarinya.
Begitulah, Siapa yang bisa menebak usia seseorang. Ketika sudah selesai waktu Arangkasadra di bumi ini, ia memberikan warisan pada kedua anak tersebut. Pada Kantarapajja, beliau mewariskan seluruh buku yang ada di ruang buku serta pesan agar menerima permohonan orang untuk menuliskan kisah mereka.
Sedangkan untuk Sinduratulla, ia mendapat kitab tebal untuk diisi aneka kisah menakjubkan. Untuk itu ia harus pergi mengembara agar bisa menemukan kisah-kisah menakjudkan lalu menuliskannya dalam kitab.
"Di suatu tempat," ujarnya, ada kisah-kisah menakjubkan yang tak banyak diketahui orang. Tempat yang tak biasa, kejadian yang tak bisa dipercaya, serta-orang-orang yang terlahir istimewa. Mereka ada di luar sana. Dan tak banyak dari kita yang mengetahui tentang mereka. Karena memang tak pernah ada seorang pun yang pernah menulisnya, Mungkin kita hanya pernah mendengat kisah itu selintas dari mulut seseorang, bahkan hanya dalam satu atau dua kalimat. Itu tentunya menyedihkan."
Bagian ini jadi membuat saya teringat pada sebuah kisah yang dikenal luas. Pada akhir kisah, Samwise Gamgee mendapatkan warisan sebuah buku dari Frodo Baggins untuk ia tulis kisahnya sendiri. Tahu kan kisah yang saya maksud ^_^.
Perjalanan Sinduratulla tidaklah mudah. Meski sulit, atas dasar keinginan memenuhi wasiat sang guru, segala rintangan ia lalui dengan berbesar hati. Ada suatu saat, ketika ia justru mendapatkan informasi mengenai ibu kandungnya. Ah, andai ia tak merantau, belum tentu ia bisa mengetahui siapa ibundanya.
Sejauh kaki melangkah, ia hanya bisa mengumpulkan tujuh kisah. Hanya tujuh saja, Bayangkan! Sedemikian luasnya bumi terhampar, hanya tujuh kisah yang berhasil dicatat oleh Sinduratulla. Bukan karena ia malas, namun karena memang tak banyak yang mengetahui atau ingat akan kisah yang menakjubkan.
Pikiran liar saya muncul lagi. Kenapa Mas Yud tidak membuat adegan Sinduratulla bertemu para tokoh dari kisah Perjalanan ke Barat karya Wu Chengen yan terkenal itu, minimal yang serupa. Pasti bakalan banyak adegan seru^_^.
Ia hanya bisa mendapatkan kisah Bocah Cahaya; Telaga; Sepasang Mata yang Membakar; Semacam Roh dalam Stoples; Tiga Kematian Satabrayattu; Perempuan yang Menaklukkan Batu-Batu; serta Mawar-Mawar Hitam yang Tumbuh di Tubuh.
Meski demikian, alih-alih terus berupaya mengumpulkan kisah, ia malah merasakan keinginan kuat untuk kembali ke desanya. Ia selalu memikirkan nasib Kantarapajja. Ditambah ia berjanji Kantarapajja adalah orang yang pertama mendengarkan kisah yang berhasil ia peroleh.
Mas Yud memainkan imajinasi pembaca dengan indah pada bagian ini. Bagaimana kedua saudara kembar tersebut berhubungan menjadi bagian yang mengharukan untuk dibaca. Begitulah kembar.
Membaca buku ini, membuat saya membongkar lemari buku khusus untuk buku bertandatangan penulis. Saya mencari buku-buku karangan Mas Yud yang lain. Ada beberapa hal yang butuh dibaca lagi untuk penyegaran ingatan.
Kisah Mawar-Mawar Hitam yang Tumbuh di Tubuh misalnya. Selesai membaca kisah tersebut dulu, saya teringat kisah Dewi Duri, karya Mas Yud yang satu ini berada dalam buku Dewi Duri & Cahaya Kunang-Kunang: Sehimpun Cerita Mitologis.
Keduanya merupakan dua kisah yang berbeda, namun entah kenapa saya menjadi teringat akan kisah itu. Mungkin karena sama-sama mengusung tema bunga mawar. Jika ada yang ingin membaca ulasan lebih lanjut bisa dilihat di laman berikut.
Kisah Bocah Cahaya, membuat saya teringat akan buku Miracle Journey: Kisah Perjalanan Penuh Keajaiban Kaffa Kafadan. Kembali, kedua kisah tersebut tidaklah serupa tapi ingatan saya membawa pada kisah tersebut.
Beberapa kisah karya Mas Yud berakhir dengan ambigu. Dalam Dewi Duri, saya membayangkan orang mendengar tentang manfaat duri yang tumbuh di tubuh sang gadis. Para tabib berusaha mencari sosok dengan duri yang serupa sebagai salah satu bahan ramuan mujarab. Sementara sang gadis, sudah menemukan kedamaian dengan bunga mawar merah.
Lalu saya jadi membayangkan tokoh dalam kisah Mawar-Mawar Hitam yang Tumbuh di Tubuh. Sang tokoh tidak seberuntung anaknya. Keberadaannya diburu! Karena sudah ada yang menemukan khasiat mawar yang tumbuh dari tubuh seseorang jika diolah secara benar.
Untunglah seorang tabib berbaik hati menyembunyikan dirinya. Meski harus dibayar dengan rasa sakit setiap kali sang tabib membutuhkan kelopak mawar. Setidaknya, sang tabib memperlakukannya dengan hormat. Kecuali sangat mendesak, tabib tak meminta kelompak mawar yang tumbuh di tubuhnya.
Jangan khawatir! Itu khayalan saya ^_^ Setiap pembaca bisa membayangkan bahkan menciptakan khayalan sendiri. Tergantung persepsi mereka ketika membaca sebuah kisah.
Pembaca buku ini juga akan menemukan permainan kata. Suatu hal tidak ditulis dengan langsung namun diberikan petunjuk samar, makin ke belakang, baru disebutkan apa yang sebenarnya dimaksud. Kita harus cerdik memaknainya. Keinginan dan kegemaran Kantarapajja, serta keengganan Sinduratulla untuk mewujudkannya sebagai contoh. Baru pada halaman 9X ditemukan penjelasannya.
Oh ya, jawaban rasa penasaran saya ada di halaman 1Z. Di halaman tersebut dijelaskan kenapa dan apa yang disebut sebagai kitab suci. Ternyata sederhana sekali. Saya saja yang terlalu berpikir jauh.
Kisah dalam buku ini bisa dikategorikan dalam cerita berbingkai. Mengacu pada laman berikut, yang dimaksud dengan cerita berbingkai adalah cerita di dalam cerita. Cerita berbingkai berasal dari India dan masuk ke dalam kesusastraan Melayu melalui Arab Persi. Oleh karena itu, pengaruh Islam lebih dominan daripada pengaruh Hindu.
Selanjutnya disebutkan bahwa truktur isi cerita berbingkai terdiri atas pokok cerita dan cerita sisipan. Penokohan cerita berbingkai terdiri atas tokoh manusia dan tokoh binatang. Tokoh manusia umumnya berasal dari kalangan istana atau rakyat jelata, sedangkan tokoh binatang bersifat personifikasi.
Menilik kisah yang ditulis Mas Yud, maka bisa kita sebutkan bahwa pokok cerita dalam buku ini adalah tentang Sinduratulla yang sedang mengumpulkan kisah untuk dicatat dalam kitab warisan sang guru. Sementara yang dimaksud sebagai cerita sisipan adalah ketujuh kisah yang berhasil dikumpulkannya.
Begitulah. Terlepas dari urusan saya mengenal sang penulis, dilihat dari isi kisah, sangat wajar jika memenangkan sebuah perlombaan. Dan selama saya mengenal Mas Yud, ini merupakan karya yang paling berbeda dengan yang lainnya.
Tulisan dan curhat-curhat tak penting (katanya) seputar Tukang Insinyur yang malah jadi tukang racik kata bisa dilihat sini.
Jadi pingin mengembangkan imajinasi lagi. Bagaimana jika....
Sumber gambar:
Buku Cara Terbaik Menulis Kitab Suci
Buku Cara Terbaik Menulis Kitab Suci
Koleksi pribadi
halo guys gua mau bagi bagi info tentang website nih, buat kalian yang mau cari duit dengan mudah gua ada nih website, cek langsung ya DAFTAR AUTOSPIN88
BalasHapus